Anda di halaman 1dari 90

Perbedaan Individual: Siswa

Berkebutuhan Khusus

Disusun oleh: Fuadah Fakhruddiana


● Inklusi: Istilah teknis tentang praktik memberikan
pendidikan di dalam ruang kelas umum kepada siswa
yang diidentifikasi memiliki kebutuhan khusus.
● Anak berkebutuhan khusus (Heward)
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Tunanetra
Gangguan
Sensori-Motorik Tunarungu-wicara

Tunadaksa
Tunagrahita
Ragam ABK
Slow learner

Tunalaras-Conduct Disorder

Gangguan
Perkembangan ADD-ADHD

Autisme

Kesulitan Belajar

Giftedness
Pilihan Pendidikan bagi ABK

1. SEKOLAH LUAR BIASA


 SLB bagian A untuk tunanetra
● SLB bagian B untuk tunarungu
● SLB bagian C untuk tunagrahita
● SLB bagian D untuk tunadaksa
● SLB bagian E untuk tunalaras
● SLB bagian F untuk autism

2. SEKOLAH INKLUSI
3. HOMESCHOOLING
1. TUNANETRA
● Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam
penglihatan.
● Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:
buta total (Blind) dan low vision.
● Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan: Individu
yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tuna netra memiliki keterbatasan dalam
indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan
pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran.
● Prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang
digunakan harus bersifat taktual dan bersuara.
Contohnya: penggunaan tulisan braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. sedangkan media yang
bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.

● Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa


mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi
dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra
mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan
tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium).
Mengadaptasi Pengajaran Siswa dengan
Gangguan Visual
1. Terlebih dahulu memperkenalkan siswa terhadap
pengaturan fisik dari ruang kelas.
2. Menggunakan materi visual dengan kontras tajam.
3. Sangat mengandalkan modalitas lain.
4. Mengizinkan waktu ekstra dalam pembelajaran dan
prestasi.
5. Mengajarkan strategi belajar.

8
2. TUNARUNGU &
GANGGUAN
KOMUNIKASI
Tunarungu
● Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.

● Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan


pendengaran adalah:
 Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
 Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
 Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
 Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
 Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
● Memiliki hambatan dalam pendengaran, maka individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tuna rungu-wicara.
● Komunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat,
untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional
sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap
negara.
● Beberapa sekolah sedang mengembangkan komunikasi total
yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
● Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami
konsep dari sesuatu yang abstrak. Misal : konsep TUHAN
Anak dengan gangguan pendengaran dapat disertai
dengan
◦ Gangguan perilaku
◦ Gangguan interaksi-sosial
◦ Gangguan emosi
◦ Gangguan dalam konsep diri dan identitas diri

Penting diketahui :
● Gangguan pendengarandapat merupakan kelainan
yang berdiri tunggal atau merupakan bagian dari
“multiple handicaps”.
Multiple handicaps” dengan gangguan pendengaran

◦ akan lebih sulit belajar memahami hal-hal yang


berhubungan dengan kemampuan akademik
◦ seringkali didapatkan “impulsive” dan “anxiety
disorders” bahkan “conduct” problem.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran, dapat
mengalami gangguan dalam hal: keseimbangan
tubuh dan kemampuan motorik.
Lakukan observasi yang komprehensif pada anak-anak
dengan keterlambatan perkembangan (dengan
melakukan pemeriksaan kemampuan dengarnya)
Mengadaptasi Pengajaran Siswa dengan
Gangguan Pendengaran

1. Meminimalisasi suara takrelevan.


2. Menambahi presentasi auditoris dengan informasi
visual dan pengalaman langsung.
3. Berkomunikasi dengan cara yang membantu siswa
mendengar dan membaca gerakan mulut.
4. Mengajarkan bahasa isyarat standar dan pengejaan
dengan jari kepada semua teman sekelas
Gangguan Komunikasi

Ketidakmampuan untuk menghasilkan bunyi


secara efektif untuk bicara.
1. Gangguan Artikulasi: salah satu kesulitan melafalkan, seperti
substitusi, distorsi, atau pembuangan bunyi
2. Gangguan Voicing (Penyuaraan): pitch, kualitas, keras-
lembut, atau intonasi yang tidak pas

Gangguan Bahasa
Sangat kurang dalam kemampuannya memahami atau
mengekspresikan bahasa, dibandingkan siswa-siswa lain
seumurnya dan kelompok kulturalnya (Owens, 1999)
Pembelajaran Anak Tunarungu-Wicara

