Anda di halaman 1dari 4

TEORI BELAJAR

Belajar adalah proses mengubah perilaku individu (siswa) untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Sebagai tenaga pendidik kita harus mengetahui bagaimana cara belajar yang
sesuai dengan kondisi dan lingkungan para siswa.

Menurut Cahyo dalam Rachmawati (2015), teori belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep
dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis, serta telah teruji kebenarannya melalui
eksperimen. Ada beberapa perspektif dalam teori belajar, yaitu teori belajar Kognitif,
Behavioristik, Konstruktivisme, dan Humanistik.

Menurut Morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap dari
tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana peserta didik belajar, sehingga
membantu guru memahami proses belajar siswa, dapat menerapkan teori mana yang bisa atau
pas digunakan untuk pembelajaran terebut.

Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa teori belajar adalah suatu cara pendidik
dalam menentukan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan materi yang
disampaikan.

MACAM MACAM TEORI BELAJAR

 Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Menurut Hamzah uno (2006) teori behavioristic berpandangan tentang belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata
lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut Degeng (2006) evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori ini
menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

Menurut Gusnarib Wahab dan Rosnawati (2021)


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali 22
TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes.

Dalam hal evaluasi bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. . Hukuman memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.

Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa teori behavioristik ini adalah
memberikan kuis ataupun soal kepada siswa untuk mengukur tingkat kefahaman mereka tentang
materi yang telah dipelajari. Untuk hukuman dapat diberikan kepada siswa yang dengan sengaja
tidak mau mengerjakan soal yang telah diberikan.

 Teori konstruiktif
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis
untuk mengumpulkan fakta.

Menurut Abdul Rohim, pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih


menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif. Yang terpenting dalam teori konstruktivistik adalah bahwa dalam proses
pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain.

Menurut Gusnarib Wahab dan Rosnawati (2021) prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik
adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.


6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

7. Mmencari dan menilai pendapat siswa.

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa teori konstuktif adalah teori yang
mengedepankan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah, dapat berupa individual maupun
sosial. Keaktifan disini tedapat dalam memecahkan masalah dan menemukan makna baru atau
pengertian baru sesuai dengan apa yang mereka dapatkan atau lakukan sebelumnya.

 Teori Kognitivisme
Menurut Ausubel, teori kognitivisme menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang
memiliki pengaruh utama terhadap belajar.

Menurut Bruner, teori kognitivisme bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.

Menurut Gusnarib Wahab dan Rosnawati (2021) Karakteristik teori belajar kognitif :

a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.

b. Siswa aktif sebagai penyalur.

c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.

d. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.

f. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.

g. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Dengan demikian, kesimpulannya adalah teori kognitivisme dilakukan dengan cara memperoleh
banyak informasi dan menemukan hubungan antara informasi atau pelajaran baru dengan
informasi atau pelajaran lama yang telah didapatkan sebelumnya.

Implikasi teori belajar dalam pembelajaran


Implikasi teori Pieget terhadap pendidikan, sebagai berikut :

a. Guru atau orang yang terampil harus memusatkan perhatian bagaimana cara berpikir atau
proses mental peserta didik atau siswa dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
tahap kognitif anak melalui pendekatan yang bisa memberikan peserta didik atau siswa terhadap
kesimpulan tertentu.
b. Lebih mementingkan proses dibandingkan hasil. Dalam hal ini guru mendorong peserta didik
atau siswa untuk dapat menentukan sendiri pengetahuan melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.

c. Guru memahami bahwa peserta didik atau siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga dalam mengembangkan kognitifnya juga memiliki kemajuan yang berbeda pula. Hal ini
sesuai dengan teori Pieget yang menyebutkan bahwa seluruh siswa akan tumbuh dan melewati
urutan perkembangan yang sama, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu guru
harus bisa mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam
bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal

d. Pendekatan yang digunakan Pieget adalah berpusat pada peserta didik atau siswa. Artinya,
peserta didik atau siswa memiliki peran yang utama, sehingga difokuskan pada aktivitas belajar
secara individual dan interaksi sosial.

Anda mungkin juga menyukai