Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Tiap orang memerlukan kebebasan untuk menjadi kreatif dan mengaktualisasi


diri. Di sisi lain, kendali dari dalam diri diperlukan sebagai regulasi atas
dorongan dan kemampuan yangdimiliki, baik secara fisik, psikis, maupun
perilaku.
Bertindak tanpa pikir panjang merupakan ciri khas yang melekat pada anak-
anak. Mereka bertindak spontan. Bila sakit mereka akan menangis di mana
saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja. Bila gembira, anak yang sehat
akan berlarian, mencoret-coret, berteriak-teriak girang, atau melakukan apa
pun yang ia inginkan.
Bayangkan bila perilaku semacam ini dilakukan oleh remaja atau orang dewasa.
Tentu saja cukup aneh. Kita akan merasa sangat terganggu bila menemukan
seseorang yang bukan lagi anak-anak bertindak sesuka hati, membiarkan
dorongan-dorongan atau keinginan yang bersifat egoistis termanifestasi begitu
saja.
Semakin bertambah usia seseorang, ia diharapkan semakin memiliki kendali
atas perilakunya sendiri. Dengan kata lain, semakin mengembangkan
kemampuannya mengontrol diri.
Walter miscell adalah seorang psikolog kepribadian. Ia lahir pada tahun 193 di
Vienna, Austria. Ia pergi meninnggalkan Vienna dengan keluarganya ke U.S.
setelah nazi mengambil alih ada tahun 1938. setelah beberapa perjalanan, ia
tumbuh dan berkembang di Brooklyn N.Y. dan menjadi psikolog spesialis
kepribadian dan psikolog sosial. Ia belajar di bawah bimbingan George Kelly
dan Julian Rotter, dan menerima gelar P.Hd-nya di bidang psikologi klinis dari
Universitars Ohio tahun 1956. Ia menjadi Profesor di Universitas Colombia sejak
1973. Sebelumnya ia telah menjadi profesor di Stanfti ord University.
Miscell terkenal dengan penelitian jangka panjangnya tentang ” the
marshmallow test ” yang menunjukkan pentingnya kontrol rangsangan,
emosional dan kesuksesan sosial. Tahun 1960-an preschool di kampus Stanford
University, Miscell meletakkan marshmallow di bagian depan sebuah ruangan
(kelas) anak usia empat tahun. Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka
akan mendapat satu marshmallow sekarang, tapi jika mereka dapat menunggu
beberapa menit, mereka akan mendapatkan dua marshmallow. Beberapa anak
antusias merampas sebuah marshmallow dan memakannya. Yang lainnya
menuggu, beberapa menutup mata mereka karena diperintah untuk tidak
melihat sesuatu yang menggoda, dan satu anak menjilat mengelilingi meja
marsmallow. Miscell mengikuti kelompok tersebut dan menemukan bahwa 14
tahun kemudian kelompok tersebut memiliki harga diri rendah dan dilihat oleh
orang lain seperti orang yang keras kepala, iri hati, dan mudah frustasi. Para
penunggu bersikap lebih baik, cakap dalam bersosial, dan percaya diri, jujur,
dapat diandalkan, dan lebih sukses dalam akademik. Kelompok ini memiliki
skor sekitar 210 poin lebih tinggi pada SAT mereka. Diantara psikolog, ia
mungkin yang paling terkenal untuk bidangnya yang mendeklarasikan bahwa
kepribadian terlalu bervariasi melalui situasi yang ditunjukkan sebagai
kandungan dari sifat yang berkelanjutan secara situasional dan kemungkinan
lebih dipengaruhi oleh faktor situasional daripada secara tradisional yang telah
diapresiasikan. Pandangan ini populer dengan nama situasionisme, meskipun
buku utama pertama Miscell, Personality and Assessment (1968) pada
kenyataannya tidak pernah menggunakan kata situasionisme dan dalam
penulisan berikutnya Miscell memunculkan treat pada masa ini sebagai
pejorative. Akhir-akhir ini, dia mengklarifikasi bahwa ia mempercayai bahwa
traits yang tersisa masih stabil sepanjang waktu.
Tahun 1968, Miscell mempublikasikan sebuah ppaper yang berargumen bahwa
perilaku seseorang sangat bervariasi melalui situasi dimana hal itu tidak
membuat sensasi mengenai kepribbadian dan stabilitas kepribadian dalam teori
trait yang tidak terbatas, seperti five factor model. Ia berbicara bahwa seorang
observer tidak dapat memprediiksikan apa yang dipikirkan individu, yang
dirasakan dan sedang dilakuakn berdasarkan pengukuran trait sebelumnya.
Seperti contoh, seorang yang mungkin diam dan menyendiri dalam situasi
kerja, tapi mmenjadi konversasional dan ramah dalam sebuah pertemuan
dengan temannya.

