Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN 1

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
SAINS/KIMIA

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang

Oleh:

Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


Mei 2012

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-0


Bagian 1:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SAINS/KIMIA

Kegiatan Belajar 1:
Teori-Teori Belajar dalam Sians/Kimia

1. Deskripsi isi:
Bagian Teori-Teori Belajar dalam Sains/Kimia membahas tentang
kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis teori belajar meliputi teori
behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan
jenis-jenis teori belajar.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis
teori belajar.

I. URAIAN SINGKAT
A. Kharakteristik Teori Belajar
Menurut Bruner, teori belajar bersifat preskriptif. Teori tersebut
memberikan arahan dan petunjuk agar pembelajaran menjadi efektif dan
memungkinkan guru dalam mengevaluasi teknik dan langkah-langkah
pembelajaran. Teori belajar juga bersifat normatif, yaitu lebih bersifat umum
dan tidak spesifik. Misalnya, teori belajar bisa memberikan beberapa kriteria
untuk pembelajaran kimia pada topik asam basa, tetapi tidak bisa
memberikan pedoman khusus tentang bagaimana cara mengajarkan materi
tersebut. Teori belajar memiliki empat kharakteristik yang penting
(Trowbridge, Bybee & Powell, 2004: 21) untuk membantu guru dalam
menentukan:

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-1


a. Pengalaman yang paling efektif untuk meningkatkan belajar. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan kegiatan yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.
b. Cara yang paling efektif dalam menyusun pengetahuan untuk meningkatkan
belajar. Teori belajar membantu guru dalam menentukan cara terbaik
dalam menyusun pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang studi kimia.
c. Langkah-langkah yang paling efektif dalam menyajikan materi. Teori belajar
membantu guru menentukan langkah-langkah dalam menyajikan materi
pelajaran sehingga semua siswa dapat mengembangkan pemahamannya
tentang kimia. Oleh karena itu, tujuan di setiap langkah pembelajaran
sebaiknya dapat meningkatkan kemungkinan siswa untuk lebih
memahami, mentrasformasi dan menerapkan ide-ide, proses, dan
ketrampilan.
d. Proses yang paling efektif untuk umpan balik dan penilaian. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan cara dan waktu yang tepat dalam
memberikan umpan balik dan penilaian, dan memilih format penilaian
yang paling sesuai.

B. Jenis-Jenis Teori Belajar


1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulus dalam hal ini adalah lingkungan belajar siswa, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-
Respon).
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur
dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi/ respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-2


hasil belajar. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah
Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung pada beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind/pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh siswa.

2. Teori Kognitif
Teori Kognitif dilandasi oleh pemikiran bahwa perilaku yang tidak
tampak dapat dipelajari secara ilmiah. Perilaku yang tidak tampak
merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David
Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia
melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru pada
aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas dan
dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda,
lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan
dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan
nonkebiasaan.
Menurut teori kognitif, setiap proses pembelajaran haruslah bermakna
dan mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat
bermakna apabila pebelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang
bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang
sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna
bagi pebelajar.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-3


Menurut Piaget dalam teori perkembangan kognitif (Trowbridge, Bybee
& Powell, 2004), pertama, belajar terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungan. Interaksi ini digambarkan sebagai siswa
mengasimilasikan informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman
pendidikan dan akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah
dimilikinya untuk menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya
dengan pengalamanan sehari-hari. Kedua, tiap individu melewati tahap
perkembangan yang berbeda dan tahap perkembangan yang paling relevan
dengan pendidikan sains adalah penalaran konkrit dan formal (abstrak).
Namun, konsep tahap berfikir konkrit dan formal ini telah banyak dikritik dan
direvisi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika diukur performans
siswa pada tugas-tugas kognitif, kebanyakan siswa sekolah menengah
menunjukkan masih berada pada tahap berfikir konkrit. Ada juga bukti yang
menyebutkan bahwa performans pada tugas semacam itu sangat dipengaruhi
oleh konteks, ragamnya, bahasa dalam penyajian tugas dan materi pelajaran.
Penelitian lain bahkan menunjukkan bahwa anak kecil mampu berfikir
abstrak dalam situasi tertentu.
Karena sebagian besar siswa sekolah menengah masih berada pada
tahap berfikir konkrit, guru seyogyanya berhati-hati dalam mengenalkan
tugas yang membutuhkan berfikir formal atau abstrak. Namun bukan berarti
siswa tidak dapat belajar dan mengembangkan penalaran yang lebih
memadai. Siswa yang jauh lebih muda dari siswa sekolah menengah mampu
bernalar dan berfikir logis dalam kondisi tertentu. Pengalaman dan konteks
yang cocok yang berkembang dari penalaran konkrit ke abstrak dapat
mendorong kemampuan bernalar yang diperlukan untuk memahami berbagai
konsep sains.

3. Teori Konstruktivistik
Perkembangan terbaru dalam psikologi kognitif adalah konstruktivisme
yang banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jean Piaget dan Lev Vygotsky (Kauchak
& Eggen, 2007: 9). Menurut teori belajar konstruktivistik pebelajar/siswa
merespon pengalaman-pengalaman panca indera dengan membangun/
mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak. Struktur
kognitif merupakan suatu pikiran (keyakinan, pengertian) yang juga
merupakan pengetahuan subyektif seseorang tentang alam semesta. Pokok

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-4


pikiran pandangan konstruktivisme (Piaget dalam Bodner, 1986) adalah
bahwa pengetahuan diperoleh sebagai akibat dari proses konstruksi yang
terus menerus dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata
kembali pengalaman-pengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif
yang dimiliki sehingga struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit
dimodifikasi dan dikembangkan. Oleh karena pengetahuan diciptakan dalam
pikiran siswa sebagai hasil dari interaksi pancaindera siswa dengan
dunianya, maka pengetahuan tidak dapat semata-mata diucapkan atau
ditransfer oleh guru kepada siswa.
Teori konstruktivistik tentang belajar juga memiliki dimensi sosial
(Tobin, 1990). Menurut teori konstruktivistik sosial, pengetahuan bukan
merupakan pikiran seseorang yang terpisah dari orang lain dalam
masyarakat, melainkan hasil dari kepemilikan budaya, mencoba mengerti
kehidupan dalam budaya tersebut, menggunakan bahasa dan konsep-konsep
yang muncul dari proses ini untuk membangun model-model teoritis dalam
domain sains/kimia. Walaupun tanggung jawab untuk belajar dan memahami
apa yang terjadi terletak pada pebelajar sendiri, ia juga perlu waktu untuk
mengalami, merefleksikan pengalaman dikaitkan dengan pengetahuan awal
mereka, dan memecahkan berbagai masalah yang muncul. Hal ini berarti
bahwa pebelajar memerlukan waktu untuk mengklarifikasi, mengelaborasi,
mendeskripsikan, membandingkan, menegosiasikan dan mencapai konsensus
mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka. Esensi dari pembelajaran
berbasis konstruktivistik adalah pembelajaran berorientasi pada siswa
(student-centered). Peran guru yang konstruktivistik adalah menciptakan
sebuah konteks yang dapat memotivasi siswa untuk belajar termasuk
menyediakan materi dan sumber belajar, mengajukan permasalahan dan
pertanyaan yang relevan pada saat yang tepat (Wheatley, 1991: 14) dan
mengaitkan sumber-sumber dan pertanyaan tersebut dengan pengetahuan
awal siswa.

II. RANGKUMAN
Teori belajar membantu guru sains/kimia dalam menjelaskan berbagai
strategi untuk meningkatkan belajar dan mengelola pembelajaran di kelas.
Melalui teori belajar keefektivan pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara
meresepkan motivasi, menyusun materi, membuat langkah-langkah
pembelajaran dan membuat umpan balik. Menurut teori belajar behavioristik,

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-5


belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan
hasil belajar.
Teori kognitivistik berpendapat bahwa belajar terjadi dalam organisme
manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru
pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas dan
dibedakan secara tepat. Dengan kata lain, belajar terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungan, yaitu siswa mengasimilasikan
informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman pendidikan dan
akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah dimilikinya untuk
menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya dengan pengalaman
sehari-hari.
Menurut teori belajar konstruktivistik pebelajar/siswa merespon
pengalaman-pengalaman pancaindera dengan membangun suatu skema atau
struktur kognitif dalam otak. Proses konstruksi berlangsung terus menerus
dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata kembali pengalaman-
pengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif yang dimiliki sehingga
struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit dimodifikasi dan
dikembangkan. Pebelajar memerlukan waktu untuk mengklarifikasi,
mengelaborasi, mendeskripsikan, membandingkan, menegosiasikan dan
mencapai konsensus mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka.

III. LATIHAN
1. Jelaskan kharakteristik teori belajar!
2. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar behavioristik!
3. Jelaskan pokok pikiran dalam teori belajar kognitivistik!
4. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar konstruktivistik!

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-6


Kegiatan Belajar 2:
Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik dalam
Pembelajaran Sains/Kimia

1. Deskripsi isi:
Bagian Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik dalam
Pembelajaran Sains/Kimia membahas tentang pengertian model
pembelajaran; rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran;
rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran; rumpun
model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran.

I. URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran atau proses belajar mengajar terdapat
dua komponen yang penting yaitu guru dan siswa yang saling berinteraksi.
Pembelajaran itu sendiri didefinisikan sebagai pengorganisasian atau
penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada pebelajar. Dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut, guru memerlukan model pembelajaran. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Gunter, et al, 1990; Joyce & Weil, 1980). Model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan
strategi pembelajaran.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-7


Menurut Joyce & Weil (1980) model pembelajaran memiliki lima unsur
dasar: (1) sintaks, yaitu langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (2) sistem
sosial, adalah bentuk kerjasama guru dan siswa dalam pembelajaran atau
peran-peran guru dan siswa dan hubungan satu dengan lainnya serta jenis-
jenis aturan yang harus diterapkan, (3) prinsip reaksi, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon
siswa, (4) sistem pendukung, menggambarkan kondisi-kondisi yang
diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk
sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru dan siswa
dan (5) Dampak pembelajaran langsung dan iringan, merupakan hasil belajar
yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

B. Rumpun Model Pembelajaran


Joice and Weil (1983) mengenal empat orientasi berbeda tentang
bagaimana siswa belajar dan mengelompokkan model pembelajaran menjadi
empat rumpun, yaitu:
(1) Model pemrosesan informasi. Model-model pembelajaran dalam rumpun
pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi, yaitu merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani
rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan symbol-
simbol. Beberapa contoh model pembelajaran dalam rumpun ini beserta
tokohnya adalah Berfikir Induktif (Hilda Taba), Latih Inkuiri (Richard
Suchman), Pembentukan Konsep (Jerume Bruner), Perkembangan Kognitif
(Jean Piaget), Advance Organizer (David Ausubel) dan Mnemonics
(Pressley, Levin, Delaney).
(2) Model Personal/Pribadi. Model-model pembelajaran yang termasuk
rumpun ini menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu menekankan
pada proses membangun dan mengorganisasi realita, yang memandang
bahwa manusia sebagai pembuat makna. Fokus pembelajaran rumpun ini
adalah perhatian pada kehidupan emosional, yaitu dengan membantu
individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan
lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri. Contoh model
pembelajaran Personal adalah Pengajaran Non Direktif (Carl Roger), Latih
Kesadaran (William Schutz), Pertemuan Kelas (William Glasser).

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-8


(3) Model interaksi sosial. Model-model pembelajaran interaksi social
menekankan pada hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Fokus model pembelajaran ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk
meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat
secara produktif. Contoh model pembelajaran ini adalah Kerja
kelompok/Group Investigation (John Dewey), Inkuiri Sosial (Byron
Massialas), Jurisprudential (Donal Oliver), Role Playing (Fannie Shaftel).
(4) Model sistem tingkah laku. Model-model pembelajaan ini didasarkan pada
suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar,
modifikasi perilaku. Rumpun model ini mementingkan penciptaan
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku
secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang diinginkan. Yang
termasuk jenis model-model ini misalnya Contingency Management
(B.F.Skinner), Assertive Training(Wolve, Lazarus, Salter).

C. Perbedaaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik


Pembelajaran
Gambar 1 menunjukkan perbedaan antara model, strategi, metode dan
teknik pembelajaran:
a. Pendekatan pembelajaran: merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teori tertentu.
Contoh : Pendekatan berpusat pada siswa (student-centered approach)
Pendekatan berpusat pada guru (teacher-centered approach)
b. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran masih bersifat suatu rencana
untuk mencapai sesuatu (a plan of achieving something). Strategi memiliki
empat unsur, yaitu:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-9


3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

UMUM

MODEL Model

Strategi
Pemrosesan
Informasi STRATEGI
METODE Metho
TEKNIK d
Tidak
Sistem Langsung Eksperimen Merencanaka
Tingkah Teknik
n
Laku Langsung Inkuiri Mengevaluasi
Menyajikan
Belajar
Interaksi Mandiri Ceramah Mengarahkan
Sosial Bertanya.
Interaktif Diskusi

Personal
Pengalaman

KHUSUS

Gambar 1. Perbedaan Model, Starategi, Metode dan teknik Pembelajaran


(Dimodifikasi dari Saskatchewan Education, 2012)

Contoh strategi pembelajaran seperti yang Nampak pada Gambar 1


adalah:
 Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
 Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)
 Pembelajaran Interaktif (Interactive)
 Pembelajaran dgn Pengalaman (Experiential)
 Pembelajaran Mandiri (Independent Study)
c. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran atau “a
iway in achieving something”. Contoh metode pembelajaran adalah
ceramah, simulasi, eksperimen, diskusi.
d. Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sedangkan

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-10


taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

II. RANGKUMAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar
yaitu sintaks, sisem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
pembelajaran langsung dan iringan. Ada empat rumpun model pembelajaran
menurut Joice and Weil yaitu model pemrosesan informasi, model personal,
model interaksi social, dan model sistem tingkah laku. Pendekatan
pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan
teori tertentu. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien dan masih berupa perencanaan. Metode
pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik
pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

III. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian model pembelajaran sains/kimia!
2. Jelaskan macam model pembelajaran sains/kimia
3. Apakah perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-11


Kegiatan Belajar 3:
Model Pembelajaran Inkuiri

1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Inkuiri membahas tentang pengertian inkuiri;
mitos dan miskonsepsi tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri;
model pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan
miskonsepsi tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri; model
pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan miskonsepsi
tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri; model pembelajaran berbasis
inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

I. URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Inkuiri
Ada beberapa pengertian inkuiri:
a. Menurut eksploratorium (1998 dalam Llewellyn, 2002: 5) inkuiri adalah
pendekatan pengajaran yang mencakup kegiatan mengeksplorasi alam
semesta yang mengarah pada kegiatan mengajukan pertanyaan dan
membuat penemuan-penemuan dalam mencari pemahaman baru.
Sedangkan inkuiri dalam sains lebih mencerminkan pada upaya-upaya
melakukan aktivitas sains yang sebenarnya.
b. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996: 23), inkuiri
adalah kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumber-
sumber informasi lainnya untuk melihat apa yang sudah diketahui
berhubungan dengan bukti-bukti eksperimen; menggunakan alat untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data;
mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi; dan mengkomunikasikan
hasil. Selain itu, inkuiri memerlukan pengidentifikasian asumsi-asumsi,

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-12


penggunaan berfikir kritis dan logis, dan mempertimbangkan penjelasan
alternatif.
Secara singkat, semua kegiatan inkuiri di atas menggambarkan cara
yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mempelajari alam semesta dan
mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari kerja
mereka. Inkuiri juga mengacu pada kegiatan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ide-ide ilmiah, juga pemahaman
tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam semesta ini (Trumbull, Bonney
& Grudens-Schuck, 2005).

B. Beberapa Mitos dan Miskonsepsi Tentang Pembelajaran Sains Berbasis


Inkuiri
Berikut ini adalah beberapa mitos dan miskonsepsi tentang inkuiri
(Llewellyn, 2002: 7-10):
 Melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan melakukan
inkuiri.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
sains hands-on tidak selalu berarti mereka sedang melakukan kegiatan
inkuiri. Walaupun kebanyak kegiatan inkuiri adalah hands-on, namun
tidak semua kegiatan hands-on berorientasi inkuiri.
 Inkuiri menggunakan metode ilmiah.
Kegiatan inkuiri tidak selalu mengikuti langkah-langkah metode
ilmiah. Inkuiri menggunakan logika pemecahan masalah yang berasal
dari metode ilmiah namun tidak selalu menggunakan langkah-langkah
spesifik yang tercermin dalam metode ilmiah.
 Inkuiri tidak terstruktur dan kacau.
Ketrampilan mengelola kelas dalam pembelajaran berbasis inkuiri
sangat diperlukan dan penting, namun kelas yang aktif dan berpusat
pada siswa tidak bisa disamakan dengan kelas yang kacau dan tidak
terstruktur.
 Inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada siswa.
Miskonsepsi yang paling umum dalam diri guru adalah bahwa
pengajaran inkuiri adalah mengajukan banyak pertanyaan.

 Jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-13


Pembelajaran berbasis inkuiri bukan hanya mencari jawaban yang
benar, namun juga mencari pertanyaan yang benar. Oleh karena itu
peran guru dalam kegiatan inkuiri adalah sebagai fasilitator dan bukan
sebagai sumber informasi.
 Inkuiri hanya bisa dilakukan di level SD dan SMP, namun guru-guru
level SMA tidak memiliki waktu ekstra untuk melakukan inkuiri.
Pembelajaran inkuiri membutuhkan banyak waktu, namun
mengembangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi, mengajak siswa
untuk mengajukan pertanyaan, merencanakan pemecahannya,
mengumpulkan dan menyusun data merupakan ketrampilan yang
harus diasah sepanjang waktu.
 Pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai.
Seperti halnya menilai konsep atau topik dalam sains/kimia, maka
kemajuan siswa dalam pembelajaran berbasis inkuiri dapat dinilai
dengan metode evaluasi alternatif seperti portofolio, jurnal, evaluasi
diri atau rubrik.
 Inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar.
Kemampuan berfikir kreatif dan kritis bukan semata-mata untuk siswa
yang pandai. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis inkuiri harus
dilakukan secara adil di semua level pendidikan dan untuk semua
siswa.

C. Beberapa Macam Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri


Ada beberapa macam penerapan model pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Model Pembelajaran Inkuiri Umum
Di dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri,
belajar adalah kegiatan menumbuhkan keinginan siswa secara alamiah untuk
mengajukan pertanyaan tentang dunia di sekitarnya. Proses inkuiri dasar
adalah serupa di semua level/usia dan di semua kelompok bidang studi
(Llewellyn, 2002), yaitu siswa:
 Mengajukan pertanyaan dan mengeksplorasi cara mencari jawabannya.
 Menemukan dan mengatur informasi dari berbagai sumber.
 Memproses dan mensintesis penemuan mereka.
 Berbagi penemuan mereka selama proses berlangsung dan saling
mendukung satu dengan lainnya dalam kegiatan penyelidikan mereka.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-14


 Merefleksikan dan merayakan penemuan inkuiri mereka dengan
komunitas audien.
Dalam implementasinya, pembelajaran inkuiri bisa direncanakan
secara singkat, misalnya menyelesaikan masalah dengan menggali informasi
di perpustakaan atau internet, atau berlangsung dalam jangka panjang
sampai setahun atau lebih, misalnya dengan mengajak siswa untuk
melakukan menyelidikan secara mendalam tentang suatu masalah. Dengan
membangun kelas berbasis inkuiri maka siswa akan lebih terlibat dalam
proses dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri.
Ada beberapa langkah yang pada umumnya nampak dalam siklus inkuiri
seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.