● Terapi wicara
● Pelatihan bahasa isyarat
● Pelatihan ekspresi dan olah tubuh
● Selanjutnya tergantung pada potensi dan problem
anak secara individual
Mengadaptasi Pengajaran Siswa dengan
Gangguan Bicara-Komunikasi
● Mengadaptasi pengajaran bagi siswa dengan gangguan
bicara & komunikasi:
○ Mendorong komunikasi oral
○ Sabar mendengarkan
○ Menyarankan klarifikasi
○ Memanfaatkan komunikasi augmentatif dan alternatif
(augmentative and alternative communication, AAC) bagi
siswa yang sedikit atau tidak memiliki bahasa oral
3. TUNADAKSA
● Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
● Tingkat gangguan pada tunadaksa:
 Ringan
yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik
tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
 Sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik,
 Berat
yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak
mampu mengontrol gerakan fisik.
Penekanan Pembelajaran Individu Tunadaksa

Bila inteligensi rata-rata atau di atasnya:


● Memberikan support/dukungan yang cukup agar individu
mampu mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
● Membangun softskill yang dibutuhkan untuk dapat hidup
secara mandiri. Jika perlu, secara berkala diadakan pelatihan
motivasi, pelatihan berpikir positif, pelatihan self-confidence,
pelatihan interpersonal relationship, pelatihan problem
solving, dll.
Penekanan Pembelajaran Individu Tunadaksa

● Peningkatan keterampilan sesuai dengan potensi yang dimiliki


agar dapat menghasilkan karya yang dapat mengantarkannya
untuk hidup secara mandiri

● Perlu diadakan event untuk dapat menunjukkan hasil karyanya


sehingga dapat/tetap tumbuh rasa percaya diri. Jika perlu
disertai dengan adanya penghargaan.
Penekanan Pembelajaran Individu
Tunadaksa

Jika inteligensi di bawah rata-rata:


● Penerimaan dari orang-orang di sekitarnya
● Optimalkan potensi yang dimiliki dengan terlebih dahulu
melakukan deteksi problem & potensinya (assessment)
● Beri tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
● Instruksi dibuat dengan sederhana dan satu instruksi satu
tugas
● Berikan dukungan dan motivasi bahwa ia bisa/mampu
● Beri penghargaan/reward jika ia dapat melakukan tugasnya
meski sederhana/kecil
4. TUNAGRAHITA
(DISABILITAS
INTEEKTUAL)
● Tunagrahita adalah individu yang memiliki inteligensi yang
signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam
masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada
tingkatan IQ.

● Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)  mampu didik


● Tunagrahita sedang (IQ : 36-51)  mampu latih
● Tunagrahita berat (IQ : 20-35)  mampu rawat
● Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
● Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan
pada kemampuan bantu diri dan sosialisasi.
Retardasi mental merupakan bentuk kelainan perkembangan yang
ditandai dengan tingkat inteligensi & kemampuan seorang individu
untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi & lingkungan
berada di bawah rata-rata kemampuan seusianya.

Sulit dalam hal:


● Belajar
● Menguasai keterampilan baru
● Adaptasi dengan berbagai kondisi sosial
● Berkomunikasi
● Berprestasi akademis
Klasifikasi Retardasi menurut National Information Center for Children and Youth
with Disabilities, 1998

Derajat Retardasi
Rentang IQ Kemampuan Terminologi Prevalens Prototype
Belajar Psikologis
84 – 70 Slow learner Borderline Lambat belajar
69 - 55 Mampu didik Ringan 2,5 % Kesulitan dalam
aspek sosial emosi
54 – 40 Mampu Latih Sedang 0,3 % Kelainan organik
39 – 25 Sub-trainable Berat Gangguan sistem
syaraf pusat,
gangguan organik
lain, sindrom
< 25 Profound 0,1 %
POTENSI AKADEMIS & BEKERJA
BERDASARKAN DERAJAT RETARDASI
LEVEL POTENSI AKADEMIS KEHIDUPAN SEHARI- PEKERJAAN
HARI

