Anda di halaman 1dari 39

Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini
bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik sebagai satu
kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman
yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang
lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh
pengalaman interpersonal dal kultural yang memberikan perasaan positif, memahami
kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi
kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan
keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap
stimulus atau stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga
diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang
harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, mengagali sumber-sumber diri,
menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab terhadap tindakan.
(Suliswati,dkk,2005)
Menurut para ahli :
1. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
2. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat pribadinya secara
utuh,menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual,sosial dan spritual, termasuk
didalamnya persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksinya
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan
objek tertentu, serta tujuan, harapan, dan keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal
Mubarak dan Nurul Chayatin,2008)

Perkembangan Konsep Diri

1
Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap,
saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri,
pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata
dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang
anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena
keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau
ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan
dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat
agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan
demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan
perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang penerimaannya
sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman yang positif yang mengarah
pada kemampuan pemahaman.
 Karakter individu dengan konsep diri yang positif
1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman yang gampang besahabat
2. Mampu berfikir dan membuat keputusan
3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang meladaptif.
Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan adanya
stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam diri sendiri. Dalam menguasai
ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat mambangun
ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Respon Rentang Kinsep Diri

Adaptatif Maldaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Deperso-


Diri posotif rendah identitas nalisasi

GAMBAR . Rentang respon Konsep diri. ( Sumber: Townsend, 1996 ).


Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam

2
pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang memengaruhi hubungan individu
tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada sejak lahir tapi berkembang perlahan-
lahan sebagai hasil pengalaman unik dengan diri sendiri, dengan orang yang berarti dan
dengan sesuatu yang nyata dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri bisa atau tidak bisa
merefleksikan realita. Pada masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang
eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari dimasa lalu sebagai hasil dari kontak sosial
dan pengalaman dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih aktif selama masa toldler
ketika anak telah menggali batasan kemampuan mereka dan dampaknya kepada orang
lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan diantara orang, lebih sensitif dengan
tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasi-
diri. Selama masalah remaja awal, anak lebih berfokus pada perubah fisik dan emosi yang
terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjalas selama masa remaja
akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka disekitar nilai, tujuan, dan
kompetensi yang didapat selama anak kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk 2009)
Adapun teori perkembangan Konsep Diri yaitu secara umum disepakati bahwa
konsep diri belum ada sejak lahir tapi berkembang secara bertahap dan juga dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain dan objek
disekitarnya. Konsep diri dipelajari dari pengalaman yang unik melalui proses eksplorasi
diri sendiri, hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Konsep diri yang
berupa totalitas persepsi, penghargaan dan penilaian seseorang terhadap dirinya
sendirinya terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas
yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang diemban. Konsep diri berkembang
dengan baik apabila budaya dan pengalaman dalam keluarga memberikan pengalaman
yang positif, individu memeperoleh kemampuan yang berarti serta dapat menemukan
aktualisasi diri sehingga individu menyadari potensi yang ada pada dirinya. Pengalaman
awal dalam kehidupan keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri
kerenakeluarga dapat kesempatan untuk identifikasi serta penggargaan tentang tujuan,
perilaku dan nilai. (Andan,2009)

 Adapun Tahap Perkembangan Konsep Diri:

3
Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam beberapa
tahap, yaitu :

1-1 tahun
 Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
 Membedakan dirinya dari lingkungan

3-3 tahun
 Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai
 Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak
 Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
 Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan
bersosialisasi.

3-6 tahun
 Memiliki inisiatif
 Mngenali jenis kelamin
 Meningkatkan kesadaran diri
 Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan
seperti senang, kecewa dan sebagainya.
 Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga

12-20 tahun
 Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi
dominan
 Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru
 Menguatnya identitas nasional
 Menyadari kekuatan dan kelemahan

20-40 tahun

4
 Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
 Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri
 Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab.

40-60 tahun
 Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik
 Mengevaluasi ulang tujuan hidup
 Merasa nyaman dengan proses penuaan

Di atas 60 tahun
 Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
 Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya. (A.Aziz
Alimul, 2009)

 Cara Mengembangkan Konsep Diri Positif Anak.


Jika kita memperhatikan rasa cemas, was-was (kwahatir), tak yakin,
tubuh gemetar acpkali menjakiti dan menjadi penghambat, ketika anak hendak
memulai melakukan sesuatu. Wajah anak pun menunjukan roman tak berdaya
dan ketakukan. Padahal, dia belum melakukan apa-apa. Jika anak melakukan
sesuatu, suka berhenti ditengah jalan karena rasa tak berdaya anak sedemikian
besar sehingga anak mengurungkan niatnya melakukan sesuatu. Gajala-gejala
seperti ini tidak hanya sering menghinggapi diri anak, tetapi hampir semua orang
yang tidak memiliki percaya diri mengalaminya. Rasa percaya diri ternyata sikap
yang paling merugikan dan menunjukkan ketidakcakapan seseorang. Takut salah,
taku mengalami kegagalan, takut ditolok dan dada berdebar-debar yang diiringi
oleh perasaan tak tenang atau resah sebelum melakukan suatu tindakan,
perbuatan, atau kegiatan ternyata telah menyita dan menghabiskan banyak energi
sehingga menyebabkan seseorang sering menjadi tidak berhasil, menggurungkan
niat melakukan kegiatan atau tidak dapat mengambil suatu keputusann kerena
ragu-ragu. (Drs Hendra Surya,2007)
Bahkan, adakalahnya kita dibuat kesal, ketika dia disuruh melakukan
sesuatu. Anak malah berusaha keras menghindari atau membangkang melakukan