1
Bertanya:
Mengawali
pertanyaan yang
6 akan diselidiki
2
Berbagi: Brainstorming:
Berbagi dan “curah gagasan” ttg
mengkomunikasikan pemecahan masalah
hasil

Siklus
inkuiri
5 3
Kesimpulan: Prediksi:
Mengumpulkan Memilih pernyataan
bukti dan menarik untuk diuji
kesimpulan
4
Aplikasi:
Mendesain dan
melaksanakan
rencana

Gambar 2. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 15)

Seberapa besar keterlibatan siswa dalam kegiatan penyelidikan berbasis inkuiri


tergantung pada pengalaman siswa dalam melakukan kegiatan ini. Jika
ketrampilan siswa berinkuiri semakin berkembang maka bantuan yang mereka
dapatkan dari guru menjadi semakin berkurang sampai akhirnya mereka dapat
melakukan kegiatan inkuiri sendiri.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-15


2. Model Pembelajaran Inkuiri Konstruktivistik
Prinsip-prinsip konstruktivistik yang menjelaskan bagaimana siswa
belajar dan siklus inkuiri yang menggambarkan bagaimana seorang ilmuwan
bekerja secara ilmiah dapat dipadukan dalam model pembelajaran siklus
inkuiri konstruktivistik seperti gambar 3 berikut.

3. Model Pembelajaran Learning Cycle


Learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis
inkuiri dan konstruktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin,
Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study),
di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an
(Trowbridge & Bybee, 1996). Pada awalnya learning cycle dikembangkan
kedalam 3 fase pembelajaran, yaitu fase Exploration, fase Invention, dan fase
Discovery, yang kemudian istilahnya diganti menjadi Exploration, Concept
Introduction dan Concept Application ( E-I-A). Walaupun istilah yang digunakan
untuk ketiga fase ini berbeda, akan tetapi tujuan dan pedagoginya masih
tetap sama. Model ini kemudian dikembangkan dan dirinci lagi menjadi lima
fase, yang dikenal dengan sebutan 5E (Engagement, Exploration, Explanation,
Elaboration/Extention, Evaluation). Selanjutnya model learning cycle
dikembangkan lagi menjadi tujuh fase yang dikenal dengan nama 7E (Excite,
Explore, Explain, Expand, Extend, Exchange, dan Examine). Setiap fase dalam
model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang
proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktifitas mental dan fisik
siswa serta strategi yang digunakan guru. Gambar 4 menunjukkan
perkembangan model learning cycle 3E menjadi 7E. Tujuan learning cycle
5E dan kegiatan siswa dan guru dalam Learning cycle 5E dijelaskan
sebagai berikut:

Engage
Fase engage dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa, memunculkan
rasa ingin tahu, mengases latar belakang dan kesiapan siswa, dan
menetapkan arah pembelajaran. Selama fase pembelajaran ini, siswa
dikenalkan dengan topik pelajaran dan dibantu untuk membuat hubungan
antara apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang dapat dikerjakan.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-16


1 Mengatur data
1 dan menemukan
hubungan
1 1
2 Mengumpulkan bukti
Menarik 0
kesimpulan dari data dan data

1
3 Mengkomunikasikan 9 Mendesain dan
danberbagi hasil melaksanakan rencana

Siklus Inkuiri
Konstruk-
1 Membandingkan tivistik 8
4 pengetahuan baru Memilih
dengan pengetahuan pernyataan untuk diuji
awal

1 Menerapkan 7 Brainstorming
5 pengetahuan baru pemecahan masalah
pada situasi baru

6 Menyatakan
pertanyaan yang
diselidiki

5 Memilih dan
merevisi
pertanyaan

4 Mengemukakan
dan mencatat
pertanyaan

3 Menyediakan
eksplorasi

2 Mengases
pengetahuan awal

1 Mengenalkan
topik

Gambar 3. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 47)


Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-17
Atkin dan Karplus-E-I-A Bybee-5E Eisenkraft-7E

Elicit
Engage
Engage

Explore Explore Explore

Invention Explain Explain

Elaborate
Discovery Elaborate
Evaluate
Elaborate
Extend

Gambar 4. Model Pembelajaran Learnng Cycle 3E, 5E dan 7E


(Gallagher, 2007: 45)

Kegiatan guru: membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
topik yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan dan
menggali respon tentang apa yang diketahui oleh siswa tentang
topik/konsep tersebut.
Kegiatan siswa: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik
dan menunjukkan minat terhadap topik.

Explore
Fase ini melibatkan siswa dalam pengalaman bermakna yang relevan dengan
topik yang diajarkan. Siswa memperoleh landasan pengalaman melalui
eksplorasi langsung materi pelajaran. Yakinkan siswa telah terlibat
pikirannya sebelum menggali ide-ide tentang materi pelajaran.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa pengarahan
langsung dari guru, mengamati dan mendengarkan siswa saat
mereka berinteraksi, mengajukan pertanyaan penyelidikan
untuk mengarahkan investigasi siswa jika diperlukan,
memberikan waktu pada siswa untuk berteka-teki melalui
permasalahan dan berperan sebagai konsultan bagi siswa.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-18


Kegiatan siswa: berfikir bebas tetapi dalam lingkup aktifitas yang dilakukan,
menguji prediksi atau hipotesis, membuat prediksi dan
hipotesis baru, mencoba alternatif dan mendiskusikannya
dengan teman lainnya, mencatat pengamatan dan ide-ide dan
menangguhkan pendapat/keputusan.

Explain
Dalam fase ini siswa mengkomunikasikan ide-ide mereka berdasarkan hasil
observasi dalam kegiatan fase eksplorasi. Siswa menjelaskan pemahamannya
tentang konsep-konsep yang mereka pelajari. Melalui sederet pertanyaan yang
disusun dengan cermat, guru membantu mengklarifikasi pemahaman siswa
dengan mengkaitkan pengalaman belajar siswa menuju konsep (bergerak
dari konkrit ke abstrak) dan mengenalkan konsep-konsep baru atau istilah
baru.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi
dalam bahasa mereka sendiri, meminta pembenaran/justifikasi
(bukti-bukti) dan klarifikasi dari siswa, memberikan definisi
formal, penjelasan dan label baru, menggunakan pengalaman
siswa terdahulu sebagai dasar untuk menjelaskan konsep.
Kegiatan siswa: menjelaskan pemecahan atau jawaban yang mungkin pada
teman lainnya, mendengarkan penjelasan orang lain dengan
kritis, mempertanyakan penjelasan orang lain, mendengarkan
dan mencoba memahami penjelasan yang diutarakan guru,
mengacu pada aktifitas sebelumnya, menggunakan pengamatan
yang dicatat dalam penjelasan.