Borderline Sekolah reguler Mampu mandiri Dapat bekerja


sampai kelas 6

Ringan Membaca & menulis Relatif mandiri Membutuhkan


sampai kelas 4-5 atau pelatihan
kurang khusus

Sedang Membaca sangat Mampu Membutuhkan


terbatas, hanya berpakaian, pekerjaan yang
sampai kelas 1 atau 2 membersihkan terawasi
diri, menyiapkan
makanan
LEVEL POTENSI KEHIDUPAN PEKERJAAN
AKADEMIS SEHARI-HARI
Berat Sulit sekali Dapat dilatih Membutuhkan
membaca membersihkan pekerjaan
diri dengan yang terawasi
bantuan
Sangat berat Tidak ada Sedikit yang Sangat-
bisa dilatih sangat
membersihkan terbatas
diri
5. SLOW LEARNER
● Slow learner atau anak lambat belajar adalah
mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di
bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah
satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini
bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes
IQ mereka menunjukkan skor antara 70 dan 90
(Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007).
● Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan
belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan
teman sebayanya.
Ciri-ciri Individu dg Slow Learner
● Ciri fisik normal
● Kemampuan akademik terbatas, kecenderungan untuk tidak
naik kelas/tingkat. Hal ini karena kemampuan berpikir
abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada
umumnya. Sehingga tampak sulit menangkap materi,
responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat
diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.
● Memiliki rentang perhatian yang pendek.
● Disertai kurangnya kemampuan-kemampuan lain, a.l.
kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis,
olahraga, atau mengenakan pakaian).
● Dari sisi perilaku, cenderung pendiam dan pemalu, dan
kesulitan untuk berteman.
● Cenderung kurang percaya diri.
Pembelajaran pada Individu
Slow Learner

● Instruksi jelas, singkat dan sederhana


● Ketika berkomunikasi lakukan kontak mata dan
usahakan berhadapan/kepala sejajar dengan kepala
anak
● Apabila memberi beberapa tugas, berikan satu per satu
● Menanamkan konsep dengan bahasa yang sederhana
dan se-kongkrit mungkin sehingga memerlukan
peragaan dan/atau petunjuk visual
● Tugas-tugas yang diberikan bersifat sederhana,
terstruktur, dan kongkrit
● Perlu pengulangan lebih banyak (remediasi) daripada
teman sebayanya
Pembelajaran pada Individu
Slow Learner
● Hindari mendorong mereka berkompetisi dengan anak
sebayanya
● Berikan kesempatan untuk bereksperimen dan praktek
langsung tentang berbagai konsep dengan
menggunakan bahan-bahan kongkrit atau dalam situasi
simulasi.
● Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka
kaitkan materi tersebut dengan materi yang telah
dipahaminya.
● Melibatkan orang tua dalam pendidikan anaknya.
Berikan dorongan kepada orang tua untuk membimbing
mengerjakan PR, menghadiri pertemuan-pertemuan di
sekolah. Intinya jalin komunikasi dengan orang tua
Mengadaptasi Pengajaran bagi Siswa dengan
disabilitas intelektual
● Mengadaptasi pengajaran bagi siswa dengan disabilitas
intelektual:
○ Menjalankan pengajaran secara cukup perlahan, guna
memastikan kesuksesan
○ Menentukan tujuan jangka pendek
○ Menyediakan perancahan yang mencukupi
○ Menyertakan keterampilan vokasional dan kehidupan umum
di dalam kurikulum
6. TUNALARAS–
CONDUCT DISORDER
Oppositional Defiant Disorder (ODD)

A. Pola sikap yang negativistik, bermusuhan, dan


menentang
(tdk mematuhi aturan) berlangsung min 6 bln,
mencakup 4
(atau lebih) gejala sbb:
1. Sering kehilangan kesabaran
2. Sering berargumentasi dg org dewasa
3. Sering sengaja mengganggu orang lain
4. Sering scr aktif menentang atau menolak aturan2 yg
“diterapkan” oleh org dewasa
5. Sering menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya
6. Seringkali perasa/sensitif atau sangat mudah tersinggung oleh orang
lain
7. Sering marah & membenci sesuatu
8. Sering mendendam, mendengki, dan membalas dendam.

B. Gangguan perilaku tersebut sampai mengganggu fungsi sosial,


akademik, dan keterampilan kehidupan sehari-hari
C. Perilaku tidak terjadi akibat suatu gangguan kejiwaan atau
gangguan mood
D. Tidak termasuk CD atau gangguan keprib anti sosial
● Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.

● Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku


menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku di sekitarnya.

● Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan


faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

● Dalam DSM disebut dengan Conduct Disorder (CD)


Pembelajaran Anak Tuna Laras

● Melakukan assesment kebutuhan emosi mendasar anak


● Dikenalkan aturan yang senantiasa ditegakkan secara
konsisten
● Perlu pelatihan emosi yang bersifat berkesinambungan
● Penerimaan tulus akan kelebihan dan kekurangan anak
● Pelatihan kerja dan keterampilan sesuai dengan potensi
anak. Dari pelatihan tsb diupayakan menghasilkan karya
yang menstimulasi penghargaan
Conduct Disorder
A. Pola perilaku yang berulang & menetap dimana aturan dasar berinteraksi
dengan orang lain atau norma2 sosial utama yang sesuai dengn umurnya,
atau peraturan, semua dilanggar, shg bermanifestasi pada adanya 3 (atau
lebih) kritieria di bawah ini, dalam waktu 12 bulan terakhir dg minimal1
kriteria ada dalam 6 bulan terakhir
Agresivitas pada orang atau binatang
1. Sering menggertak, mengancam, & mengintimidasi orang
2. Sering memulai perkelahian fisik
3. Sering menggunakan alat/senjata yg dapat menyebabkan cedera serius
(misalnya: batu,batu bata, pecahan botol, pisau, pistol)
4. Pernah berbuat kejam pd orang
5. Pernah berbuat kejam ada binatang
● Pernah mencuri saat berkonfrontasi dengan korban (mencopet,
merampas)
● Pernah memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual

Merusak Barang / Properti


1. Pernah dengan barang sengaja terlibat dlm pembakaran sesuatu dengan
tujuan menimbulkan kerusakan serius
2. Pernah dengan sengaja menghancurkan barang milik orang lain selain
dengan cara dibakar
Kebohongan/kepalsuan/pencurian
● Pernah merusak/memaksa masuk ke rumah atau mobil orang lain
● Sering berbohong utk mendapatkan suatu barang, atau mendapatkan
keinginannya atau untuk menghindar dari suatu tugas
● Pernah mencuri barang yang berharga tanpa berkonfrontasi dg korban
(mengutil)
Pelanggaran Aturan yang Serius
 Sering keluar malam menentang aturan orang tua, sebelum usia 13 tahun
 Pernah kabur dari rumah & bermalam di luar rumah, sedikitnya 2 kali
 Sering bolos dari sekolah, sebelum usia 13 tahun
Mengadaptasi Pengajaran bagi Siswa dengan
Gangguan Emosi & Perilaku
○ Menunjukkan ketertarikan terhadap kesejahteraan dan
perkembangan pribadi dari siswanya
○ Memberikan kepada siswa suatu rasa kendali
terhadap kondisi mereka
○ Memastikan bahwa siswa memang mempelajari
keterampilan dasar
○ Waspada terhadap tanda kemungkinan siswa
memikirkan bunuh diri
7. ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY
DISORDER
● Bentuk lain dari gangguan pemusatan perhatian, selain
ADD (Attention Deficit Disorder)
● Istilah yang digunakan untuk gangguan perilaku disruptif
karena kurang pengontrolan diri.
● Ditandai dengan overaktivitas, kesulitan eksesif untuk
mempertahankan perhatian atau impulsivitas.
- Inatensi
- Pengontrolan (impulsif)
- Hiperaktivitas
Inatensi
Sulit konsentrasi
Tidak fokus
Diajak bicara seperti tidak ‘ngeh’ (tidak nyambung)
PR atau tugas di rumah tidak dikerjakan
Mudah teralih perhatiannya
Barang-barang (terutama pribadi) sering tertinggal
Sering kelupaan
Impulsif
Belum selesai ditanya, sudah menjawab duluan
Sering interupsi
Sulit antri
Sulit toleransi
Senang mengganggu orang lain / ‘jail’
Senang bermain yang ‘berbahaya’
Acting without thinking
Responnya reaktif (tanpa pertimbangan)

Hiperaktif
Rusuh
Tidak bisa duduk tenang, gelisah, inginnya
Tergesa-gesa
berdiri, jalan-jalan di tempat yang
Clumsy (nabrak-nabrak, seperti ceroboh)
seharusnya dia duduk
Grasa-grusu
Kalau bisa lari, mending lari saja … atau
Barang berjatuhan
manjat
Bicara … terus …
Tidak bisa main dengan ‘tenang’
Kontak dengan orang lain, baik
Selalu inginnya bergerak seperti ada mesin
Isi pembicaraan nyambung walau kadang lompat-lompat
penggeraknya
Mengadaptasi pengajaran bagi siswa ADHD

○ Memodifikasi jadwal dan lingkungan belajar dari


siswa
○ Memfasilitasi secara eksplisit terhadap atensi dan
konsentrasi
○ Menyediakan pelampiasan bagi energi berlebih
○ Membantu siswa mengorganisasi dan
memanfaatkan waktu secara efektif
8. AUTISM SPECTRUM
DISORDER
PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER
(PDD)
1. Autistic Disorders (AUTISM)
2. Asperger Syndrome
3. PDD NOS (Pervasive Developmental
Disorder Non Specified)
4. Rett’s Syndrome
5. Childhood Disintegrative Disorder
Pervasive: meluas & mendalam
Gejala Utama PDD (Volkmar & Rutter, 1995)
1. Gangguan komunikasi
2. Gangguan keterampilan berinteraksi sosial (timbal balik)
3. Aktivitas, minat & perilaku yg stereotipik

FAKTA tentang AUTISME:


