oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
D. Metode Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini tim penulis menggunakan metode Library research yaitu
penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan masalah karya tulis ini seperti buku, jurnal
maupun artikel.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Teoretis
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan
kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan
proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan
sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap
aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun),
tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11
tahun ke atas), dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
1) Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu (secara perseptual,
emosional-motivational, dan konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.
2) Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi
dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada
satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga
mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.
3) Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu
untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang
sebaliknya.
4) Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.
5) Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncat-loncat). Tidak
dapat melakukan pekerjaan secara berurutan.
6) Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu objek tidak
berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja.
B. Analisis Praktis
1. Karakteristik perkembangan kognitif
Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif peserta didik
dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP dan SMA).
a.1 Usia Sekolah (Sekolah Dasar)
Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam
tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus
pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut
pieget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan opersi kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan
peristiwa-peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita (2009:104).
Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan
sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan permasalahan yang dihadapinya.
Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau
situasi serta tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan
penggandaan, mengurutkan sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam
sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).
Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karangan Desmita (2009:104) menurut
pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini telah mampu
menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek
yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada
masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi:
negasi, resiprokasi dan identitas.
a.Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan
benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja tetapi belum
memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret opersional, anak memahami proses
apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
c.Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada dalam suatu
deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap
mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia
sekolah (masa Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai
memahami akan susunan dan urutan tertentu.
a.2 Remaja (SMP dan SMA)
Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap
pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada
usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia remaja sampai masa dewasa
(Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita, 2009). Pada masa remaja, anak sudah mampu
berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
sudah tersedia.
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia
mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu berfikir
masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum
diketahui.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting
bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan
anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh
Piaget dan dengan caran system pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi
lebih menekankan bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi pada
teori Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua
pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan
orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai
dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu
yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal-bakal perkembangan
kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan
berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak
tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk
lingkungan maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada
perkembangan kognitif anak semakin besar.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif agar cara pengajaran kita sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
B. Rekomendasi
1.Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2.Selalu belajar serius agar menjadi peserta didik yang nantinya dapat dengan mudah
memahami tentang perkembangan kognitifnya.
3.Peran serta pemerintah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA