Anda di halaman 1dari 11

Deindividuasi

Fenomena Deindividuasi
• Amati peristiwa-peristiwa dramatis, seperti tawuran remaja,
penanganan demontrasi oleh polisi dalam demo menolak
omnisbus law, menolak UU KPK yang baru, atau demo keputusan
MK hasil pilpres 2019.
• Sangat nampak banyak perilaku “luar biasa”, kejam, sadis, aneh,
“gila”, dilakukan oleh seseorang (individu) dalam situasi kelompok.
• Apakah pelaku tawuran, atau polisi yang kejam, adalah individu
yang memang memiliki pribadi yang buruk ?
• Data penelitian justru menunjukkan bahwa ada jarak/kesejangan
antara kepribadian pelaku dengan perilaku kekerasan dalam
kelompok.
• Orang yang baik dapat saja melakukan sesuatu yang buruk dalam
situasi kelompok.
Fenomena Deindividuasi
• Amati peristiwa dibalik panggung, ada seorang wanita
yang gemetaran ketika akan menyanyi, ketika teman-
tamanya memberi tapuk tangan mendukungnya, maka
dia dapat tampil dengan bagus.
• Tidak selalu perbuatan merusak (buruk) yang muncul
dalam situasi kelompok, dapat juga perbuatan
konstruktif (baik) muncul dalam situasi kelompok.
• Intinya: melakukan sesuatu bersama, dalam hal-hal
yang tidak mungkin dapat dilakukan sendirian.
Fenomena Deindividuasi

• Individu, memiliki kepribadian yang berfungsi dua


sekaligus: memotivasi perilaku, dan mengendalikan
prilaku. Secara umum disebut sebagai kesadaran diri.
Ada keseuaian antara kepribadian seseorang dan
perilaku.
• Ini hanya berlaku dalam keadaan biasa atau normal.
• Dalam situasi tertentu itu seseorang kehilangan
jatidirinya, maka terjadi deindividuasi, seseorang
seperti kehilangan kendali terhadap perilakunya
Apa deindividuasi itu ?
• Hilangnya kewaspadaan diri dan penangkapan evaluasi
yang terjadi dalam situasi kelompok yang mendukung
respon norma kelompok, baik atau buruk
• Muncul dalam bentuk perilaku-perilaku yang tidak
terkendali.
• Situasi kelompok dapat menghasilkan suatu
kegembiraan yang luar biasa, sehingga mencebak
seseorang keluar dari sifat-sifat pribadinya.
• Individu seolah kehilangan sifatnya, dikuasai oleh sifat
situasi kelompok, dengan meninggalkan kontrol diri
yang dalam situasi biasa.
Kapan orang kehilangan sebagai diri
pribadi dalam kelompok ?
• Kadang orang tidak bisa melakukan sesuatu kalau sendirian
• Orang lain atau kelompok menjadi stimulus dan menyebarkan
tanggung jawab, memunculkan suatu prilaku.
• Kombinasi rangsangan orang lain (memotivasi) dan menurunnya
tanggung jawab (karena menyebarnya tanggug jawab), akan
mengurangi kontrol diri, menyebabkan orang merasa dapat
melakukan sesuatu yang luar biasa.
• Perilaku di luar batas kontrol diri dapat yang ringan (melempar
makanan, membentak dosen, berteriak), tetapi dapat juga yang
berat seperti self-gratification yang impulsif (mencuri, pesta
sex, membakar)
Apa yang memunculkan de-individuasi ?
• Ukuran kelompok: kelompok memiliki kekuatan untuk
membangkitkan, tetapi juga mengurangi identifikasi individual.
• Semakin banyak orang, di satu sisi semakin marasang untuk
melakukan, di sisi lain, semakin banyak orang semakin kabur
persepsi indiviualnya. Orang merasa tindakannya sebagai
tindakan kelompok, dengan tanggung jawab invidual yang
rendah.
• Leon Mann (1981): menemukan bahwa kelompok yang kecil,
jarang ada teriakan komando ‘lompat’, sedangkan kelompok
besar/banyak, sering terdengar teriakan komando itu. (situasi
siang hari, melompati pagar).
• Semakin besar kelompok, semakin mungkin terjadi deindividuasi.
Apa yang memunculkan de-individuasi ?
• Anonimitas Fisik: ketiadaan identitas diri fisik, menyebabkan
orang cenderung berbuat di luar kendali dirinya.
• Ketika orang sadar bahwa orang lain tidak mengenal ciri-ciri
fisiknya, maka orang lain tidak tahu siapa dia.
• Perilaku orang biasanya dipandu oleh identitas dirinya. Ketika
lingkungan sosial tidak mengenal dirinya, maka dia dapat
berbuat sesuatu atas dasar keinginannya tanpa kontrol.
• Anonimitas fisik: tempat yang gelap, muka ditutup, suara di
samarkan, nama samaran.
• Juga media sosial, sering memberi kemudian terjadinya
anonimitas fisik, sehingga seseorang dapat melakukan
perbuatan buruk, karena merasa orang lain tidak mengetahui
jatidirinya.
Apa yang memunculkan de-individuasi?
• Arousing dan Pengalihan Aktivitas: Sebelum terjadi agresi
berkelompok, didahului dengan aksi kecil yang membangkitkan
dan mengalihkan perhatian.
• Misalnya: nyanyian, teriakan, tarian. Ini akan melebih-lebihkan
seseorang dan mengurangi kesadaran diri.
• Eksperimen Diener(1976,1979): menunjukkan aktivitas
berkelompok membuat penghalang (kontrol ) aktivitas,
menurun. Terdapat kenikmatan diri (self-reinforcing) dalam
bertindak secara impulsif , ketika mengamati orang lain
melakukan hal yang sama. Kita mengira orang merasakan apa
yang kita rasakan.
• Ketika kita meneriaki wasit, kita tidak berfikir mengenai nilai
diri, kemudian kita menikmati bersama dengan kelompok.
Apa yang memunculkan de-indiviuasi?
• Berkurangnya Self-awareness (kesadaran diri): pengalaman
kelompok mengurangi kesadaran diri, cenderung melakukan
sesuatu.
• Berkurangnya kesadaran diri membuat berkurangnya regulasi
diri, berpeluang untuk bertindak tanpa berfikir mengenai nilai-
nilai dirinya dan lebih responsif terhadap situasi.
• Self-awareness bertolak belakang dengan deindividuasi.
• Seperti kita berada di depan cermin atau di didepan kamera,
membuat kita sadar diri, membuat ada kendali dalam tindakan
kita.
• Penelitian Sentyrz dan Bushman, 1998): menemukan bahwa di
depan cermin, orang cenderung menikmati keju krim dan
memakannya lebih sedikit.
Tugas Pertemuan 10
• 1. Berikan penjelasan mengapa orang yang baik
dapat melakukan tindakan buruk. Penjelasan anda
setidak dalam dua hal.
• 2. Berikan penjelasan mengenai proses terjadinya
deindividuasi, yang bersumber dari jumlah anggot
kelompok yang besar.
• 3. Berikan penjelasan mengenai proses terjadinya
deindividuasi, yang bersumber dari anonimitas fisik.
• 4. Berikan penjelasan mengenai proses terjadinya
deindividuasi, yang bersumber dari berkurangnya
self-awareness.

Anda mungkin juga menyukai