Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR DAN SIMULASINYA

OLEH:
KELOMPOK F
1. WARDANI H. ABIDIN (1813040017)
2. MUQLISA (1813
3. HARTATI (1813041
4. MUH. AKSALDI (1813

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karena
berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini pada waktu yang telah ditetapkan. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Strategi dan Metode Pembelajaran Kimia“.
Adapun masalah yang di bahas dalam makalah ini yaitu “Keterampilan Dasar
Mengajar dan Simulasinya”.
            Penulisan makalah ini, tentunya penulis menemui berbagai hambatan
dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana
ini. Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, dan penulis yakin
bahwa penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu
penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
            Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih!

Makassar, September 2020


Penulis

Kelompok F

1
DAFTAR ISI

Sampul……………................................................................................................i
Kata Pengantar……………...................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang…...........................................................................................3
B.   Rumusan Masalah..........................................................................................3
C.   Tujuan Penulisan............................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar ……........................................... 5
B.  Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar......................................................6
BAB  III PENUTUP
A.  Kesimpulan.....................................................................................................15
B.  Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan
yang kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan
profesional yang lain, pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri
sehingga tidak setiap orang mampu melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana
mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang
guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian,
dan sosial.
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola
pembelajaran dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki
peserta didik. Salah satu kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah
kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Agar dapat
melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan baik, di samping menguasai
berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai keterampilan dasar
mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi guru.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia
ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai
substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah
merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncullah rumusan masalah
yakni sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang
guru?
2. Bagaimana simulasi dari keterampilan dasar mengajar itu?

3
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh
seorang guru
2. Untuk mengetahui simulasi dari keterampilan dasar mengajar
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu
sebagai referensi tambahan pada pokok bahasan keterampilan dasar mengajar dan
simulasinya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar


Keterampilan dasar mengajar adalah kecakapan atau kemampuan pengajar
dalam menjelaskan konsep terkait dengan materi pembelajaran. Keterampilan
dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro dengan
menggunakan perangkat (Turney, 1973). Keterampilan dasar mengajar adalah
suatu perbuatan yang kompleks, dalam arti penggunaan secara integratif sejumlah
komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar untuk menyampaikan
pesan pengajaran. Keterampilan dasar mengajar yakni kemampuan yang dapat
dipelajari serta diterapkan oleh setiap guru. Jika guru mampu menerapkan
keterampilan dasar mengajar secara tepat, maka akan tercipta suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, itu berarti guru akan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran. Seperti dikemukakan Underwood (1987)
keterampilan mengajar yang baik akan sangat mempengaruhi cara siswa
memandang anda dan pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku mereka dalam
belajar.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors) yang
harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Dengan
demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan
atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar
dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dalam mengajar ada dua kemampuan
pokok yang harus dikuasai oleh seorang tenaga pengajar, yaitu;
1) Menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2) Menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach)
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no. 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar

5
memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar
proses menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas
seperti pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai

B. Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar


Hasibuan (2004), Suharto (1997), Sulo (1998), dan Djamarah (2000)
mengemukakan delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru,
antara lain: (1) keterampilan bertanya dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi
penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan,
(5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan mengelola
kelas, (7) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, (8)
keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.
1. Keterampilan Bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai
dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya
merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses
belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan
dampak positif (Sutisnawati, 2017).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru
perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun
ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti :
menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan
sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa
yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda.
Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau
suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan
dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan

6
pertanyaan. Keterampilan bertanya di bedakan atas keterampilan bertanya dasar
dan keterampilan bertanya lanjut.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang
perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-
komponen yang di maksud adalah: Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan
singkat, pemberian acuan/patokan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran,
pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari
keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa
agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di
atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu,
semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan
bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah:
Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan
urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya
interaksi (Wahyulestari, 2018)
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat
verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau
umpan balik (feedback) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai
pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk
meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan
motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku
siswa yang produktif (Sutisnawati, 2017).
Menurut Fathurrohman () prinsip penguatan dibagi menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif.

7
a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang
diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik
sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat
pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah
gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan
cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman
sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang,
maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan
kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang
diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti makanan,
minuman dan kenyamanan pisikal.
b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekuensi suatu perilaku
positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan).
Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak
membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan
tempat tidurnya tanpa disuruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si
anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diiringi dengan
berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak
penguatan negatif dan penguatan positif terletak pada penghilangan dan
penambahan stimulus yang sama sama bertujuan untuk meningkatkan suatu
perilaku yang baik.

Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang


perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar
dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen-
komponen itu adalah: Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-
kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-
verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan

8
dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan
kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan
tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari
penggunaan respons yang negative (Wahyulestari, 2018).
Contoh penguatan positif dalam proses pembelajaran
 Verbal (lisan) yaitu penguatan dengan lisan/kata/ kalimat seperti: Ya;
Bagus; Betul dan lain-lain.
 Nonverbal( ekspresi) yaitu penguatan dengan mendekati, mimic, dan
melakukan suatu kegiatan. Contohnya melihat siswa, tersenyum,
mengangguk dan lain-lain.
 Tindakan lain seperti memamerkan pekerjaan siswa di muka kelas,
meminta siswa menunjukkan pekerjaannya, meminta siswa menerangkan
ke siswa lainnya dan meminta siswa menjadi asisten.
Contoh penguatan negative dalam proses pembelajaran
 Lisan (ini kurang benar, coba kamu piker lagi, ini keliru, cari yang lebih
baik.
 Ekspresi nonverbal (menunjukkan wajah kecewa menggeleng-gelengkan
kepala, mengangkat bahu dan lain-lain.
 Tindakan lain seperti menahan kepulangan siswa, berhenti mengajar dan
menatap siswa , memberikan nilai rendah dan lain-lain.

