Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PROSES

PEMBELAJARAN

Diennora Yossi Puspamurti


FS Universitas Negeri Malang
Email: diennoray@gmail.com

Abstrak
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang tidak pernah berakhir, selalu
dilakukan dan dialami manusia. Proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai, didasari dengan adanya teori
belajar. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa teori belajar yang memiliki
karakteristiknya masing-masing. Teori belajar adalah suatu konsep cara belajar.
Teori-teori belajar dalam proses pembelajaran terbagi menjadi empat teori yaitu,
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar disiplin mental,
dan teori belajar konstruktivisme. Perbedaan teori-teori belajar tersebut terletak
pada jenis-jenis belajar yang diselidiki. Teori-teori belajar tersebut memiliki
karakteristik tertentu, selain itu terdapat hubungan perbedaan dan persamaan
dalam teori-teori tersebut. Jadi, dalam menilai berbagai teori belajar tersebut perlu
memandang dari segi karakeristik, perbedaan, dan persamaan antar perkembangan
teori-teori belajar tertentu yang sesuai dengan jenis-jenis belajar yang
diselidikinya.
Kata Kunci: karakteristik, teori belajar, proses belajar

Setiap teori-teori belajar memiliki kelemahan dan kelebihan masing-


masing. Diperlukan pemahaman yang baik terhadap teori-teori belajar yang ada,
agar dapat mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam perbuatan belajar
atau dalam proses belajar. Proses belajar menurut Rooijakkers (1991:114) “Proses
pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan
tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola, dan proses interaksi tenaga
pendidik, peserta didik, serta sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar
dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”. Adapun pendapat lain
menurut Winkel (1991:200) “proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis
atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan
pembelajaran menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap”. Wittig (1981) membagi proses belajar berlangsung
dalam tiga tahap, yaitu: (1) Acquisition (menerima informasi), (2) Storage
(penyimpanan informasi), (3) Retrieval (mendapatkan kembali informasi). Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah
segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah
informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri
siswa dan memperoleh pengalaman yang dapat menghasilkan pemahaman,
keterampilan, nilai-nilai, serta sikap baru bagi siswa.
Suyono dan Hariyanto (2016) menyatakan bahwa, beberapa teori belajar
secara umum dapat dikelompokan dalam empat kelompok meliputi, teori belajar
behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar sosial, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang
menekankan pada ‘hasil’ daripada proses belajar, teori belajar kognitif
menekankan pada ‘proses’ daripada hasil belajar, teori belajar sosial menekankan
pada belajar melalui pengamatan, peniruan obyek nyata, dan teori belajar
konstruktivisme yang menekankan pada pembelajaran konkrit partisipasi aktif
siswa. Kajian mengenai berbagai teori belajar tersebut akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme merupakan pandangan belajar menurut
perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh interaksi antara stimulus dengan
respons. Teori belajar behaviorisme lebih menekankan pada hasil yaitu perubahan
perilaku daripada proses belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Skinner (1989)
bahwa dalam proses pembelajaran stimulus siswa saling berinteraksi satu dengan
lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan.
Respons ini akan mempengaruhi tingkah laku siswa tersebut. Belajar menekankan
pada hasil yang diperoleh dalam bentuk perubahan perilaku siswa, atau respons
akhir yang muncul dalam diri siswa akibat dari proses pembelajarannya. Proses
pembelajaran dalam teori behaviorisme dapat berupa usaha memodifikasi perilaku
behaviour yang ditentukan melalui gaya mengajar guru salah satunya melalui
penguatan. Penguatan yang diberikan selama proses belajar dan mengajar dapat
berupa penguatan negatif dan positif yang bersifat membangun dan dapat
mendorong siswa. Bentuk-bentuk penguatan positif antara lain: hadiah, permen,
kado, makanan, dan perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol) atau penghargaan. Bentuk-bentuk
penguatan negatif berupa menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Menurut teori
behaviorisme pengetahuan terbentuk melalui stimulus-respon yang akan semakin
kuat dengan adanya penguatan. Teori behaviorisme menekankan pada hasil yang
diperoleh selama proses pembelajaran melalui praktik pembiasaan stimulus-
respon pada siswa. Adapun karakteristik teori belajar behaviorisme, antara lain:
a. Praktik pembelajaran dengan pembiasaan dan perulangan.
b. Pembelajaran berpusat pada dominasi guru (teacher centered learning).
c. Pembelajaran bersifat mekanistik berorientasi terhadap hasil yang dapat
diamati.
d. Murid dipandang pasif, guru sebagai sentral dan komunikasi berlangsung
satu arah.
e. Menerapkan metode hukuman yang efektif untuk mentertertibkan siswa.
f. Menerapkan sistem penguatan baik penguatan positif dan penguatan
negatif.

2. Teori Belajar Kognitivisme


Teori belajar kognitivisme beranggapan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, tetapi proses berfikir yang
sangat kompleks. Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, informasi dan
aspek mental siswa. Budiningsih (2005:34) menyatakan bahwa, “Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks”.
Dalam belajar kognitif pemrosesan informasi pembentukan presepsi siswa
berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya serta adanya skema yaitu proses
mengorganisasikan berbagai pengalaman belajar siswa adalah yang terpenting.
Berbeda dengan teori belajar behaviorisme, bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja tetapi belajar merupakan
suatu perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang tampak, bahwa belajar tidak dapat diukur dari hasil yang
diperoleh. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar itu sendiri yang melihat proses bagaimana suatu ilmu yang baru
berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam
pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya (Budiningsih, 2005). Pembelajaran kognitif adalah suatu proses aktif
dan kreatif yang bertujuan untuk membangun pengalaman-pengalaman. Menurut
Piaget, J (2002), proses belajar terdiri dari tiga tahapan yakni (1) asimilasi, (2)
akomodasi, dan (3) equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam
situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Adapun karakteristik teori belajar kognitif, antara lain:
a. Pembelajaran berpusat dominasi pada siswa (Student Centered).
b. Merangsang siswa untuk aktif berpikir mengembangkan kreativitas.
c. Pembelajaran berdadarkan kemampuan struktur kognitif siswa.