5
apa yang kita perintahkan tersebut. Anak menghindari melakukan perbuatan yang
kita hendaki tersebut dengan berbagai dalih atau kambing hitam. Padahal, semua
dalih tersebut untuk menutupi ketakberdayaan dan ketakutan anak untuk
melakukan perbuatan yang dibebankan padanya. Kitapun menjadi tertanya-tanya,
apa yang salah pada anak? Sebenarnya, gejala tidak percaya diri seperti
munculnya ketakutan, keresahan, khawatir, rasa tak yakin yang diiringi dengan
dada berdebar-debar kencang dan tubuh gemetar ini bersifat psikis atau lebih
mendorong oleh masalah kewiwaan anak dalam merespon ransangan dari luar
dirinya. Aktifnya gejala rasa tidak percaya diri anak dapat menekan atau
menghambat bekerja/berfungsinya daya nalar anak sehingga anak mengalami
kesulitan untuk memusatkan konsentarasi fikiran, melemahkan motivasi dan daya
juang anak. Pada akhirnya anak tidak mampu mengaktualisasikan
kemampuannya. Perlu kita ketahui, percaya diri tidak begitu saja melekat pada
anak. Kemampuan percaya diri bukan merupakan bawaan lahir atau turunak
anak. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar
bagaimana merespon berbagai ransangan diri luar dirinya melalui interaksi
dengan lingkungannya. Jadi, perlu campur tangan kita untuk mengatasi
munculnya gejala tidak percaya diri pada anak. Untuk itulah, kita harus
memahami masalah kejiwaan yang menjadi penghambat terbentuknya percaya
diri pada anak sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat untuk
membantu menumbuhkan percaya diri pada anak.
 Mengapa timbul gejala tidak percaya diri pada anak?
Munculnya gejala tidak percaya diri pada anak ketika hendak melakukan
sesuatu terkait erat dengan persepsi din anak terhadap konsep dirinya sendiri.
Bagaimana anak berpikir dan rneniiai dirinya jika dihubungkan dengan apa yang
hendak dilakukannya kita. Bagaimana anak mengukur kemungkinan atau
kesanggupan anak terhadap kemampuan dirinya dalam menyelesaikan segala
sesuatu. TIdak percaya din berarti ungkapan atau pengejawantahan pernyataan
ketidakmarnpuan anak untuk melaksanakan atau mengerjakan sesuatu. Anak
berpikir dan menilal negatif dininya sendini sehingga timbul perasaan udak
menyenangkan dan dorongan/kecenderungan untuk segera menghindari atas apa
yang hendak dilakukannya itu. Konsep diri adalah garnbaran, cara pandang,
keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki orang tentang dininya
sendini, meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan, kebutuhan, tujuan

6
hidup dan penampilan diri. Konsep drii ini sangat dipengaruhi oleh gabungan
keyakinan karakeristik fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi dan bobot
emosional yang menyertainya. Melalui konsep diri ini orang bercermin untuk
melakukan proses menilai, mengukur atau menakar atas apa yang dimilikinya.
(Drs Hendra Surya,2007)
Konsep diri inilah yang menentukan perasaan anak dalarn merespon segala
rangsangan dari luar, Jika konsep did menilai positif dalam menanggapi
rangsangan, sikap anak pun posko dan secara emosional dibebani emosi yang
menyenangkan, Ia akan memberi dorongan untuk benindak poskif dalam bentuk
penerimaan dan pencarian akan tugasnya atau melakukan sesuatu. Contohnya,
Anak akan mendapat upaya jika masih disuruh membeli beras ke warung. (Anak
Iangsung melakuhan persepsi untuk merespon rangsangan dun melihat konsep
dirinnya akan kesangupannya melakukan tugas tersebut). Ketika pikirannya
mengatakan tugas itu mudah respon positif and pun langsisng muncut dun merasa
senang akan mendapat upab sehingga and pun set’dorong dengan ant usias segera
membeli dan mendapaskan hems tenebut walau dengan susabpayah. Sebaliknya,
konsep diri anak mengatakan tugas ini dilakukan maka beban emosi yang tidak
menyenangkan muncul (seperti nsa takut, talc yakin, talc mampu, bent dan
sebagainya), dan mendorong respon negatifdalam bentuk antagonisme atau
pengliindaran. Konsep din mi menjadi bahagian penting dad perkembangan
kepnibadian anak, sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah
laku. Dengan kata lain, jika persepsi did anak memandang dirinya tidak mampu,
tidak berdaya dan hal-hal negatif lain nya, akan mempengaruhi anak dalam
melalwkan sesuatu atau berusaha. Misalnya, and midas belajar karena meraca
pelajaran terlalu sulk dan tak mampu mempelajarinya sehinga menganggap
belajar sepeni kegiasan yang sia-sia saja dan cenderung dihindarinya Sebaliknya
flka and merasa yakin mampu belajar dengan baik tentunya di dengan antusias
dan glut belajar. Perkembangan konsep din anak mi sangat tergantung dad
pematangan pengalaman dan pengetahuan anak Semakin banyak pengalaman dan
pengetahuan anak, persepsi din anak terhadap konsep dininya akan berkembang
ke arah yang posko dan produktIf. Begitu juga, kondisi fisik maupun suasana had
sangat mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Kareaa itu, jika kita memihki anak yang bermasalah
dengan percaya dirmya, bukan berarti tidak dapat diatasi. Percaya din iw dapat