3. Keterampilan Mengadakan variasi


Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga,
dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta
penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
proses perubahan dalam pengajaran (Wahyulestari, 2018).
Menurut Sutisnawati (2017), variasi dalam kegiatan belajar mengajar
dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :

9
a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara
(teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye
contact and movement), Variasi gerakan badan mimik, variasi dalam ekspresi
wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers
movement).
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi
penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan
yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart
(auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi
alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid
dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya.
Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-
komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini
mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan
yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus,
atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan
penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan
balikan (Wahyulestari, 2018).
Menurut Sutisnawati (2017), Pemberian penjelasan merupakan suatu
aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas

10
cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri,
oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik. Tujuan
Keterampilan Menjelaskan Mengapa kita perlu menguasai keterampilan dasar
mengajar menjelaskan? Sebab, ada beberapa tujuan yang akan kita peroleh
dengan menguasai keterampilan ini, yaitu:
a. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
b. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah
c. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat
d. pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
e. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
f. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil,
dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar.
Menurut Wahyulestari (2018), komponen keterampilan membuka
pelajaran meliputi:
a. menarik perhatian siswa: beberapa cara yang digunakan guru untuk menarik
perhatian siswa antara lain dengan variasi gaya mengajar, penggunaan alat
bantu mengajar dan pola interaksi yang bervariasi.
b. Menimbulkan motivasi: dengan cara menunjukan kehangatan dan
keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang
bertentangan dan memperhatikan minat siswa.
c. Memberikan acuan: usaha memberikan gambaran yang jelas kepada siswa
mengenai yang akan dipelajari dengan cara mengemukakan secara spesifik

11
dan singkat. Antara lain dengan mengemukakan kompetensi dasar, indikator
hasil belajar
d. Membuat kaitan: bahan pengait sangat penting digunakan bila guru ingin
memulai pelajaran baru. Antara lain mencari batu loncatan dari pengetahuan
yang dimiliki siswa, guru membandingkan atau mempertentangkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa,
mengusahakan kesinambungan pelajaran yang lalu dengan sekarang.
Sedangkan dalam menutup pelajaran guru haruslah:
a. Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan.
b. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya
mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru
dalam situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri, dan
memberikan soal-soal tertulis serta mengekspresikan ide baru dalam situasi
lain, soal tertulis.
c. Memberi dorongan psikologi atau sosial.
d. Interaksi guru dengan siswa saling menghargai dan memberikan dorongan
psikologi dan sosial dengan memuji hasil yang dicapai, mengingatkan
pentingnya materi, memberi harapan positif, meningkatkan percaya diri
siswa akan potensi diri.
Tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran
a. Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang akan
dihadapi.
b. Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan
dikerjakan.
c. Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan
dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran.
d. menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan
membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali

12
penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan, dan mengevaluasi.

6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai
suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.
Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta
membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa (Sutisnawati, 2017).
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan, dengan hubungan hubungan interpersonal dan iklim sosio
emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi
kelas yang efektif. Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang
ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana
pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan belajar (Habibati, 2017).
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan
mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
(bersifat preventip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan

13
maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal (Sutisnawati, 2017).
Dua komponen utama dalam pengelolaan kelas menurut Habibati (2017) adalah:
a. keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara:
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Membagi perhatian secara visual dan verbal
3) Memusatkan perhatian kelompok
4) Petunjuk yang jelas
5 ) Menegur
6) Penguatan
b. keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa
pengembalian kondisi belajar yang optimal. Hal ini dilakukan melalui
cara- cara berikut:
1) Modifikasi tingkah laku
2) Pengelolaan/proses kelompok
3) Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu
berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk
perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang
lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.. Komponen keterampilan
yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan
memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (Wahyulestari, 2018).

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) merupakan keterampilan yang
kompleks, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai
keterangan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan yang sangat
banyak tersebut, terdapat 8 KDM yang dianggap sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan
memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
2. Saran
Guru haruslah menguasai semua keterampilan dasar mengajar yang
berjumlah 8 bukan hanya keterampilan membuka dan menutup pelajaran, karena
semua keterampilan itu saling berhubungan. Jika seorang guru hanya terampil
dalam satu atau dua saja keterampilan dasar mengajar hasil dari kegiatan belajar
mengajar tidak akan maksimal. Selain itu dengan terampil dalam mengajar akan
berdampak baik pada semuanya bukan hanya siswa saja tetapi juga akan
berdampak baik kepada guru itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Muhammad. 2017. Belajar dan Pembelajaran Modern Konsep


Dasar, Inovasi dan Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Garudhawaca.

Habibati. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Aceh: Syiah Kuala University Press.

Hasibuan & Moedjiono. 2004. Proses BelajarMengajar. Bandung : Remaja Rosda


Karya.

Suharto, B. 1997. Pendekatan dan Teknik Dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Tarsito.

Sulo, La Sulo. 1998. Supervisi Klinis. Dirjen Dikti. Jakarta: Depdikbud.

Sutisnawati, Astri. 2017. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa


Calon Guru Sekolah Dasar. Jurnal MPD. Vol. 8, No. 1.

Turney, C.dkk. 1973. Sydney Micro Skills Handbook Series 1-5. Sidney:Sydney
University

Underwood, M. 1987. Effective Class Management A Practical Approach. Alih


Bahasa Susi Purwoko. Jakarta : ARCAN.

Wahyulestari, Mas Roro Diah. 2018. Ketrampilan Dasar Mengajar di Sekolah


Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi. ISSN: 2621-
6477

16

Anda mungkin juga menyukai