BAB II
ISI

Pengertian Self Control/Kontrol Diri


Kendali/kontrol diri (self-control) adalah pengaruh atau atau regulasi seseorang
terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses psikologisnya (Calhoun & Acocella,
1990).
Selain itu pengertian self control yang dikemukakan oleh J.P Chaplin yaitu,
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk
menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive
(mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam suatu kegiatan tanpa refleksi/ tanpa
berpikir secukupnya atau yang tidak dapat ditahan-tahan, tidak dapat ditekan).

Peran Self Control


Self control/ kontrol diri merupakan hal yang sangat penting dalam hidup
seseorang. Mengapa?
1. kontrol diri berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini
tidak lepas dari kenyataan bahwa kita tidak hidup sendirian, melainkan di
dalam kelompok, di dalam masyarakat. Padahal, kita memiliki kebutuhan
pribadi seperti makanan, minuman, kehangatan, dan sebagainya. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut kita perlu mengendalikan diri sedemikian rupa,
supaya tidak mengganggu orang lain.
2. kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Setiap orang, dari
budaya mana pun, selalu berharap mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya.
Contohnya, tujuan untuk memiliki kompetensi tertentu, mencapai kematangan
pribadi, dan sebagainya, sesuai dengan standar yang ada dalam masyarakat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut kita perlu belajar dan berusaha terus-
menerus, dan mengendalikan diri dengan menunda pemuasan kebutuhan-
kebutuhan sesaat demi mencapai tujuan jangka panjang.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, kita
akan menjadi pribadi yang efektif, sehingga dapat secara konsisten merasa
bahagia, bebas dari rasa bersalah, hidup lebih konstruktif, dapat menerima diri
sendiri, dan juga diterima oleh masyarakat.

Kontrol Internal dan Eksternal


Semakin bertambah usia, seseorang diharapkan untuk semakin mengembangkan
kemampuan mengendalikan perilakunya. Dari mana sumber kontrol perilaku
seseorang? Sumbernya dapat dibedakan menjadi dua: faktor di dalam dan di
luar diri seseorang.
Kontrol perilaku yang bersumber dari dalam diri biasanya disebut sebagai
kontrol internal, dan yang bersumber dari luar diri disebut kontrol eksternal.
Dalam kontrol diri (internal), individu mengatur perilaku dan standar
kinerjanya sendiri; memberi ganjaran bagi dirinya sendiri bila berhasil
mencapai tujuan; dan menghukum dirinya sendiri bila tidak berhasil mencapai
tujuan.
Di sisi lain, dalam kontrol eksternal, individu menempatkan orang lain sebagai
penentu (yang menjadi penyebab) perilaku, standar kinerja, dan ganjaran-
ganjaran yang diperolehnya.
Dari dua jenis kontrol perilaku tersebut, kontrol pribadi (internal) dinilai lebih
berharga. Sepanjang kita menggantungkan diri pada kontrol eksternal,
kehidupan kita sebagian besar ditentukan oleh orang lain. Sebaliknya, dengan
mengembangkan kontrol diri (internal) berarti kita mengendalikan dua hal: diri
sendiri dan dunia sekitar kita.