7
diarahkan secara positif. ml tergantung sejauh mana kita mau membantu
membangun percaya diii anak dan kernauan anak sendini untuk berubah. Di
sinilah peranan orang tua untuk mengarahkan pematangan konsep din anak secara
terencana dan terarah agar dapat membangun percaya diii anak. (Drs Hendra
Surya,2007)
Untuk mengarahkan pernatangan konsep diri anak, kita harus mengenal
unsur-unsur gabungan dan karakteristik citra fisik, citra psikologis, citra sosiaL,
aspirasi, prestasi dan emosional yang membentuk konsep diii, arnara lain
1. Penilaian diri. Penilaian diri ini merupakan cara pandang dan keyakinan
unuk menakar atau mengukur terhadap
o Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Pengendalian
keinginan atau dorongan dari dalam diri ini yang menjadi ukuran yang
bersanggupan, keberanian, kebutuhan dan perasaan dalam diri.
Pengendalian dan dorongan dalam diri ini yang memberi pengaruh
gambaran konsep diri positif atau negatif.
o Suasana hati yang sedang dihayati, seperti senang, bahagia, cemas atau
sedih.
o Penilaian citra fisik,. Jika penerimaan terhadap kondisi fisik cukup
memuaskan, konsep diri dan terbentuk pun positif. (Drs Hendra
Surya,2007)

 Jenis-jenis Konsep Diri


Menurut Calhoum dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri
terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali.
Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang
memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri
sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif
akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan
yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu

8
menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah
suatu proses penemuan.
2. Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua
tipe, yaitu:
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur,
tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-
benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang
dihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat. (Akhanggit’s, 2010)

Konsep Diri Dalam Islam


Allah swt berfirman: “Bertaqwalah kepada allah menurut ukuran kemampuan”
(Qs. At-Taghabun: 16).
Ini berarti bahwa allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia dan dalam
keterbatasan itulah kita sebagai manusia dan dalam keterbatasan itulah ia ingin kita
berislam. Nabi muhammad SAW bersabda, “allah merahmati seseorang yang
mengetahui kadar kemampuan dirinya”. Dengan mengetahui kadar kemampuan diri
sendiri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Perintah-perintah dalam islam begitu banyak, seperti menurut ilmu, beribadah, ibadah
mahdhah, belajar, berjihad dan sebagainya. Tidak semua perintah dapat kita lakukan
dengan cara yang expert (sempurna). Dan karena batas kemampuan itulah mengharuskan
kita untuk mimilih fokus tertentu dalam kehidupan kita. Dalam suatu dialaog antara Abu
Bakar dan Rasulullah, beliau mengatakan bahwa sesunggunya di surga itu banyak pintu
dan tiap orang nanti yang masuk melalui pintu holat, puasa dan sebagainya. Kemudian
Abu Bakar bertanya, “Adakah orang yng masuk melalui semua pintu itu?” Rasululah
menjawab, “Ada, dan aku berharap kamu adalah salah satu orang diantaranya.
^ Jadi setiap manusia memiliki 2 ciri keterbatasan :
1. Sifat parsial (artinya kita tidak bisa memiliki/menguasai segala bidang
2. Dalam lingkar yang sangat persial itu kemampuan kita juga terbatas. Misalnya
dalambidang kedokteran, namun kita pun tetap saja terbatas dalam penguasaan bidang
kedokteran itu.

9
Dalam konteks keterbatasan itulah allah mengatakan dalam QS.Al Baqarah
2:286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesenggupannya,” hanya saja
ibadah-ibadah yang sudah tepat waktu dan kepastiannya seperti sholat lima waktu, alah
telah mengukur kemampuan manusia dan pada dasarnya manusia memang sanggup
melakukannya. Sebab semuah perintah yang sifatnya wajib khususnya fardu ‘ain dan
waktunya sudah ditentukan, dalam penghitungan allah pasti manusia bisa melakukannya.
Oleh sebab itu perintah-perintah dibuat dalam urutan-urutannya.