● Kelainan neurodevelopment
● Faktor genetic berperan paling dominan
● Kelainan yang disandang sepanjang hidup
● Mengenai siapapun dari latar belakang ekonomi & tingkat pendidikan
manapun
● Tidak ada pertanda khusus dari pemeriksaan laboratorium yang dapat
digunakan
● Belum ada teori yang diteirma secara luas mengenai kejadian autis
● Laki-laki lebih sering daripada perempuan
● Intervensi dini yang tepat memberikan hasil yang positif pada outcome secara
keseluruhan
Autistic Disorder/Autism Spectrum Disorder

● Disabilitas perkembangan yang memiliki pengaruh


signifikan pada komunikasi verbal dan nonverbal dan
interaksi sosial
● Digolongkan sebagai gangguan pervasif, krn banyak
segi perkembangan psikologi dasar anak yang
terganggu berat secara bersamaan seperti fungsi
kognitif, emosi, dan psikomotorik anak.
● Disebut spectrum karena fungsi kemampuannya mulai
dari ringan sampai berat: low functioning, middle
functioning, & high functioning
● Dikatakan ringan atau berat tergantung dari
kompleksitas gejala
“Kesulitan Belajar” pada Anak Autis (Siegel, 2003)

● Tidak dapat belajar melalui pengalaman


sosial
● Sulit untuk menirukan sesuatu secara spontan
● Tidak mampu belajar melalui teman
sebayanya
● Tidak mampu memahami bahasa tubuh
● Hanya memproses informasi visual tanpa
memproses informasi auditori
● Terpaku pada perilaku repetitif (berulang) &
kehilangan kesempatan untuk menggali
informasi baru
Spektrum IQ - Prognosis

● 30 % retardasi mental ringan sampai sedang


● 40 % retardasi mental berat
● Hanya 30% IQ normal
● Kepandaian sebagian besar anak autis  di bawah rata-rata

Prognosis
Low functioning  tidak dapat diharapkan untuk hidup
mandiri
Medium/middle functioning  dapat digabung dalam kelas
khusus
High functioning  dapat hidup mandiri, bisa sukses
dalam pekerjaan, dan bisa berkeluarga
Namun kesemuanya perlu pendampingan
orangtua/keluarga
Intervensi bagi Anak Autis

● Terapi perilaku
● Terapi obat (Pharmacotherapy)
● Terapi wicara
Metode PECS (Picture Exchange
Communication System)  sistem
komunikasi dg media pertukaran gambar
Mengadaptasi Pengajaran bagi Siswa dengan
Autisme
○ Memaksimalisasi konsistensi pengaturan ruang kelas
dan skedul mingguan.
○ Menggunakan sinyal visual sesering mungkin, yang
juga mencakup instruksi.
● Senantiasa menciptakan kontak mata untuk menjalin
hubungan dan komunikasi
● Instruksi sederhana, singkat, dan jelas
● Rutinitas yang terstruktur

54
9. KESULITAN BELAJAR
(Learning Disorder/ Learning
Disability / Learning Difficulties)
● Dialami pada ABK yang bisa disebabkan oleh
gangguan neurologis, brain injury,dan
gangguan emosi karena pola asuh atau
gangguan neurologis atau motivasi karena pola
asuh
● Bisa terjadi pada semua gangguan atau
ketunaan atau kelainan.
● Untuk gangguan membaca, berhitung, dan
menulis dengan anak/individu dg IQ minimal
rata2 disebut Specific Learning Disability (SLD).
Pembelajaran Siswa dengan Kesulitan Belajar

● Lakukan assesment secara teliti LD yang dialami


anak, gangguan atau kelainannya apa
● Perlu pendampingan belajar oleh tentor, mentor,
atau shadow teacher
● Senantiasa memberikan support atau dukungan
bahwa ia bisa
● Memperbanyak latihan/pengulangan (remediasi)
● Terapi Gerak
● Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) adalah
suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi
kemampuan untuk menerima, memproses,
menganalisis atau menyimpan informasi.
● Mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa,
berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, dan menulis
● Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau
diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-
motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan
orientasi arah dan ruang dan keterlambatan
perkembangan konsep.
Kesulitan Belajar Spesifik

Terdiri dari 3 macam, yaitu:


● Dyslexia (disleksia/keberbahasaan)
● Dysgraphia (disgrafia/tulisan)
● Dyscalculia (diskalkulia/hitungan
Fakta tentang Disleksia
● Tingkat kecerdasan: normal atau di atas rata-rata
● Dapat dikenali dini
● Intervensi dini  hasil jauh lebih baik
● Prognosis/long-term outcome SANGAT BAIK
● Intervensi tidak tepat  tingkat pendidikan rendah, poor self-
esteem, high rates of unemployment and psychosocial stress in
adult
● Dyslexia disandang seumur hidup namun biasanya mereka
berespon dengan baik terhadap intervensi yang tepat
● Merupakan kondisi kronis yang menetap, BUKAN suatu
keterlambatan perkembangan, dan BUKAN karena salah pola
pengasuhan
● Lebih banyak terjadi pada laki-laki
Pembelajaran untuk SLD