3. Teori Belajar Sosial


Sobur, Alex (2003) menyatakan bahwa, Belajar sosial adalah belajar yang
bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah
sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar
jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian
konflik antar etnis atau antarkelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat
sosial. Teori belajar sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa
kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu
pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku
dan pengetahuan individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas
tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang
berkembangmelalui proses pengamatan, istilah lain yang terkenal dalam teori
belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan
atau mengulangi perilaku model tetapi melibatkan penambahan dan atau
pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan
sekaligus melibatkan proses kognitif individu. Teori belajar sosial menekankan
pada proses belajar mengamati, memperhatikan, meniru, mengingat dan
melibatkan aspek kognitif untuk mengorganisasikan hasil pengamatan dan
pengalaman. Adapun karakteristik teori belajar sosial, antara lain:
a. Unsur pembelajaran utama ialah perhatian dan peniruan
b. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-
lain
c. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan
guru sebagai model
d. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan
yang positif dari guru
e. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang
positif.
f. Pembelajaran berpusat pada dominasi siswa (Student Centered), guru
sebagai pembimbing fasilitator yang baik bagi siswa untuk dijadikan
teladan.

4. Teori Belajar Konstruktivisme


Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha (2002
: 16) adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada
akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan
hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran teori
konstruktivisme siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka dan
harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar pasa
kreativitas dan keaktifan siswa yang akan membantu mereka untuk berdiri sendiri
dalam kehidupan kognitif Belajar lebih diarahkan pada experimental learning
yaitu berdasarkan pengalaman konkrit di Laboratorium, diskusi dengan teman
sekelas, kemudian dikontemplasikan menjadi ide dan pengembangan konsep baru.
Aksentuasi dari mendidik dan mengajar pada teori ini tidak terfokus pada tenaga
pendidik melainkan pada pebelajar. Teori belajar konstruktivisme adalah
pembelajaran yang dilandasi adanya premis bahwa belajar dengan merefleksikan
pengalaman, membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita secara
konkrit. Adapun implikasi dari pembelajaran model konstruktivisme meliputi
empat tahapan, yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep serta
pengembangan konsep dan aplikasi. Adapun karakteristik teori belajar
konstruktivisme, antara lain:
a. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang
relevan.
b. Mengutamakan proses menekankan pada pembelajaran eksperimen konkrit.
c. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial.
d. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman nyata.
e. Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman.
f. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
g. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
h. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
i. Pembelajaran berpusat pada dominasi siswa (Student Centered) guru
sebagai fasilitator.

Teori-teori belajar dalam proses pembelajaran memiliki karakteristiknya masing-


masing. Adapun persamaan dan perbedaan dari berbagai teori belajar dalam proses
belajar diperinci dalam tabel berikut:
TINJAUA BEHAVIORISM KOGNITIVISM SOSIAL KONSTRUKTIVISM
N E E E
Persamaan Pembelajaran  Siswa secara  Pembelajaran  Siswa aktif secara
menggunakan aktif dalam menggunakan mental membangun
sistem penguatan belajar, system struktur
kepada siswa, baik berpikir, penguatan pengetahuannya
penguatan negatif mengorganisir kepada siswa,  Siswa aktif
maupun positif pengalaman- baik penguatan membangun
pengalaman negatif maupun pengetahuan,
yang telah positif menalar,
dimiliki dengan  Mengusahakan mengkonstruksi
pengetahuan partisipasi aktif pengalamannya.
baru siswa dalam  Berpusat pada siswa
 Berpusat pada belajar dan (student centered)
siswa (student menyusun guru sebagai
centered) guru pengetahuan fasilitator
sebagai  Berpusat pada
fasilitator siswa (student
centered) guru
sebagai
fasilitator
Perbedaan  Murid  Pembelajaran  Pembelajaran  Siswa membangun
dipandang pasif, berorientasi menggunakan pengetahuannya
guru sebagai terhadap proses model, peniruan sendiri
sentral dan  Pembelajaran  Siswa  Pembelajaran
komunikasi berdasarkan membangun berorientasi pada
berlangsung kemampuan pengetahuan partisipasi aktif
satu arah struktur melalui siswa dalam
 Pembelajaran kognitif siswa. pengamatan di membangun
bersifat  Pembelajaran lingkungan pengetahuannya
mekanistik sangat sosial melalui pengamatan
berorientasi kompleks  Tingkah laku dan kerja nyata
terhadap hasil mengolah model boleh
yang dapat informasi, dipelajari
diamati melalui membangun melalui bahasa,
tingkah laku presepsi teladan, nilai
berdasarkan dan lain- lain
unsur kognitif  Pelajar meniru
siswa dan suatu
pengalaman
kemampuan dari
siswa,
kecakapan yang
didemonstrasika
n guru sebagai
model

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Karli, H dan S.Y. Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi


Model-Model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.

Piaget, J. 2002. Tingkat Perkembangan Kognitif. Jakarta: Gramedia.

Rooijakers. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Skinner, B. F. 1996. Science and Human Behaviour. New York: McMillan

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Wittig. 1981. Theory and Problems of Psychology of Learning. New York: McGraw-
Hill

Anda mungkin juga menyukai