 Sabda Rasulullah di atas berguna bagi kita untuk :


1. Menentukan fokus-fokus nilai islam yang akan diperkuat
2. Memahami diri kita dan membantu dalam menentukan posisi kehidupan sosial
Kesalahan orang dalam bergaul adalah karena tidak-mampuan dalam
memposisikan dirinya dalam kehidupan soaial. Inin merupakan kesalahan umum. Jadi
dengan demikian memahamu keterbatasan diri adalah bagian dari perintah islam. Kesan
yang ada selama ini dalam benak orang-orang muslim adalah semua urusan
mengembangkan diri adalah urusan psikologi dan sekolah pengembangan diri. Padahal,
justru islam akan sangat menganjurkan dan menekankan masalah ini pada awalnya.
Karena itu ada yang menarik pada sejarah islam. Umar memiliki fisik yang sangat besar,
jago berkelahi dan perang, tetapi tidak pernah sekalipun ditunjuk menjadi pemimpin
perqang. Usamah yang berusia 16 tahun pernah ditugaskan memimpin perang. Mengapa?
Kerena umar tidak hanya bisa memimpin pasukan perang tapi juga negara, dan untuk
itulah ia siapkan. Jadi orang yang memiliki kualitas A jangan diberi tugas B.
 Ada 3 langkah dalam menyerap islam, yaitu:
a. Memiliki konsep diri yang jelas
b. Memahami islam sebagai pengisi wadah tersebut
c. Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep islam. (Aina Zahra,
2006)

Gangguan jiwa dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah) dalam perspektif Al-
Qur’an. Jiwa dalam bahas arab adalah Nafs. Kata Nafs dalam AL-Qur’an mempunyai
aneka makna, seperti antara lain maksud surat Al-Maidah ayat 32, dilain sisi ia menunjuk
kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku seperti
maksu kandungan firman allah:

10
‫فَال دَّ َم َر لَهُ َو َما لَ ُهم مِ ن‬ ‫سو ًءا‬ ّْ ‫الَللا يُغَ ِي ُِّْر َما بِقَومْ َحتّى يُغَ ِي ُِّروا َما ِبأَنفُ ِس ِهمْ َو ِإ َذا أ َ َرا َْد‬
ُ ْ‫َللاُ بِقَوْم‬ َّْ ‫ن‬ ّْ ِ‫إ‬
ْ‫َوا ل‬
Sesunggunya allah tidak mengubah keadaan satu masyarakat, sehingga mereka mengubah
apa yang dapat dalam diri mereka (Qs Al-Ra’d [13]: 11)

Kata nafs digunakan juga untuk menunjukkan kepada “diri tuhan” seperti dalam
firman-nya.
Dalam surat Al-An’am [6]: 19 :

‫آن ذ َِر ُكم ألُن بِ ِْه َو َمن‬ ّْ َ‫يد بِينِي َو َبينَ ُك ْم و َوْأ ُ ِإل‬
ُْ ْ‫ي َه َذا القُر‬ َ ِْ‫َللا‬
ْ ‫ش ِه‬ ِّ ‫ل‬ َ ‫أَيْ شَيءْ أَك َب ُْر‬
ِْ ُ‫ش َهادْة ً ق‬
ْ‫قُل‬
‫احدْ َو ِإنّ ِني ي ءْ ِ ِّْم ّما‬ ْ ‫َللاِ آ ِل َه ْةً خ َرى ْأ ُ قُل‬
ِ ‫الّ أَش َه ُْد قُلْ إِنّ َما ُه َْو ِإلَـهْ َو‬ ِّْ ‫لَت َش َهدُونَْ أ َ ّنْ َم َْع‬
ْ‫بَلَ َْغ أَئِنّ ُكم‬
َ‫ر ُكو ن‬
ِْ ‫تُش‬

Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks


pembicaraan tentang manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi
baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan
sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan
keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Quran dianjurkan
untuk diberi perhatian lebih besar. (Taylor dalam Agustiani, 2006)

Faktor yang mempengaruhi Konsep diri


 Tingkat pekembangan dan kematangan
Dukungan mental, pertumbuhan dan perlakuan terdapat anak akan mempengaruhi
konep diri mereka. Sering perkembangannya, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri individu akan mengalami perubahan. Sebagaimana contoh, bayi
membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sedangkan
anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal baru.

 Keluarga dan budaya

11
Individu sering mengadopsi nilai yang terkait dengan konsep diri dari orang-orang
yang terdekat dengan dirinya. Dalam konteks ini, anak-anak banyak mendapat
pengaruh nilai dari budaya dan keluarga tempat ia tinggal. Selanjutnya, perasaan
akan diri mereka akan banayk dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perasaan akan diri
ini akan terganggu saat anak harus membedakan anatara harapan orang tua, budaya,
dan harapan teman sebaya.
 Faktor ekternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri
mereka. Pada dasarnya, individu memiliki dua sumber kekuatan, yakni sumber
ekternal dan sumber internal. Sumber ekternal meliputi dukungan masyarakat yang
ditunjang dengan kekuatan ekonomi yang memadai. Sedangkan sumber internal
meliputi kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dimiliki.
 Pengalaman
Ada kecenderungan bahwa konsep diri yang tinggi berasal dari pengalaman masa
lalu yang sukses. Demikian pula sebaliknya, riwayat kegagalan masa lalu akan
membuat konsep diri menjadi rendah. Sebagai contoh, individu yang pernah
mengalami kegagalan. Sedangkan individu yang pernah mengecap kesuksesan akan
memiliki konsep diri yang lebih positif.
 Penyakit
Kondisi sakit juga dapat mempengar5uhi konsep diri seseorang. Seseorang wanita
yang menjalani operasi mastekomi mengkin akan mengaggap dirinya kurang
menarik, dan ini akan mempengaruhi caranya dalam bertindak dan menilai diri
sendiri.
 Stresor
Stersor dapat memperkuat konsep diri seseorang apabila ia mampu mengatasinya
dengan sukses. Si sisi lain, stresor juga dapat meyebabkan respon mal-adaptif,
seperti akan menarik diri, anseitas, bahkan akan menyalahgunakan zat. Mekanisme
koping yang gagal dapat menyebabkan seseorang merasa cemas, menarik diri,
depresi, mudah tersinggung, rasa bersalah, marah dan, dan hal ini akan
menpengaruhi konsep diri mereka. (Wahit Igbal Mubarak dan Chayatin 2008)