Problem Pengendalian Diri


Seperti telah dijelaskan di atas, kontrol diri yang berkembang dengan baik akan
memberikan banyak keuntungan bagi seseorang. Namun, dalam kenyataan,
tidak semua kita mampu melakukan pengendalian diri secara konsisten.
Kemampuan pengendalian diri kita bervariasi. Ada orang yang sering terlalu
banyak minum (hingga mabuk), yang lain terlalu banyak makan, yang lain lagi
mudah kehilangan kontrol emosi, cenderung menunda pekerjaan, dan
sebagainya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Seperti halnya kontrol diri yang kuat, kontrol diri yang lemah juga berkembang
melalui proses belajar. Contohnya, seorang remaja yang tetap impulsif, yakni
selalu marah bila keinginannya tak terpenuhi, kemungkinan menjadi demikian
karena sejak kecil orangtuanya selalu menuruti segala permintaan (berfungsi
sebagai ganjaran) setiap kali anaknya itu merengek meminta sesuatu, terlebih-
lebih bila anaknya mulai marah.
Ketika pola ganjaran semacam ini terjadi berulang-ulang, berarti si anak
mengalami proses pembelajaran bahwa permintaannya pasti terpenuhi bila
disertai marah. Selanjutnya ia mengembangkan pola perilaku marah setiap kali
permintaannya belum terpenuhi.
Seseorang yang memiliki kebiasaan menunda pekerjaan, mungkin menjadi
demikian karena sejak kecil terbiasa bekerja dalam tekanan orangtua
(berfungsi sebagai hukuman). Dalam situasi demikian ia termotivasi melakukan
tugas hanya untuk menghindari hukuman. Akibatnya, dalam situasi tanpa
adanya tekanan, ia cenderung bermalas-malasan.
Penelitian Mendalam Terhadap Teknik Kontrol Diri dari Skinner
Di dalam buku Science and Human Behavior, B.F.Skinner mengadakan
penelitian survey mengenai sembilan kategori metode kontrol diri, yaitu
sebagai berikut:
Pengendalian dan Pertolongan Diri (Physical Restraint and Physical Aid)
Manipulasi lingkungan untuk menciptakan beberapa respon lebih mudah untuk
dilakukan secara fisik, dan yang lainnnya lebih sukar untuk dilakukan pada
prinsip ini. Contohnya adalah seseorang yang menepuk tangannya ke mulut
atau menyembunyikan tangan ke dalam saku untuk mencegah kecemasannya,
dll. Hal tersebut menunjukkan metode fisik yang dilakukan untuk menutupi
perilakunya.

Merubah stimulus (Changing the stimulus)


Memanipulasi kesempatan untuk berperilaku dapat diubah dengan baik.
Contohnya adalah seseorang yang melepaskan distraksi (kondisi mengalihkan
perhatian seseorang dengan satu perangsang yang tidak berhubungan atau yang
asing) yang menyebabkan tindakan yang tidak menyenangkan.

Deprivasi dan Satiasi (Deprivating and Satiating)


Individu dapat memanipulasi perilakunya dengan cara mengafeksikan keadaan
dari deprivasi atau satiasinya. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah
seseorang yang memakan snack sehat agar di waktu yang akan datang ia tidak
memakan ‘junk food’. Hal tersebut dilakukan agar godaan untuk memakan
‘junk food’ dapat dikurangi.

Memanipulasi kondisi emosional (Manipulating emotional conditions)


Contoh dari memanipulasi kondisi emosional adalah seseorang yang bepergian
untuk mencari suasana baru. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
stimulus yamg dapat merangsang respon emosional.

Menggunakan stimulasi aversif (Using aversive stimulation)


Contohnya adalah seorang pelajar yang menyetel alarm agar nanti ia bisa
bangun pagi. Hal tersebut merupakan bagian dari aversive control
(pengkondisian penghindaran atau pelarian yang diperoleh melalui pemberian
penguatan negatif).

Drugs
Penggunaan self-administered drugs ini memperbolehkan individu untuk
menstimulasi perubahan di dalam sejarah kondisioningnya.