REMEDIAL AKOMODASI

• Bagian yang sulit • Setting ruangan


• Perlu • Setting lembar kerja
teknik/metode • Setting belajar
tertentu • Setting marka/tanda-
• Multisensoris tanda yang
• Overlearning digunakan untuk
belajar
Mengadaptasi Pengajaran bagi
Siswa dengan Disabilitas Belajar
1. Meminimalisasi pengalih perhatian

2. Menyajikan informasi baru dalam cara eksplisit dan terorganisasi


baik

3. Menyajikan informasi dalam banyak modalitas sensoris

4. Menyajikan materi yang menstimulasi dan baru

5. Menganalisis kesalahan siswa

6. Mengajarkan keterampilan dan strategi belajar

7. Menyediakan perancahan/scaffolding

62
10. GIFTEDNESS
Gifted
● Gifted = hadiah (dari Tuhan)
● Individu dengan IQ ≥ 130
● Menurut Renzulli (Three Rings Concept)
 Individu dg kemampuan intelektual tinggi,
 Kreativitas tinggi,
 Task-commitment yang tinggi
The normal distribution
Workshop Giftedness, Des 2008
Workshop Giftedness, Des 2008
Kata kunci ‘Gifted’

● Kemajuan aspek kognitif atau intelektual atau


menunjukkan bakat atau kemampuan tertentu
(performansi tertentu) yang muncul atau tampak pada
usia yang sangat muda
● Asynchronous Development atau Perkembangan Yang
Tidak Serasi
● Overexcitability
Giftedness atau kecerdasan/keberbakatan istimewa adalah
suatu pola perkembangan yang tidak serasi (tidak
sejalan/tidak sinkron; asynchronous development ) pada
individu-individu tertentu, dimana didalamnya terkombinasi
suatu tingkat kemampuan kognitif/intelektual yang sangat
maju yang disertai dengan intensitas emosi (kedalaman
perasaan; emotional intensity) yang sangat kuat yang pada
akhirnya menciptakan suatu pola pengalaman dan kesadaran
dalam diri individu-individu tersebut yang secara kualitatif
sangat berbeda dengan individu-individu lain yang seusianya.
Ketidak-serasian ini akan semakin meningkat dengan semakin
tingginya kapasitas intelektual yang mereka miliki. Keunikan
seperti inilah yang pada akhirnya mempersyaratkan adanya
suatu pola pengasuhan, pengajaran, dan pembimbingan yang
khusus agar proses tumbuh kembang mereka dapat berjalan
dengan optimal ” (The Columbus Group, 1991)

Workshop Giftedness, Des 2008


Contoh Perkembangan Yang
Tidak Serasi
• Profil perkembangan anak gifted dengan usia 3 tahun dapat seperti
ini (nama tidak disebutkan utk kepentingan privasi/kode etik) :
• Kemampuan Intelektual -- usia 6 th
Kemampuan Fisik -- usia 3 th
kematangan Emosional -- usia 2 th

Kemampuan Intelektual -- usia 7 th


Kemampuan Fisik -- usia 3 th
Kematangan Emosional -- usia 4 th

Kemampuan Intelektual -- usia 6 th


Kemampuan Fisik -- usia 4 th
Kematangan Emosional -- usia 3 th
Atau kombinasi lain dari ketiga aspek tumbuh kembang di atas, dengan catatan perkembangan
kemampuan intelektual selalu lebih maju.

Workshop Giftedness, Des 2008


Contoh Perkembangan Yang Tidak
Serasi (2)

Lena : Usia kronologis 6 th

Kemampuan membaca setara anak usia 10 th


Kemampuan matematika setara anak usia 12 th

Workshop Giftedness, Des 2008


Workshop Giftedness, Des 2008
Ilustrasi Perkembangan yang Tidak
Serasi
● Tabung dan Corong.
● Tabung : kemampuan fisik, sosial
emosional, dan spiritual.
● Corong : Kemampuan Intelektual.
● Air hujan : jumlah informasi atau
pengalaman hidup yg ditampung.
● Makin kecil diameter tabung vs
makin besar diameter corong makin
besar potensi air yang tumpah
(overflow).
Workshop Giftedness, Des 2008
The Overexcitabilities
Overexcitability adalah cara di mana seorang individu
mengalami dunia (Daniels & Piechowski, 2010) dan
memungkinkan seseorang ‘untuk menerima dan
memproses rangsangan yang lebih besar dari
biasanya dari lingkungan’.
Seseorang merespon suatu situasi ditentukan oleh
overexcitability paling dominan, karena
overexcitability dapat dinyatakan dalam satu atau
lebih dari lima dimensi: psikomotorik, sensual,
intelektual, imajinasional, dan emosional.
The Overexcitabilities