Komponen Konsep Diri

12
Gambaran citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya
sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri
meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas,
keremajaan, kesehatan,dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan
struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memiliki
akar psikologi yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia Citra diri
dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pubertas dan pemuaan terlihat lebih jelas terhadap
citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain itu, citra diri juga
dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma
yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang. Misalnya
berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya.
Konsep diri terbagi atas :
1. Gambaran Citra Diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya
sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra
diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas,
keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten
dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri
memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia.
Citra diri mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih
jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain
citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat
menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat
memengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik
tubuh serta tato, dan sebagainya
2. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat
diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai, dihormati
oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
3. Peran

13
Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat yang sesuai dengan
fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan
yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai
orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan
pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa
percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi
harapann atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya
konsep diri seseorang.
4. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu kesatuan yang
utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain.
Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar
seorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan
demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya
dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual
merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan
mencangkup orlentasi seksual. (A.Aziz Alimul, 2009)

Stresor Mempengaruhi Konsep Diri.


Resor menentang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa
stres adalah kehilangan dan meneruskan norma dari kehidupan, bukan hasil spesifik
seesorang atau respons khas tehadap seseuatu. Proses normal dari kematangan dan
perkembangan itu sendiri adalah stresor. Perubahan yang terjadi dalam ksehatan fisik,
spiritual, emosional, seksual, kekeluargaan dan sesiokultural dapat menyebabkan stres.
Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau dicerap yang mengancam
identitas, citra tubuh, harga diri, perialaku peran. Individu yang berada bereaksi terhadap
situasi yang sama dengan tingkat stres yang beragam. Perepsepsi tentang stresor adalah
faktor penting yang mempengaruhi respons terhadap stresor tersebut. Semua orang
mempengaruhi pola perilaku yang biasanya memberikan cara untuk menghadapi atau
menghadapi stesor , dengan demikian memberikan metode untuk koping terhadap stresor
dimasa akan datang. Dengan demikian, beberapa orang dikerahkan oleh ncaman yang
dicerap dan membutuhkan bantuan dari orang lain. (Potter & Perry, 2005)

14
Stres berkepanjangan atau stres yang dicerap dengan menipiskan emampuan
adaptif . setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stresor yang mempengaruhi
konsep diri. Perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan oerubahan citra tubuh, dimana
identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi. (Potter & Perry, 2005)

KESEHATAN

Stresor fisik dan


emosional

Konsep diri :
identitas
Citra tubuh
Harga diri
Fungsi peran

Stresor fisik dan


emosional

PENYAKIT

Stresor Identitas
Identitas didefinisian sebagai “pengorganisasian prinsip dari sistem kepribadian
yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, komunitas, dan konsistensi dari
kepribadian”. Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja dalah
waktu dimana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan ketidaksamaan dan
asistas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional,
dan mental akibat peningkatan kematangan. Stresor dapat timbul pada setiap area ini
atau sebagai akibat dari konflik diantara mereka. Seorang defasa biasanya mempunyai
identitas yang lebih stabil karenanya konsep diri lebih berkembang lebih kuat.

15
Stesor kultular dan sosial dibanding stresor personal dapat mempunyai dampak
lebih besar pada identitas orang dewasa. Misalnya, seorang dewasa harus memutuskan
antara karir dan pernikahan, kerja sama dan kompetisi, atau ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan. Tanda perkembangan lainnya seperti awal
terjadinya menstruasi, pubertas, menopause, pensiun, penurunan kemampuan fisik,
dan faktor lain yang berkaitan dengan faktor penuaan dapat juga mempengaruhi
identitas.
Stersor Citra Tubuh
Perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan
bertumbuhkan perubahan dalam citra tubuh. Perubahan dalam penampilan tubuh,
seperti amputasi atau perubahan penampilan wajah, adalah stesor yang sangat jelas
mempengaruhi citra tubuh. Mastektomi, kolostomi, dan ileostomi mengubah
penampilan dan fungsi tubuh, meski perubahan tersebut tidak terlihat orang lain,
perubahan tersebut tidak tampak ketika individu bersangkutan mengenakan pakaian.
Meskipun tidak terlihat dari orang lain, perubahan tubuh ini memunyai efek signifikan
pada individu. Penyakit kronis seperti penyait jantung dan ginjal mencangkup
perubahan fungsi, dimana tubuh tidak lagi berfungsi pada tingkat optimal. Bahkan
perubahan tubuh “normal” akibat progres perkembangan normal dapat mempengruhi
citra tubuh. Selain itu, kehamilan dan penambahan atau penurunan berat badan yang
signifikan mengubah citra tubuh, seperti juga halnya kemoterapi dan terapi radiasi.
Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana
perubahan tersebut terjadi. Paralisis yang sisebabkan oleh cedera saat perang
memungkinkan dapat diterima; veteran perang mungkin diperlukan sebagai pahlawan
dan dihargai karena kebaraniannya; sumber dari pemerintah tersedia dari program
rehabilitas. Namun demikian seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas
ketika dalam keadaan mabuk dan menderita paralisis mungkin mendapat respons yang
berbeda dari masyarakatnya. Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam
penampilkan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya.
Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata. Misalnya, jika citra tubuh seseorang
wanita memasukkan payudara sebagai elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat
mestoktomi mungkinakan menjadi perubahan yang sangat signifikan. (Potter & Perry,
2005)

16
Stersor Harga Diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai. Orang dengan
harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan
ansietas. Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya. Meskipun inti dasar
dari perasaan negatif dan positif dipertahankan. Banyak stresor mempengaruhi harga
iri seorang bayi, usia bermain, persekolahan, dan remaja. Ketidak mampuan untuk
memenuhi harapan orang tua, kritik yang tajam, hukuman yang tidak konsisten,
persaingan antar-saudara sekandung, dan kekalahan berulang dapat menurunkan
tingkat nilai-diri. Stresor yang mempengaruhi harga diri pada orang dewasa
mencangkup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan.
Penyakit, pembedahan, atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat juga
menurungkan perasaan nilai diri. Penyakit kronis seperti diabetik, artritis, dan
disfungsi jantung membutuhkan perubahan dalam pola perilaku yang telah lama
diterima dan dijalani. Jika perubahan lambat dan progresif, maka individu dapat
mempunyai kesampatan untuk mengantisipasi berduka. Namun demikian, perubahan
mendadak dalam kesehatan lebih mungkin menciptakan situasi yang kritis. Makin
kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuaan untuk terlibat dalam aktivitas
yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, makin besar pengaruhnya pada
harga diri.

Stersor Peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang bekaitan dengan
fungsi seseorang individu dalam berbagai kelompok sosial. Sepanjang hidup orang
menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan. Transisi situasi
terjadi ketika orang tua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau orang
pindah rumah, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan. Transisi sehat sakit adalah
gerakan diri kesadaran sehat atau sejahtera kearah sakit atau sebaliknya. Masing-
masing dari transisi ini dapat mengancam konsep diri, yang mengakibatkan konflik
peran, ambiguitas peran atau ketegangan peran. Penting sekali artinya untuk mrngenali
bahwa perpindahan sepanjang kontinum dari sakit kesejahtera sama menegangkannya
seperti perpindahan dari sejahtera kesakit (Potter & Perry, 2005)

17
Gangguan Konsep Diri :
* Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh:
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan Ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit).
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi. (Suliswati,dkk,2005)
Faktor Predisposisi gangguan harga diri:
a. Penolakan dari orang lain.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarantg, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten.
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
f. Tidak mencapai standar yang ditentukan.

Faktor Predisposisi gangguan peran:


a. Tradisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat-sakit.
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c. Keraguan peran, ketika individu kurang mengetahuinya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
d. Peran yang terlalu banyak.

Faktor Predisposisi gangguan identitas diri :


a. Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.

18
* Faktor Presipitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit untuk menyusuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma
emosi seperti penganiyayaan fisik ,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.

Ketegangan Peran
Ketegangan peran adalah peran frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa cocok dalam melakukan perannya . Ketegangan peran ini sering dijumpai saat
terjadi konflik nperan, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.
Pada pe jalanan kehidupan, individu sering menghadapi transisi peran yang bergam.
Transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
Transisi peran perkembangan, setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman
pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan
menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda, hal ini dapat merupakan
stresor bagi konsep diri.
Transisi Peran Situasi, Perubahan jumlah anggota keluarga baik pertambahan atau
pengurangan melalui kelahiran atau kematian.
Transisi Sehat Sakit, Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep
diri. Pergeseran kondisi kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh. Perubahan akibat tindakan
pembedakan yang dapat terlihat seperti kolostomi atau gastrostomi atau yang tidak
kelihatan seperti histerektomi. (Suliswati,dkk,2005)

 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kosep Diri


Pengkajian
Pengakajian menyeluruh tentang konsep diri berfokus pada lima komponen, akan
tetapi sebelum memulai pengkajian tersebut, ada baiknya pembina hubugan saling
percaya dan kerja sama terlebih dahulu dengan klien , selain itu perawat juga harus
mengidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi konsep diri klien.
Penerapan Diagnosa.

19
Menurut NANDA (2003), label diagnosis keperawatan yang berkaitan langsung
dengan konsep diri adalah :
 Gangguan citra tubuh
 Ketidakefektifan penampilan peran
 Harga diri rendah kronis
Sedangkan diagnosis tambahan yang bisa diterapkan pada klien dengan masalah
konsep diri meliputi:
 Penyesuaian, Gangguan
 Ansietas
 Citra tubuh, gangguan
 Komunikasi, Hambatan verbal
 Koping, ketidakefektifan
 Keputusan
 Identitas personal, Gangguan
 Kesepuian, resiko
 Ketidakberdayaan
 Ketidakberdayaan, resiko
 Penampilan peran, Ketidakefektifan
 Defisit perawatan diri
 Harga diri, Resiko rendah situasional
 Harga diri, Rendah situasional
 Persepsi sensori, Gangguan
 Pola seksualitas, Ketidakefektifan
 Interaksi sosial, Hambatan
 Isolasi sosial
 Distres spritual
 Proses pikir, Gangguan
 Perilaku kekerasan, Resiko terhadap diri sendiri
Pencernaan dan implementasi
Tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan konsep diri
bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik masing-masing
individu. Sedangkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri yang

20
positif meliputi upaya membantu klien mengidentifikasi area kekuatan mereka dan
mengavaluasi diri serta mengubah perilaku mereka.
1. Gangguan citra tubuh
Yang berhubungan dengan :
 perubahan penampilan, sekunder akibat (kehilangan anggota tubuh, kehilangan
fungsi tubuh, penuaan, penyakit kronis, hospitalisasi, pembedahan, komoterapi).
 Persepsi yang tidak realitas tentang penampilan, skunder akibat (psikosis,
anoreksia nervosa, bulimia).
 Pengaruh (sebutkan) pada penampilan (obasitas,kehamilan,imobilitas).

Kriteria Hasil
Individu akan mengimplementasikan pola koping yang baru dan menyempaikan serta
menunjukkan penerimaan atas penampilannya (berhias pakaian, postur, pola makan,
penampilan diri).

Indikator
 Memperlihatkan kesediaan dan kemampuan untuk menjalankan kembali tanggung
jawab perawatan diri/peran.
 Hubungan yang baru atau membangun kembali hubungan dengan sistem
pendukung yang ada.

Intervensi Umum
 Bina Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, terutama tentang perasaan,
pikiran, dan pandangannya mengenai diri sendiri.
o Kenali perasaan bermusuhan, berduka, takut, dan ketergantungan yang klien
tunjukan, dan ajarkan starategi koping guna menghadapi emisi tersebut.
o Dorong klien untuk mengajukan prtanyaan tentang masalah kesehartan,
pengobatan, kemajuan dan progrosis penyakit.
o Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan
sebelumnya.
o Hindari melontarkan kritikan kepada klien

21
o Dorong klien untuk mendekatkan diri dengan keyakinan dan nilai-nilai
spritual yang di anut.
 Dorongan klien untuk meningkatkan interaksi sosial.
o Dorong klien untuk bergerak
o Hindari upaya untuk perlindungan yang berlebihan terhadap klien, tetapi
batasi tuntutan yang dibuat untuknya
o Persiapkan orang terdekat klien dalam menghadapi berbagai perubahan fisik
dan emosional.
o Anjurkan kawan dan orang terdekat untuk mengunjunginya.
o Dorong klien untuk menghubungi teman atau keluarga melalui telepon atau
surat.
o Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman bersama orang-orang yang
pernah mengalami pengalaman serupa
o Diskusikan bersama sistem pendukung klien tentang perlunya penyampaian
nilai dan arti klien bagi mereka.
 Berikan intervensi khusus sesuai dengan sesuatu yang dihadapi klien.
Untuk klien yang kehilangan anggota tubuh atau fungsi tubu
o Kaji arti kehilangan bagi klien dan orang terdekat kliean
o Gali dan luruskan kesalahpahaman dan mitos tentang kehilangan anggota
tubuh atau fungsi tubuh, atas kemampuan untuk berfungsi dengan kodisi
tersebut.
o Antisipasi respons klien terhadap peristiwa yang kehilangan yang berupa
penolakan, syok, marah dan depresi.
o Waspadai pengaruh respon orang lain terhadap peristiwa kehilangan;
dorong orang terdekat klien untuk berbagi perasaan.
o Gunakan metode bermain peran untuk membantu klien menyampaikan
perasaannya.
o Gali arternatif yang realitis dan berikan dukungan pada klien.
o Gali dan kekuatan dan sumber-sember yang klien miliki.
o Bantu klien dengan memberikan revolusi begi perubahan citra tubuh akibat
pembedahan.
o Dukung sejumlah aktifitas yang dapat menjalankan seluruh tanggug jawab
perawatan diri secara bertahap, jika memungkinkan.
 Lakukan penyuluhan kesehatan, sesuai indikasi.

22
o Jelaskan tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan
o Ajarkan berbagai strategi untuk sehat.

