Anda di halaman 1dari 5

Soal Nomer 21, 22, 23, dan 24

21. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam
PBM, peserta dapat menentukan teori perkembangan apa yang sesuai
22. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam
PBM, peserta dapat menganalisis teori perkembangan apa yang sesuai.
23. Disajikan narasi PBM dengan kegiatan pembelajaran yang terkait dengan teori
belajar, peserta dapat menganalisis teori belajar apa yang sesuai.
24. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar Penilaian dan analisis hasil belajar, peserta
dapat menentukan alat penilaian serta analisis hasil belajar untuk membantu peserta
didik menguasai kompetensi tersebut.

Macam – macam Teori Belajar:

1. Teori Psikoanalitis
Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang
hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.
Psikoanalisis memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan.

2. Teori Kognitif

Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses
belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif


amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta
didik. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan,
karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

3. Teori Perilaku dan Belajar Sosial

Pokok dari teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatan
yang dilihatnya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang banyak melakukan riset tentang
teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.

Teori ini merupakan perluasan dari teori konstruktivisme yang memperluas


fokusnya dari pembelajaran individual kepada pembelajaran kolaboratif dan sosial. Anak
– anak dan orang dewasa akan belajar banyak dari melakukan pengamatan dan imitasi
ini. Bahkan, tipe belajar ini memainkan peranan yang penting dalam cara membentuk
karakter anak usia dini dan juga dalam tahap perkembangan anak.
4. Teori Etologis

Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah


laku perseorangan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis
pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada
periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman.

Teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin dapat


optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep
kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku
perseorangan dalam keadaan nyata.

5. Teori Ekologis

Dalam teori ekologi memandang manusia sebagai hasil dari interaksi, yang di


maksud dengan interaksi ini sendiri ialah aktivitas saling mempengaruhi antar kekuatan
internal maupun eksternal. Dalam teori ekologi ini individu dapat mempengaruhi
lingkungan, lingkungan mempengaruhi individu ataupun antara individu dan
lingkungan memang saling mempegaruhi dalam interaksi satu sama lain sehingga
mengalami perubahan atau perkembangan. Dalam teori ini juga membahas tentang
pentingnya dimensi mikro dan makro lingkungan di mana anak hidup.

Teori ini memandang bahwa perkembangan manusia merupakan hasil


interaksi atau transaksi antara kekuatan internal (organisme dengan berbagai
atributnya / dari diri sendiri) dan kekuatan eksternal (lingkungan maupun sosial). 

6. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan


tingkah laku. Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau
output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh
peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Penguatan
(reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang
dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan
dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan


sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari
bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan
evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa peserta
didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.
7. Teori Konstruktivistik

Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan


usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan
mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat
memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri
peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya
secara luas.

Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar


proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak
mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik
untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan
pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.

Macam - macam Penilaian:


1. Penilaian otentik

Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai


metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan
kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara
mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan
sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan
prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerja sama dengan siswa. Dalam penilaian autentik, keterlibatan siswa sangat
penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara lebih baik
jika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan
dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar
yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah.
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan
siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta
didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta
didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang
harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah
atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu,
guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
2. Penilaian sikap

Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang


dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud
dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.

Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian


kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu
program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau
sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap
sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan
kemajuan sikap peserta didik secara individual.

kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati


ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada
KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.

Penilaian sikap dilakukan oleh semua guru mata pelajaran, guru BK, dan wali
kelas, serta warga sekolah

3. Penilaian pengetahuan

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan


peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan
ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. 

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan


karakteristik masingmasing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan. 

4. Penilaian keterampilan

PengertianPenilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk


menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu. Keterampilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak
(berpikir) dan keterampilan konkret (kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan
kompetensi, penilaian keterampilan merupakan penilaian untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4.
Penilaian keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan (KD
pada KI-3) yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life).

Teknik Penilaian KeterampilanPenilaian keterampilan dapat dilakukan


dengan berbagai teknik antara lain penilaian praktik/kinerja, proyek, portofolio, atau
produk. Teknik penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD pada
KI-4 mata pelajaran yang akan diukur.

Anda mungkin juga menyukai