Elaborate
Siswa menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada situasi baru.
Mereka meneruskan membangun pemahaman konsep mereka dan
menggunakan pengalaman baru untuk memperluas pengetahuan dan
ketrampilan
Kegiatan guru: meminta siswa untuk menggunakan label formal, definisi
dan penjelasan yang telah diberikan sebelumnya, mendorong
siswa untuk menerapkan dan memperluas konsep dan
ketrampilan dalam situasi baru, mengingatkan siswa pada
penjelasan-penjelasan alternatif.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-19


Kegiatan siswa: menerapkan label, definisi dan ketrampilan yang baru
diperoleh ke dalam situasi yang baru dan mirip, menggunakan
informasi sebelumnya untuk mengajukan pertanyaan,
mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, mendesain
percobaan, menggambarkan kesimpulan yang masuk akal dari
bukti-bukti yang diperoleh, mencatat pengamatan dan
penjelasan dan mengecek pemahaman diantara siswa.

Evaluate
Siswa mengases pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan mereka. Guru
dapat menggunakan hasil belajarnya untuk mengevaluasi kemajuan siswa.
Evaluasi dapat dilakukan disetiap fase pembelajaran.
Kegiatan guru: mengamati siswa ketika siswa menerapkan konsep dan
ketrampilan yang baru, menilai pengetahuan siswa dan/atau
ketrampilan siswa, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah
pikiran dan tingkah laku mereka, memberi kesempatan pada
siswa untuk menilai belajarnya dan ketrampilan proses
kelompok.
Kegiatan siswa: menjawab pertanyaan terbuka dengan menggunakan
pengamatan dan bukti-bukti dan penjelasan sebelumnnya yang
diterima, menunjukkan pemahaman atau pengetahuan konsep
atau ketrampilan, mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan
mereka sendiri, mengajukan pertanyaan terkait yang dapat
mendorong investigasi selanjutnya.

4. Model Pembelajaran PBL (Problem-Based Learning)


Problem-Based Learning (PBL) dikembangkan di sekolah medis di awal
tahun 1970an (Savery & Duffy, 1995). Menurut Boud and Feletti (1991:14)
PBL adalah “a way of constructing and teaching courses using problems as the
stimulus and focus for learner activity. It is not simply the addition of problem-
solving activities to otherwise discipline centered curricula, but a way of
conceiving of the curriculum which is centered around key problems in
professional practice”. PBL merupakan model pembelajaran berpusat pada
siswa dan berbasis inkuiri. Proses inkuiri dicirikan oleh aktivitas mencari
jawaban terhadap pertanyaan, rasa ingin tahu, keraguan, dan ketidakpastian
suatu fenomena dalam kehidupan. Sedangkan masalah merupakan suatu

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-20


keraguan, kesulitan atau ketidakpastian yang membutuhkan pemecahan.
Oleh karena itu, kegiatan inkuiri yang dilakukan oleh siswa merupakan
bagian yang penting dalam PBL dan pemecahan masalah (Barell, 2007: 3).
PBL mengajarkan materi dan ketrampilan dalam domain pengetahuan dengan
menggunakan tantangan atau masalah-masalah otentik yang dirancang
dengan teliti dan substantif (Savery and Duffy, 1995) sebagai stimulus dan
fokus untuk aktivitas siswa yang kolaboratif dan mandiri (self directed) (Boud
and Feletti, 1991). Jadi secara ringkas ciri-ciri PBL adalah sebagai berikut:
 Memfokuskan pada masalah, yaitu siswa mengawali belajar dengan
melakukan simulasi untuk masalah otentik dan tidak terstruktur.
Materi dan ketrampilan yang dipelajari disusun seputar masalah,
bukan dalam bentuk daftar topik yang hirarkis sehinga ada hubungan
timbal balik antara pengetahuan dan masalah. Membangun
pengetahuan didorong oleh masalah dan diterapkan kembali pada
masalah.
 Berpusat pada siswa, oleh karena itu fasilitator tidak bisa mendikte
belajar.
 Mandiri, misalnya siswa secara individual dan kolaboratif
mengasumsikan tanggungjawab untuk menghasilkan isu-isu dan
proses belajar melalui penilaian diri dan penilaian teman sendiri dan
mengakses bahan ajarnya sendiri.
 Refleksi diri, yaitu siswa memonitor pemahamannya dan belajar
mengatur strategi belajarnya.
 Guru adalah fasilitator (bukan pendesiminasi pengetahuan) yang
mendukung dan memodelkan proses penalaran, memfasilitasi proses
kelompok dan dinamika antar siswa, menggali pemahaman siswa
secara mendalam, dan tanpa pernah menyelipkan materi atau
memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa.
Dalam menerapkan PBL ada 7 fase yang harus diikuti (Ramsay & Sorrel,
2006), yaitu:
1. Kasus atau Pernyataan Masalah: Fasilitator menyajikan pendahuluan
untuk suatu masalah. Tujuan tahap ini adalah untuk membangun
hubungan pribadi antara masalah dengan siswa mereka. Contoh kegiatan
yang dilakukan misalnya mendatangkan pembicara tamu, memutar video,
membaca cerita di koran, mengamati foto atau kasus yang ditulis. Tahap
ini memberikan latar belakang informasi yang diperlukan agar siswa dapat

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-21


menempatkan pentingnya konteks masalah dan hasil dalam peernyataan
masalah yang kurang terstruktur.
Contoh masalah dalam kimia:
Jika titik leleh dan titik didih molekul yang terdiri dari atom-atom
yang sama atau berbeda dalam tabel periodik diperiksa, maka
tampak ada perbedaan yang menarik. Titik leleh dan titik didih
untuk molekul HCl yang tersusun dari unsur H dan Cl adalah
114°C dan 85°C, sedangkan nilai ini untuk molekul NO yang
tersusun dari N dan O berturut-turut adalah 163°C dan 151°C.
Dengan melihat data ini, bagaimanakah gaya tarik antar molekul-
molekulnya, yang berada dalam fase gas pada suhu kamar,
memungkinkan partikel itu dalam fase cair atau padat pada suhu
rendah?
Hal serupa, seperti terlihat dalam tabe di bawah, titik leleh dan titik
didih untuk molekul F2, Cl2, Br2, I2, yang terdiri dari unsur
golongan 7A, berbeda satu dengan lainnya: gas F2 dan Cl2 gas, Br2
cair, dan I2 padat pada suhu ruang. Bagaimanakah menjelaskan
perbedaan ini?
Zat F2 Cl2 Br2 I2
Titik leleh (°C) 220 101 7 114
Titk didih (°C) 188 29 59 184
(Dikutip dari Tarhan, dkk. 2008)