● Psychomotor

●Sensual
●Intellectual
●Imaginational
●Emotional

CGIS-NET Assessment Systems-


2008
Gejala lompatan perkembangan
pada anak-anak gifted
● Berat & panjang badan waktu lahir lebih
besar drpd rata-rata anak normal
● Sangat waspada
● Waktu tidur sedikit*
● Sangat peka (suara, aroma, cahaya)
● High attachment thd ortu*
* Perlu penelitian lebih lanjut

Steven W. Pfeiffer, 2008

Workshop Giftedness, Des 2008


Gejala lompatan perkembangan
pada anak-anak gifted
• High mental speed
• Mengalami kesulitan bermain dgn
sebaya. Mudah bergaul dengan orang
tua
• Menuntut kesempurnaan
• Moralistik (sense of justice)
• Minat terentang sangat luas
Steven W. Pfeiffer, 2008

Workshop Giftedness, Des 2008


Karakteristik Perilaku Positif Perilaku Negatif
Cepat mengetahui adanya Senang mengoreksi orang
Sangat waspada
masalah dewasa
Mampu menertawakan diri Membuat lelucon dgn
Selera humor yg tinggi
sendiri mengorbankan org lain
Mampu memahami
Mampu memecahkan
keterkaitan satu dgn Ikut campur urusan org lain
masalah sosial sendirian
lain hal
Arogan, egois, tidak
Dorongan berprestasi Mengerjakan tugas sekolah
sabaran dgn kelambanan org
yg kuat dgn baik
lain
Kemampuan verbal yg Diplomasi persuasif dgn
Memanipulasi informasi
tinggi tata bahasa yg tepat
Hanya punya sedikit teman
Individualistik,
Percaya diri tinggi dekat, kuat dgn keyakinan
menantang stabilitas
sendiri
Motivasi diri yg
Hanya perlu sedikit arahan Over agresif, menantang
kuat,merasa tidak perlu
Workshop Giftedness, Des 2008 atau bantuan dari orang lain otoritas
bantuan org lain
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku Negatif
Kemampuan membaca Mengingat dan menguasai Gampang bosan, tidak suka
yg sangat tinggi materi belajar dgn mudah hafalan
Sangat senang Membaca berbagai jenis Mengabaikan orang lain
membaca buku, memonopoli
perpustakaan
Kaya kosakata Mengomunikasikan gagasan Suka pamer pengetahuan
dengan lancar
Simpanan informasi Cepat dlm menjawab Memonopoli diskusi
yang sangat banyak pertanyaan
Rentang perhatian yg Mengerjakan tugas sampai Tidak suka kerja berbatas
panjang selesai waktu, mengatur sendiri
waktu penyelesaian
Minat beragam, rasa Banyak bertanya, senang Kurang dapat membuat
penasaran yg tinggi dgn gagasan2 baru prioritas, pembicaraan yang
lintas disiplin
Belajar/bekerja sendiri Menciptakan gaya sendiri Menolak bekerjasama dgn
dlm melakukan sesuatu org lain yg dianggap tidak
Workshop Giftedness, Des 2008
sejalan
Permasalahan (yang sering muncul) pada anak gifted

1. Prestasi tidak selaras dengan potensinya 


underachievement
2. Diskrepansi yang lebar antara kemajuan kognitifnya
dengan aspek perkembangannya yang lain 
asinkroni
3. Perfeksionisme
Gifted or
High Achiever ?

Workshop Giftedness, Des 2008


High Achiever Gifted
•Menjawab pertanyaan dengan benar •Mempersoalkan pertanyaan

•Penasaran dengan sesuatu


•Berminat dgn sesuatu

•Terlibat secara mental, fisik, dan


•Menunjukkan perhatian emosional

•Punya gagasan yg “aneh, konyol,


•Punya ide-ide yang bagus, populer diluar keumuman”

•Jarang belajar, hasil ujian bagus


•Belajar keras utk sukses ujian

•Menjawab soal sesuai yg ditanyakan •Memperluas konteks jawaban

•Di luar kelompok berprestasi normal


•Di puncak
Workshop daftar
Giftedness, siswa
Des 2008 berprestasi
High Achiever Gifted
•Suka linearitas •Gemar kompleksitas
•Pengamat yang kritis, rewel.
•Pemerhati yang baik
•Menyimak untuk siap berdebat
•Mendengarkan dgn penuh minat
•6-8 pengulangan utk menguasai •1-2 pengulangan utk menguasai materi
materi
•Memahami gagasan org lain dengan •Membentuk gagasan sendiri
baik
•Lebih suka bergaul dengan org yg
•Senang berteman dgn sebaya lebih tua/dewasa

