Menurut Piaget, proses belajar terdiri dari 3 tahap, yakni asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi (penyeimbangan).
d. Aplikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar
yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi peserta didik.
Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip- prinsip sebagai berikut:
a) Peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya
b) Anak usia para sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar denganbaik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkrit.
c) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar amat
d) dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan peserta didik maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
e) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki sibelajar.
f) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
e. Teori Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan
(kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui (Schunk, 1986). Dengan kata lain, karenapembentukan
pengetahuan adalah peserta didik itu sendiri, peserta didik harus aktif selama kegiatan
pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar peserta didik itu sendiri. Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik
adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan
lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu
peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar. Evaluasi belajar
pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi
untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih obyektif
jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan selanjutnya. Jika tujuan belajar
diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat
sebelah.
Pemberian kriteria pada evaluasi mengakibatkan pengaturan pada pembelajaran.
Tujuan belajar mengarahkan pembelajaran yang juga akan mengontrol aktifitas belajar
peserta didik. Pembelajaran dan evaluasi yang menggunakan kriteria merupakan
prototipe obyektifis/behavioristik, yang tidak sesuai bagi teori konstruktivistik. Hasil
belajar konstruktivistik lebih tepat dinilai dengan metode evaluasi goal-free. Evaluasi yang
digunakan untuk menilai hasil belajar konstruktivistik, memerlukan proses pengalaman
kognitif bagi tujuan-tujuan konstruktivistik. Beberapa hal penting tentang evaluasi dalam
aliran konstruktivistik (Siregar & Nara, 2010), yaitu: diarahkan pada tugas- tugas
autentik, mengkonstruksikan pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang
lebih tinggi, mengkonstruksi pengalaman peserta didik, dan mengarhkan evaluasi pada
konteks yang luas dengan berbagaiperspektif.
5.
Table 1.perbedaan pandangan behavioristic dan kontruktivistik
Secara garis besar
BEHAVIORISTIK KONSTRUKTIVISTIK
Pandangan Tentang Pengetahuan, Belajar dan Pembelajaran
Pengetahuan: objektif, pasti, tetap Pengetahuan : non- objektif, temporer,
selalu berubah
Belajar: perolehan pengetahuan Belajar: pemaknaan pengetahuan
Mengajar: memindahkan pengetahuan ke Mengajar: menggali makna
orang yang belajar
Mind berfungsi sebagai alat penjiplak Mind berfungsi sebagai alat
struktur pengetahuan menginterpretasi sehingga muncul makna
yang unik
Si pembelajar diharapkan memiliki Si pembelajar bisa memiliki pemahaman
pemahaman yang sama dengan pengajar yang berbeda terhadap pengetahuan yang
terhadap pengetahuan yang dipelajari dipelajari
Segala sesuatu yang ada di alam telah Segala sesuatu bersifat temporer, berubah,
terstruktur, teratur, rapi. dan tidak menentu.
Pengetahuan juga sudah terstruktur rapi Kitalah yang memberi makna terhadap
realitas
Masalah Belajar dan Pembelajaran
Keteraturan Ketidakteraturan
Si pembelajar dihadapkan pada aturan- Si pembelajar dihadapkan kepada
aturan yang jelas yang ditetapkan lebih lingkungan belajar yang bebas
dulu secara ketat
Pembiasaan (disiplin) sangat esensial Kebebasan merupakan unsur yang sangat
esensial
Kegagalan atau ketidak-mampuan dalam Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan
menambah pengetahuan dikategorikan atau ketidakmampuan dilihat sebagai
sebagai kesalahan, harus dihukum interpretasi yang berbeda yang perlu
Keberhasilan atau kemampuan dihargai
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas dipuji atau diberi hadiah
Ketaatan kepada aturan dipandang sebagai Kebebasan dipandang sebagai penentu
penentu keberhasilan keberhasilan
Kontrol belajar dipegang oleh sistem di Kontrol belajar dipegang oleh si Pembelajar
luar diri si Pembelajar
Tujuan pembelajaran menekankan pada Tujuan pembelajaran menekankan pada
penambahan pengetahuan penciptaan pemahaman, yang menuntut
Seseorang dikatakan telah belajar apabila aktivitas kreatif-produktif dalam konteks
mampu mengungkapkan kembali apa yang nyata
telah dipelajari
Masalah Belajar dan Pembelajaran: Strategi Pembelajaran
Keterampilan terisolasi Penggunaan pengetahuan secara bermakna
Mengikuti urutan kurikulum ketat Mengikuti pandangan si Pembelajar
Aktivitas belajar mengikuti buku teks Aktivitas belajar dalam konteks nyata
Menekankan pada hasil Menekankan pada proses
Masalah Belajar dan Pembelajaran: Evaluasi
Respon pasif Penyusunan makna secara aktif
Menuntut satu jawaban benar Menuntut pemecahan ganda
Evaluasi merupakan bagian terpisah dari Evaluasi merupakan bagian utuh dari
belajar belajar
6. Pada dasarnya setiap model, metode dan media pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam aplikasi pembelajaran akan tetapi kita dapat melakukan pendekatan
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Berikut penjelasannya;
Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran
kontekstual. Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan.
Artinya proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Di dalam konteks
ini, tidak sulit menyatakan bahwa pendekatan saintifik berakar pada metode imiah (saintific
method), sebuah konsep yang menekankan ilmu pengetahuan sebagai kata kerja daripada
kata benda. etode saintifik sendiri merupakan prosedur atau proses, yaitu langkah-langkah
sistematis yang perlu dilakukan untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) yang didasarkan
pada persepsi inderawi dan melibatkan uji hipotesis serta teori secara terkendali. Pendekatan
saintifik memliki relevansi dengan kurikulum 13 Pendekatan saintifik sangat relevan dengan
teori belajar yaitu Bruner, Paiget, dan Vigotsky.
a. Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang
berkaitan dengan teori belajar Bruner.
Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila dia
menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan
memperoleh proses sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik.
Ketiga satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuaan adalah dia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.
Keempat , dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan menguat.
Empat hal tersebut bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
b. Teori Belajar Piaget
Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan
skema (jamak skemata).
Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang denganya seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah
berhenti berubah. Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan semata disebut dengan adaptasi.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang mengintegrasikan stimulus, yang
dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman, baru ke dalam yang
sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok
dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seorang akan melakukan akomodasi. Akomodasi
dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri rangsangan atau
memodifikasi skema yang telah ada, Di dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbang atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.Apabila pada seseorang
akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, dia akan memiliki skemata yang
banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi
lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki skemata yang tidak
banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelektual seseorang,
menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
c. Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari. Akan tetapi tugas-tugas tersebut
masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal
development. Zone of proximal development. adalah daerah yang terletak antara tingkat
perkembangan saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di
bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky menerapkan apa yang disebut
dengan scaffolding (perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan
teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan
diberikan kepada anak selama tahap-tahap pembelajaran, yang kemudian bantuan itu
semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak dalam mengambil
tanggung jawab yang semakin besar, segera setelah dirinya mampu melakukannya sendiri.