2. Pertanyaan: Guru/Fasilitator akan mengarahkan diskusi kelas untuk


menentukan jawaban dari pertanyaan di bawah ini.
 Apakah yang sudah kita ketahui? (Fakta-fakta tentang kasus itu)
 Apa yang perlu kita ketahui? (Fakta lain yang hilang pada poin ini)
 Apakah yang perlu kita pelajari lagi? (Konsep sains/kimia yang perlu
diteliti lagi, dielaborasi atau didefinisikan).
Sebelum melakukan diskusi kelas, guru mungkin meminta siswa untuk
berdiskusi di dalam kelompok masing-masing yang terdiri dari 3-5 orang
siswa. Dari contoh masalah kimia di atas, kemungkinan pertanyaan yang
dinyatakan adalah:
 Apakah pengaruh perbedaan keelektronegativan, jumlah elektron
dan ukuran atom pada titik leleh dan titik didih?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-22


 Mengapa meningkatnya titik leleh dan titik didih dapat
meningkatkan perbedaan keelektronegativan dan polaritas dalam
molekul HCl dan NO?
 Mengapa meningkatnya titik leleh dan titik didih molekul non polar
seperti F2, Cl2, Br2, dan I2, yang tidak memiliki perbedaan
keelektronegativan, dibarengi dengan meningkatkan jumlah
elektron dan ukuran molekul?
3. Rencana Tindakan: Siswa dalam kelompok membuat perencanaan
tentang bagaimana mereka akan menemukan informasi yang diperlukan.
Misalnya, membuat perencanaan dengan cara membuat daftar sumber-
sumber yang dapat membantu penyelidikan, baik berupa buku, artikel,
anggota komunitas atau internet.
4. Penyelidikan: siswa dalam kelompoknya melaksanakan rencana
tindakannya. Fasilitator dapat memilih aktivitas apa yang akan dilakukan
siswa yang memberikan informasi atau elaborasi tentang konsep-konsep
dasar yang diidentifikasi dalam fase pertanyaan. Langkah ini seringkali
disebut sebagai ‘metakognisi’.
5. Meninjau kembali kasus - Evaluasi: ketika kegiatan kelompok selesai,
kelompok berkumpul kembali untuk melaporkan dan mengkaji kembali
pertanyaan. Penyelidikan lebih lanjut mungkin saja masih diperlukan.
6. Produk akhir atau Kinerja: setiap kasus menyimpulkan dengan produk
atau kinerja kelompok, atau bagian dari kelompok. Fasilitator sebaiknya
menyediakan tim investigasi dengan beberapa pilihan produk atau kinerja.
Ini bisa termasuk rencana untuk tindakan selanjutnya.
7. Evaluasi Akhir & Umpan Balik. Siswa penginvestigasi mengevaluasi
kinerjanya, kinerja tim, dan kualitas masalah itu sendiri. Guru meminta
siswa untuk menyampaikan apa yang dapat terlaksana dengan baik dan
apa yang tidak.

II. RANGKUMAN
Inkuiri adalah kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumber-sumber
informasi; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi;
dan mengkomunikasikan hasil. Ada beberapa mitos dan miskonsepsi tentang
inkuiri yaitu: melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-23


melakukan inkuiri; inkuiri menggunakan metode ilmiah; inkuiri tidak
terstruktur dan kacau; inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada
siswa; jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa; inkuiri hanya bisa dilakukan di level
SD dan SMP, namun guru-guru level SMA tidak memiliki waktu ekstra
untuk melakukan inkuiri; pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai;
inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar. Ada beberapa macam model pembelajaran
berbasis inkuiri, yaitu: model pembelajaran inkuiri umum, model
pembelajaran inkuiri konstruktivistik, model pembelajaran learnig cycle 5E
dan model pembelajaran PBL.

III. LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri!
2. Jelaskan beberapa mitos dan miskonsepsi tentang pembelajan inkuiri!
3. Bagaimanakah cirri model pembelajaran inkuiri yang umum?
4. Bagaimanakah ciri model pembelajaran inkuiri konstruktivistik?
5. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dalam model learning cycle
5E?
6. Bagaimanakah ciri-ciri model pembelajaran PBL (Problem-Based
Learning)?
7. Bagaimanakah langkah-langkah dalam model pembelajaran PBL?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-24


Kegiatan Belajar 4:
Model Pembelajaran Kooperatif

1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Kooperatif membahas tentang pengertian
pembelajaran kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian pembelajaran
kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian pembelajaran kooperatif; langkah-
langkah umum dalam menerapkan pembelajaran kooperatif; dan model
pembelajaran kooperatif.

I. URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
berbasis konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa
belajar bersama dalam kelompok kecil (@ 3-4 orang siswa) sehingga setiap
individu dapat berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas kolektif yang
sudah ditentukan tanpa pengawasan langsung dari guru (Cohen, 1994:3).
Siswa dalam kelompok saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator dalam
membimbing siswa menyelesaikan materi tugas dan mengatur siswa kedalam
kelompok belajar yang benar-benar kooperatif. Agar kondisi tersebut benar-
benar terjadi, maka guru harus memahami lima unsur dasar yang harus ada
dalam belajar kooperatif yaitu:
a) Saling ketergantungan positif (positive inter-dependence). Siswa harus
merasa bahwa mereka saling tergantung secara positif dan saling terikat
antar sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-25


siswa lain juga tidak sukses. Dengan demikian, materi tugas haruslah
mencerminkan aspek saling ketergantungan seperti dalam hal tujuan
belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan;
b) Interaksi langsung (face-to-face interaction) antar siswa. Hasil belajar yang
terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi verbal antar
siswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Belajar
kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan
lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan
dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar, dan sumbangan
pemikiran dalam pemecahan masalah. Selain itu siswa juga harus
mengembangkan ketrampilan berkomunikasi secara efektif;
c) Pertanggung jawaban individu (individual accountability). Agar supaya
dapat menyumbang, mendukung, dan membantu satu sama lain, setiap
siswa harus menguasai materi ajar. Dengan demikian setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi dan bertanggung
jawab pula terhadap hasil belajar kelompok. Dengan cara ini prestasi
setiap siswa dapat dimaksimalkan;
d) Ketrampilan berinteraksi antar individu dan kelompok. Ketrampilan sosial
sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada
siswa. Selain itu siswa harus dimotivasi untuk menggunakan ketrampilan
berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses
belajar;
e) Keefektifan proses kelompok ( group processing ). Siswa memproses
keefektifan kelompok belajar mereka dengan cara menjelaskan tindakan
mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak, dan
membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa dilanjutkan atau yang
perlu diubah. Proses kelompok terjadi baik dalam kelompok kecil mapun
di seluruh kelas. Fase-fase dalam proses ini meliputi umpan balik,
refleksi, dan peningkatan kualitas kerja.

B. Langkah-Langkah Umum Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif


Agar supaya belajar kooperatif dapat diterapkan dengan baik, seorang
guru perlu melakukan tiga langkah yaitu persiapan, proses belajar, dan
evaluasi.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-26


a. Persiapan
Sebelum siswa bekerja dalam kelompok, guru harus melakukan
persiapan sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan belajar dengan cara
menentukan materi yang akan dipelajari atau tugas-tugas yang harus
diselesaikan dan ketrampilan kolaborasi yang digunakan dalam kelompok; (2)
Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Guru harus memperhatikan
variasi dalam kelompok berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin,
dan latar belakang kesukuan. Guru disarankan untuk memaksimalkan
heterogenitas siswa dalam kelompok; (3) Menjelaskan tugas. Ada dua aspek
tugas yaitu akademik dan sosial. Tugas akademik mengacu pada hal-hal yang
harus dimiliki siswa untuk menyelesaikan materi tugas. Aspek sosial meliputi
penentuan peran siswa dan aturan-aturan yang harus diikuti oleh kelompok;
(4) Menyusun saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif
berkaitan dengan kesadaran siswa untuk bekerja sama guna mencapai
tujuan belajar. Menurut Van der Kley(1991) ada lima aspek dalam menyusun
ketergantungan yang positif yaitu: ketergantungan tujuan belajar,
ketergantungan peran, ketergantungan pada sumber belajar,
ketergantungan lingkungan belajar, dan ketergantungan penghargaan.
b. Proses Belajar
Peran guru selama kebiatan pembelajaran kooperatif adalah sebagai
fasilitator, yaitu:
(1) Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas. Secara khusus guru
mengelilingi tiap-tiap kelompok dan melakukan hal-hal berikut:
mengusulkan cara lain dalam memecahkan masalah atau mencari
jawaban jawaban; mengarahkan siswa untuk kembali ke sumber belajar
semula dalam proses pemecahan masalah; dan memberikan umpan balik
yang positif terhadap usaha-usaha siswa dalam menyelesaikan tugas.
(2) Membantu siswa bekerja secara kooperatif. Kadang-kadang siswa
cenderung bekerja secara individu daripada kooperatif. Kecenderungan ini
terjadi bila belajar kooperatif merupakan gaya belajar yang baru bagi
siswa. Untuk meningkatkan usaha kooperatif, guru harus memacu siswa
untuk: saling menyebut nama setiap anggota; memusatkan pada tugas-
tugas belajar; saling menanyakan tugas antar siswa; saling memberi
semangat satu dengan lainnya; dan merefleksi dan mengecek pernyataan
anggota kelompok.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-27


c. Evaluasi
Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan oleh guru yaitu
evaluasi hasil belajar dan evaluasi ketrampilan berkolaborasi.
(1) Evaluasi hasil belajar. Evaluasi jenis ini digunakan untuk menilai
pencapaian tujuan belajar kelompok dan memfokuskan pada penilaian
aspek akademik. Hasil belajar tersebut dapat berupa laporan, satu set
jawaban kelompok yang disetujui oleh semua anggotanya, rata-rata skor
ujian individu atau sejumlah anggota kelompok yang mencapai kriteria
tertentu. Menurut Van der Kley(1991) ada beberapa cara untuk menilai
hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:
 setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai
kelompok;
 setiap siswa diberikan tugas atau tes perorangan setelah kegiatan
belajar kooperatif berakhir;
 seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas; nilai setiap anggota kelompok
ditalus dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok; dan
 beberapa topik atau aktivitas yang menggunakan belajar kooperatif
mungkin tidak memerlukan nilai. Dalam hal ini penghargaan pada
siswa dapat diberikan dalam bentuk lain misalnya memilih dan
menunjukkan kepada seluruh siswa salah satu tugas yang terbaik.
(2) Evaluasi ketrampilan berkolaborasi. Evaluasi jenis ini bertujuan untuk
menemukan seberapa baik siswa bekerja sebagai suatu kelompok. Untuk
melaksanakan evaluasi ini, guru harus mengelilingi masing-masing
kelompok dan mencatat apakah kelompok telah menggunakan
ketrampilan kooperatif. Catatan observasi dilakukan dalam hal
bagaimana anggota kelompok melaksanakan ketrampilan berkolaborasi
seperti mendengarkan dan melihat pada pembicara, memberi semangat
pada anggota kelompok yang lain, meninjau jawaban dan pertanyaan(Van
der Kley, 1991). Guru wajib memberikan nilai kelompok berdasarkan
ketrampilan yang digunakan oleh kelompok.

C. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif


Ada beberapa model pembelajaran kooperatif, empat diantaranya
adalah model STAD, model Jigsaw, model proyek laboratorium(laboratory
projects), dan model perdebatan akademik(academic controversies)

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-28


1. Model STAD
Model pembelajaran kooperatif STAD memiliki beberapa fase dalam
sintaksnya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru
dalam mengimplemtasikan fase-fase STAD yaitu:
Fase 1: Pendahuluan: Menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
 Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan,
tujuan pelajaran dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal
siswa.
 Menetapkan tingkah laku dan interaksi antar siswa yang diharapkan.
Fase 2. Penyajian Informasi (Garis besar Materi Pelajaran)
 Menyajikan informasi/konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk
hand-out atau menggunakan bentuk bahan ajar yang lainnya. Bila
digunakan informasi yang banyak dari buku teks, maka bisa
digunakan LKS untuk membantu siswa memilih dan mencatat
informasi yang terdapat dalam buku teks tersebut.
Fase 3. Mengatur siswa ke dalam kelompok belajar.
 Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa dan
menyeimbangkan perbedaan-perbedaan diantara siswa. Dalam hal ini
harus disusun variasinya dalam hal tingkat intelektualnya, jenis
kelamin dan suku. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki
intelektual tinggi, sedang dan rendah.
 Mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya.
Fase 4: Membantu Mahasiswa Bekerja dan Belajar dalam Kelompok.
Fase 5: Memberikan Tes/kuis tentang materi pelajaran. Tes/kuis diberikan
secara individu dan tidak diperkenankan untuk saling bekerja sama.
Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor peningkatan kelompok
didasarkan atas skor individu.
Fase 6: Memberikan Penghargaan pada Kelompok.Penghargaan untuk
kelompok bisa berupa tanda mata/voucer, status (misalnya,
kelompok terbaik), sanjungan, dan sebagainya.

2. Model Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Misalnya, untuk mengajarkan
topik kimia “hidrolisis”, guru membagi topik utama ini menjadi empat
subtopik yaitu hidrolisis garam yang berasal dari: a) asam kuat dan basa

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-29


kuat, b) asam kuat dan basa lemah, c) asam lemah dan basa kuat, d) asam
lemah dan basa lemah. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang
ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok
yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam
subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya
dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga
seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaanya
terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap
siswa dalam kelompok harus menguasai topik hidrolisis secara keseluruhan.

3. Model Proyek Laboratorium (Laboratory Projects)


Bila menginginkan siswa menyelesaikan suatu proyek laboratorium,
guru dapat membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar kooperatif.
Setiap kelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang siswa menyele-saikan
satu proyek. Siswa mengerjakan proyek dan mendiskusikan hasil temuannya
secara kooperatif. Selanjutnya, seluruh anggota kelompok menandatangani
proyek masing-masing untuk menunjukkan bahwa mereka telah
menyumbangkan pemikiran dalam tugas kelompok, menyetujui materi hasil
diskusi kelompok dan dapat menampilkan atau menjelaskannya di depan
kelas. Bila dalam proyek tersebut menggunakan berbagai peralatan seperti
timbangan, beaker glass, labu ukur dan sebagainya, setiap anggota diberi
tanggung-jawab untuk satu atau dua alat atau bila perlu disusun suatu peran
dalam kelompok. Untuk memastikan adanya pertanggungjawaban individu
(individual accountability), setiap siswa dapat ditunjuk untuk menjelaskan
hasil proyeknya secara rinci di depan kelas.

4. Model Perdebatan akademik


Menciptakan konflik atau debat akademik merupakan salah satu cara
pengajaran yang sangat penting dan bermanfaat dalam pembelajaran IPA

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-30


untuk meningkatkan kemampuan akademik. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa( dua
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-
masing kelompok yang mencakup kedua posisi pro dan kontra diberikan
kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin
bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat(recorder),
pembuat kesimpulan(summarizer), pengatur materi( material manager), atau
fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

II. RANGKUMAN
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa belajar bersama
dalam kelompok kecil (@ 3-4 orang siswa) sehingga setiap individu dapat
berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas kolektif yang sudah ditentukan
tanpa pengawasan langsung dari guru. Lima unsure dasar dalam
pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif, interaksi
langsung antar siswa, pertanggung jawaban individu, ketrampilan
berinteraksi antar individu dan kelompok, dan keefektifan proses kelompok.
Langkah-langkah umum dalam menerapkan pembelajaran kooperatif adalah
persiapan, proses belajar dan evaluasi. Ada beberapa model pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah model STAD, model Jigsaw, model proyek
laboratorium dan model perdebatan akademik.

III. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian pembelajaran kooperatif.
2. Jelaskan langkah-langkah umum dalam menjelaskan pembelajaran
kooperatif.
3. Jelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif STAD.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-31


4. Jelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran
jigsaw.
5. Jelaskan kharakteristik model pembelajaran Proyek Laboratorium
(Laboratory Projects)
6. Jelaskan kharakteristik model pembelajaran perdebatan akademik.

IV. REFERENSI
Barell, J. F. 2007. An Inquiry Process. Dalam Problem-Based Learning: An
Inquiry Approach (halaman 3-10) 2nd edition. California, USA: Corwin
Press.

Bodner, G. M. 1986. Constructivism: a theory of knowledge. Journal of


Chemical Education, 63(10), 873-878

Boud, D., and G. Feletti, eds. 1991. The challenge of problem-based learning.
New York: St. Martin’s Press.

Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second
edition. Boston: Allyn and Bacon.

Cherif, A. H. & Adams, G. E. 1993. The essence of teaching. Dalam Forward


to Excellence, Vol 1, No.1, p. 5-7

Chinn, C. A., & Malhotra, B. A. (2002). Epistemologically authentic reasoning


in schools: A theoretical framework for evaluating inquiry tasks.
Science Education, 86, 175-218

Cohen, E. G. 1994. Restructuring the classroom: condition for productive


small group. Review of Educational Research, 64(1), 1-35

Gallagher, J. J. 2007. Teaching Science For Understanding: A Practical Guide


for Middle and High School Teachers. Ohio, USA: Prentice Hall, Inc.

Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models


approach. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, B. and Weil, M. 1986. Models of Teaching (Third Edition). Boston, MA:
allyn & bacon.

Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kauchak, D.P., & Eggen, P. D. 2007.Learning and Teaching; Research-Based
Methods (Fifth Edition). Boston, USA: Allyn and Bacon.

Llewellyn, D. 2002. Inquiry Within: Implementing Inquiry-Based Science


Standards. California, USA.: Corwin Press.

National Research Council. 1996. National science education standards.


Washington, DC: National Academy Press.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-32


Ramsay & Sorrel. 2006. Problem-Based Learning: A novel approach to
teaching safety, helath and environmental course. The Journal of SH &
E Research, 3(2), 1-8

Saskatchewan Education. 2012. Instructional Approaches: A Framework for


Professional Practice Regina, SK: SaskatchewanEducation. Diunduh 8
Mei 2012. (http://www.sasked.gov.sk.ca/docs/policy/approach/instra
pp03.html)

Savery, J.R. & Duffy, T. M. 1995. Problem-Based Learning: An instructional


model and its constructivist framework. Educational Technology, 35,
31-38

Tarhan, L., Kayali H. A., Urek, R. O., & Acar, B. 2008. Problem-Based
Learning in 9th Grade Chemistry Class: ‘Intermolecular Forces’.
Research in Science Education, 38, 285–300

Tobin, K. 1990. Social constructivist perspectives on the reform of science


education. The Australian Science Teacher Journal, 36(4), 29-35

Trowbridge, L. W., Bybee, R.W., & Powell, J.C. 2004. Teaching Secondary
School Science: Strategies for Developing Scientific Literacy (six Edition).
Ohio, USA: Prentice Hall.

Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. 1996. Teaching Secondary School Science:
Strategies for Developing Scientific Literacy (6th Ed.). New Jersey:
Prentice-Hall

Trumbull, D. J., Bonney, R., & Grudens-Schuck, N. 2005.Developing


materials to promote inquiry: Lesson learned. Science Education, 89(6),
879-900

Van der Kley, W. 1991. Cooperative learning: and how to make it happen in
your classroom, New Zealand: Macprint Printing.

Wheatley, G. H. 1991. Constructivist perspectives on science and mathematics


learning. Science Education, 75, 9–21.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM 1-33

Anda mungkin juga menyukai