Operant Conditioning
Penggunaan token economy atau metode-metode dan teknik-teknik unik
lainnya untuk operant conditioning dapat terkesan sebagai bentuk khusus dari
kontrol diri (self-control).
Bagaimana memulai Ekonomi Token ? Apabila anda merasa perlu
menerapkannya, perhatikan langkah-langkah sebagai berikut;
1. langkah pertama adalah; mengenali dengan jelas tingkah laku yang akan
diubah dengan ekonomi token. Ekonomi token dengan sukses mempengaruhi
akademik, perilaku sosial dan kemampuan di dalam kelas. Definisikan perilaku
tersebut secara spesifik, dapat diamati (observable) dan terukur supaya dapat
menjaga konsistensi dalam implementasinya.
2. Memulai Token
a.Pilih jenis token yang akan dipakai.
Banyak benda yang dapat di pakai sebagai token. kita dapat menggunakan uang
mainan, kelereng, kacang, kancing, sticker dan berbagai benda lain. Apabila
anda menghadapi anak yang lebih kecil perhatikan keamanan token supaya
tidak tidak terjadi anak menelan token atau memasukan dalam hidung atau
telinga, maka anda perlu menggunakan objek yang dapat ditempel seperti
stiker atau kertas lem. Yang perlu diingat dalam memilih token yaitu mudah
untuk dihitung, sulit untuk dipalsukan dan aman untuk digunakan.
b.Pilih Penguat/Hadiah yang ditukar dengan token (reinforcer).
Kemudian kita dapat memilih hadiah yang dapat ditukar dengan token yang
telah dkumpulkan. Hadiah ini tidak perlu mahal, uang saku tambahan mungkin
atau bisa digunakan adalah waktu santai/ istimewa (privilage). Misalnya dengan
memberikan atau membuatkan makanan kesukaan atau boleh menonton acara
kesukaan di tivi.
c.Hitung berapa nilai token untuk suatu perilaku.
Kemudian anda perlu mengatur berapa nilai token untuk suatu perilaku yang
diinginkan. Misalnya saja apabila di kelas yaitu tidak terlambat berharga 1
token, mengangkat tangan sebelum bertanya bernilai 1 token, atau
mengerjakan PR bernilai 2 token, dapat mengerjakan semua soal bernilai 5
token. Apabila untuk orang tua di rumah misalnya membantu membuang
sampah bernilai 2 token, membereskan tempat tidur bernilai 3 Token. Anda
dapat pula menerapkan apabila murid/ anak menunjukan perilaku yang negatif
anda dapat mengambil sejumlah / sebagian token sebagai bentuk punishment.
Namun anda harus memperhatikan perilaku apa yang jelas untuk dijadikan
patokan sebagai hukuman.
d.Berapa harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan token.
Anda juga perlu mengatur berapa harga hadiah yang dapat ditukar dengan
jumlah token. misalnya saja 100 token dapat ditukar dengan uang saku
tambahan sejumlah Rp. 5000, menonton tivi kesukaan senilai 10 token, main
game di komputer 10 token. anda perlu mengatur dan menjaga konsistensinya.
e.Buatlah bank Token.
Anda perlu mengorganisasikan token untuk anak didik atau anak-anak anda.
Anda perlu mencatat atau mengorganisasikannya sehingga teratur, oleh karena
itu anda membutuhkan Bank Token. Bank Token dapat berbentuk Toples untuk
token yang berupa kancing, kelereng, atau hal lain yang tidak dapat ditempel.
Bisa pula berupa papan/ kertas yang dapat ditempel bisa pula papan tulis
sehingga dapat leluasa mengganti jumlah token. supaya menghindari
kecurangan dari anak didik bank token perlu ditempatkan di tempat yang dapat
terlihat oleh semua anak.
f.Tentukan kapan waktu kapan menukar tokennya.
Menentukan kapan waktu untuk menukar token yang sudah dikumpulkan anak-
anak. Anda perlu membuat kesepakatan dengan anak-anak kapan mereka dapat
menukarkan token secara berkala.
Bagaimana Mengimplementasikan Program Ekonomi Token?
a. Jelaskan program ini.
Pertama untuk dilakukan adalah anda harus menjelaskan bagaimana program
ini akan berkerja, seluruh aspek ekonomi token akan anda jelaskan. Penting
anda menjelaskan bagaimana dan kapan program ini akan memberikan dampak
positif. Jelaskan pula mana ekonomi token yang akan dilakukan setiap hari dan
mana ekonomi token yang berlaku pada waktu yang insidentil atau diperlukan.
Hal ini akan memerlukan diskusi yang intens dan hati-hati, perlu juga dilakukan
roleplaying untuk mendemonstrasikan program ini. Apabila anda seorang guru
sangat baik apabila orang tua murid mengetahui bagaimana program ini.
Karena dukungan orang tua akan sangat mempengaruhi sistem ini bekerja.
b.Berikan Token beserta pujian.
Saat mengimplementasikan ekonomi token, pujian harus selalu menyertai
untuk perilaku positif yang diinginkan. Saat anak menunjukan perilaku yang
diinginkan, Token dan pujian harus diberikan dengan cepat dan tidak boleh
ditunda.
c.Kurangi Token dan pertahankan Pujian.
Untuk perilaku baru yang positif token hendaknya diberikan, dengan dasar
keterlanjutan. Token dikurangi apabila perilaku tersebut sudah mulai dimiliki
oleh anak, namun pujian tetap diberikan sebagai penguatan apabila anak
menunjukan perilaku yang benar. Token tetap diberikan untuk perilaku-
perilaku baru yang harus dikuasai oleh anak. Hal ini dilakukan supaya anak
tidak tergantung pada token sehingga anak dapat belajar pada kehidupan sosial
sebenarnya.
d.Buat Penyesuaian yang dibutuhkan.
Untuk menjaga morivasi dan ketertarikan anak sesuaikan harga untuk hadiah
yang akan ditukar dengan token, dan sesuaikan target tingkat kesulitan
perilakuan. Hal ini perlu dilakukan supaya anak tertantang untuk terlibat dalam
ekonomi token. apabila perilaku terlalu mudah atau terlalu sulit maka anak
akan tidak termotivasi untuk terlibat aktif dalam program ekonomi token. Anda
harus membuat keseimbangan di dalam program token sehingga sesuai dengan
kemampuan, ketertarikan, dan motivasi anak-anak.

Beberapa Variasi Teknik


Ekonomi token dapat dimodifikasi atau diperbaiki dengan berbagai variasi yang
diperlukan. Beberapa variasi yang dapat ditambahkan yaitu;
1. Memperbolehkan anak menikmati hadiah (reinforcers) bersama teman
sebayanya.
2. pengelolaan program token ekonomi oleh anak-anak/murid
3. Kombinasikan program ekonomi token dengan program level kelas. Semakin
tinggi kelas maka token, tingkat kesulitan perilaku, dan pengelolaan dapat
dikombinasikan dengan level pembinaan dan pendidikannya.
4. kombinasikan dengan kelompok yang berbeda.
Anda dapat memodifikasi teknik ini sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Token ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran, ekonomi token
membutuhkan waktu untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan.
Keterampilan mengelola ekonomi akan terasah dengan baik seiring dengan
waktu dan keseriusan dari pelaksanan program.
Namun yang pasti adalah sediakan waktu yang cukup bersama anak anda.
Program ini menuntut anda lebih dekat dengan anak/murid anda, program ini
tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi yang baik antara guru/orang tua
dengan murid/anak.
Punishment
Self-punishment dari berbagai respon akan masuk ke dalam penyusunan
kesatuan punishment dalam respon-respon yang tidak menyenangkan. Hal ini
bisa dilihat pada perilaku menghukum dirinya sendiri yang terjadi pada
biarawati atau orang-orang religius lainnya. Hal ini juga tentu saja berbeda
dengan stimulasi aversif, sebagai contoh, jam alarm menyebabkan seseorang
pergi dari alarmnya, sementara itu self-punishment menimbulkan stimulasi
untuk mengurangi kemungkinan perilaku yang sama terjadi di masa yang akan
datang.
Punishment (hukuman) lebih seperti konformitas daripada kontrol diri karena
disana membutuhkan dorongan internal (internal drives), bukan sumber
eksternal dari punishment (external source of punishment) yang membuat
individu ingin melakukan sesuatu. Disana terdapat external locus of control
yang mirip dengan determinisme (determinism), dan ada internal locus of
control yang mirip dengan free will (kemauan bebas). Determinisme merupakan
doktrin yang menyatakan bahwa setiap dampak pasti ada sebabnya, artinya
semua bentuk tingkah laku merupakan satu fungsi dari faktor-faktor penyebab
baik yang terdapat di tengah lingkungan individu maupun yang ada di dalam
dirinya sendiri. Sedangkan lawan dari determinisme adalah kemauan bebas
(freewill), yaitu doktrin yang menyatakan bahwa tingkah laku itu pada akhirnya
diatur oleh kemauan tanpa menghiraukan pengaruh eksternal. Dengan
mempelajari system of punishment, individu tidak membuat keputusan mereka
berdasarkan apa yang mereka inginkan, melainkan berdasarkan pada faktor
eksternal. Ketika seseorang menggunakan negative reinforcement kemungkinan
ia akan mempengaruhi keputusan internal mereka dan mengizinkan mereka
untuk membuat pilihannya sendiri dimana dengan punishment individu akan
membuat keputusan mereka berdasarkan konsekuensi dan tidak mengunakan
self control (kontrol diri). Cara terbaik untuk mempelajari kontrol diri adalah
dengan free will dimana orang dapat merasa bahwa mereka sedang membuat
pilihan-pilihannya sendiri.