•Mempertanyakan keputusan
•Menarik kesimpulan
•Memulai projek sendiri
•Menyelesaikan tugas yg diberikan
•Bagus dalam menciptakan sesuatu yg
•Pintar menyalin, meniru baru

•Suka belajar
•Suka sekolah
Workshop Giftedness, Des 2008
Beberapa macam pembelajaran untuk
anak gifted
● Akselerasi
● Pengayaan: jam tambahan khusus, studi independen,
pada musim liburan, latihan/magang
● Sofistikasi
● Prinsip ‘Novelty’
Ditambah dengan:
● Peningkatan softskills/pengembangan kepribadian
(yang mengarah pada pengembangan aspek2 selain
kognitif)
Mengadaptasi pengajaran bagi Siswa Berbakat
(Gifted)
siswa berbakat:
1. Menyediakan tugas terinvidualisasi.
2. Membentuk kelompok belajar dari siswa dengan minat dan
kemampuan yang serupa.
3. Mengajarkan keterampilan kognitif kompleks di dalam konteks
bidang pelajaran yang spesifik.
4. Menyediakan kesempatan untuk belajar mandiri & belajar
pelayanan.
5. Mencari sumber daya dari luar.
6. Mengerti bahwa siswa dengan kemampuan kognitif luar biasa
tidak pasti juga memiliki kemajuan dalam aspek lain dari
perkembangannya.

84
Siswa Berkebutuhan Khusus: Rekomendasi Umum
1 Bersikap fleksibel dalam pendekatan pengajaran.
.

2 Cari teknologi baru yang dapat memfasilitasi pembelajaran dan


. prestasi siswa.

3 Bila tidak ada alasan lain, tetapkan ekspektasi sama bagi siswa
. berdisabilitas dan siswa lain.

4 Identifikasi dan ajarkan pengetahuan dan keterampilan


. pendahuluan, yang mungkin tidak dimiliki siswa akibat
disabilitasnya.

5 Berkonsultasi dan berkolaborasi bersama spesialis.


.

85
Strategi Guru Menghadapi Berbagai
Temperamen Anak (Sanson & Rothbard, 1995 dlm
Santrock, 2004) dan Ragam ABK

1. Beri perhatian & penghargaan pada


individualitas
2. Perhatikan struktur lingkungan murid
3. Waspadai problem yg dpt muncul apabila
memberi label “sulit” bagi seorang anak.
Segera buat program khusus untuk “anak
sulit”
4. Tetap tegas dan konsisten dalam
menegakkan aturan (norma &
keyakinan) disertai dengan
perasaan/sentuhan lembut & penuh
kasih sayang
5. Kreatif dalam melakukan
pendekatan/komunikasi terhadap anak
Pembelajaran oleh Guru untuk Keberagaman Siswa

● Menerima murid sebagaimana adanya


(memahami dan menerima diri sendiri)
● Bersedia mendengarkan pikiran dan perasaan
siswa
● Senantiasa melakukan asesmen terhadap siswa
● Senantiasa berkreasi dengan berbagai metode
pembelajaran
● Secara proporsional menggunakan berbagai
metode pembelajaran untuk mengakomodir
berbagai bentuk gaya belajar
Pembelajaran oleh Guru untuk Keberagaman Siswa

● Target pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan


kebutuhan dan kondisi siswa
● Perlu aturan secara umum untuk menegakkan
kedisiplinan secara konsisten
● Senantiasa melakukan evaluasi
● Komunikasi dengan orang tua secara intens
● Komunikasi dengan rekan dan orang-orang yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan
(psikolog, dokter, fisioterapis)
● Terbuka menerima kritik dan masukan
Sumber:

Ormrod, J.E. (2008). Educational Psychology: Developing Learners. Pearson


(Merril Prentice Hall) (Diterjemahkan menjadi Psikologi Pendidikan:
Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Penerbit Erlangga)
Santrock, J.W. (2004). Educational Psychology. New York: McGraw-Hill
Company, Inc.
Solek, P. & Dewi, K. (2015). Two Weeks Intensive Training on Children with
Special Needs. Bandung: RS Melinda 2 & Indigrow Child Development
Center
Sumiharso. (2008). Workshop Giftedness. Bandung
Vandenbos, G.R. (2015). APA dictionary of psychology (2nd ed.).
Washington, DC: American Psychological Association
Woolfolk, A. (2008). Educational Psychology: Active Learning Edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
http://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/12/25/slow-learner/

Anda mungkin juga menyukai