Melakukan sesuatu/hal yang lain.


Ketika diri kita sedang dipenuhi dengan kemarahan atau kebencian, kita harus
mengontrol diri kita sendiri atau sesuatu yang lebih spesifik yang bertentangan
dengan respon kita.

Environment and Schooling


Lingkungan memaninkan peran yang penting/signifikan bagi perkembangan self
control pada anak. Seperti kita ketahui bahwa ada hubungan yang positif
antara usia dengan kontrol diri. Sebagai contoh, di sekolah anak-anak diajari
bahwa mereka tidak dapat memiliki mainan apapun yang mereka inginkan, dan
mereka pun harus berbagi mainan dengan yang lainnya. Mereka juga harus
bertanya dengan sopan mengenai apapun yang mereka inginkan dan mereka
tidak boleh memukul teman yang lainnya untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya. Selain itu, mereka juga tidak boleh main dimanapun. Mereka
diajari bahwa jika mereka belajar dengan keras di kelasnya, maka mereka bisa
mendapat izin untuk istirahat atau main. Hal tersebut dilakukan untuk
mengajari anak agar menunda kepuasannya dan cara ini sangat efektif
digunakan pada anak. Keluarga juga memiliki peran yang sangat penting,
terutama orang tua dan saudara kandung, orang tua mengajar anak-anaknya
tentang kontrol diri. Sebagai contoh, keluarga mengajarkan anggota
keluarganya mengenai kontrol diri dalam menonton televisi dan apa yang akan
dihasilkan dari menonton aksi-aksi di televisi.

Pengertian Self Management/Manajemen Diri

BAB III
KESIMPULAN

Kendali/kontrol diri (self-control) adalah kemampuan untuk membimbing


tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-
impuls atau tingkah laku impulsive (mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam
suatu kegiatan tanpa refleksi/ tanpa berpikir secukupnya atau yang tidak dapat
ditahan-tahan, tidak dapat ditekan). Kontrol diri berperan dalam hubungan
seseorang dengan orang lain, selain itu kontrol diri berperan dalam pencapaian
tujuan pribadi. Sumber kontrol diri individu dapat dibedakan menjadi dua:
faktor di dalam dan di luar diri seseorang. B.F.Skinner mengadakan penelitian
survey mengenai sembilan kategori metode kontrol diri, yaitu Pengendalian dan
Pertolongan Diri (Physical Restraint and Physical Aid), merubah stimulus
(Changing the stimulus), Deprivasi dan Satiasi (Deprivating and Satiating),
Memanipulasi kondisi emosional (Manipulating emotional conditions),
menggunakan stimulasi aversif (Using aversive stimulation), Drugs,Operant
Conditioning, Punishment, Melakukan sesuatu/hal yang lain, Environment and
Schooling.

Anda mungkin juga menyukai