Rasional
 Kontak sering yang dilakukan oleh pemberi asuhan menunjukkan penerimaan dan
dapat meningkatkan rasa percaya klien. Klien mungkinragu-ragu untuk mendekati
staf karena konsep diri yang negatif
 Interaksi sosial dapat memperkuat kesan bahwa klien diterima dan bahwa sistem
pendukung sebelumnya masih ada.
 Mengekspresikan perasaan dan persepsi yang dimiliki akan meningkatan
kewaspadaan diri klien serta membantu perawat merencanakan interveksi yang
efektif guna memenuhi kebutuhan klien.
 Mengidentifikasi karasteristik serta kmekuatan personal dapat membantu klien
berfokus pada karasteristik positif yang mendukukng keseluruhan konsep diri, dan
bukan hanya pada perubahan citra tubuh yang dialami.
 Diskusi yang jujur dan terbuka-mengungkapkan bahwa sejumlah perubahan akan
terjadi, tetapi dapat diatasi-meningkatkan perasaan kontrol klien.
 Partisipasi klien dalam perawatan diri dan perencanaan mendukung koping yang
positif terhadap perubahan yang terjadi.
 Konseling dengan tenaga bprofesional ditunjukan untuk klien dengan kekuatan ego
yang rendah dan sumber koping yang tidak adekuat.
 Peningkatan interaksi sosial melalui keterlibatan klien disejumlah kelompok
memungkinkannya menerima stimulas sosial dan intelektual yanga akan
meningkatkan harga dirinya.

2. Harga diri rendah kronis


Yang berhubungan dengan :
 Perubahan penampilan, gaya hidup, peran dan respon orang lain.
 Perasaan terabaikan atau gagal, skunder.
 Hubungan yang tidak memuaskan.
 Kehamilan remaja.
 Pembedaan gender pada pola membesarkan anak
 Pengalaman menghadapi tindak kekerasan orang tua

23
 Kehilangan peran dan tanggung jawab.

Kriteria Hasil
Individu akan mengidentifikasi aspek positif tentang dirinya dan mangaku bebas dari
berbagai gejala depresi.

Indikator
 Momodifikasi penghargaan-diri yang berlebihan dan tidak realitas.
 Penyampaikan penerimaan atas keterbatasan yang ada
 Menyampaikan persepsi yang tidak menghakimi tentang diri sendiri.
 Mengurasi perilaku menyiksa diri sendiri.
 Mulai mengambil resiko verbal dan perilaku.

Intervensi Umum
 Bantu klien mengurangi tingkat kecemasan saat ini
 Bagi dukungan pada klien, dan jaringan menghakiminya.
 Tingkat sense of self klien.
o Tunjukan perhatian
o Hormati ruang pribadi klien
o Pejelas interpretasi anda tentang apa yang klien katakan atau alami
o Bantu klien untuk mengmukakan apa yang ungkapkannya secara non-
verbal
o Beri perhatian pada klien, terutama untuk perilakunya yang baru
o Dukung kebiasaan fisik yang baik
o Berikan semangat pada klien saat iya berupaya menyelesaikan sebuah
tugas atau keterampilan.
o Berikan umpan balik yang positif dan melakukan latihan pembangunan
o Ajarkan dan dorong klien untuk melakukan mendapatkan privasi
o Bantu klien membentuk ikatan personal yang tepat
 Dorong klien menggunakan sumber koping yang ada
o Identifikasi area kekuatan pribadi klien
o Sampaikan hasil pengamatan anda pada klien
o Beri kesempatan klien untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.

24
 Bantu klien mengungkapkan pertanyaan positif maupun negatif.
o Gunakan pertanyaan dan pertanyaan terbuka
o Katkan Dorong klien untuk mrngungkapkan pertanyaan positif maupun
negatif
o Gunakan gerakan, seni, dan musik sebagain sarana ekspresi
 Beri kesempatan klien untuk melakukan sosialisasi yang positif
o Dorong klien untuk menghubungi teman dan orang terdekatnya melalui
telepon atau surat
o Libatkan klien dalam berbagai aktifitas, terutama yang menggunakan
kekuatan
o Jangan biarkan klien mengisolasi diri sendiri
o Sertakan klien dalam terapi kelompok pendukung
o Ajarkan klien berbagai keterampilan sosial sesuai dengan kebutuhan
o Dukung partisipasi klien untuk berbagi pengalaman serupa bersama
o Tentukan batasan untuk perilaku yang bermasalah seperti agresi, higiene
yang buruk, ruminasi, dan pemikiran bunuh diri.
o Persiapan klien untuk mengembangkan keterampilan sosial dan vokasional
o Bentuk upaya eksporasi-diri saat kecemasan klien brkurang dan rasa
percaya telah terbina.

Rasional
 Individu dengan harga diri rendah biasanya mengalami kecemasan dan ketakutan.
 Strategi yang diberikan berfokus pada upaya membantu klien menilai kembali
perasaan negatif tentang dirinya dan mengidentifikasi berbagai atribut yang positif.
 Mamberikan peluan bagi klien untuk sukses dapat meningkatkan harga dirinya.
 Upaya melibatkan klien dalam berbagai kegiatan penting untuk membantunya
mengembangkan tanggung jawab utama bagi perilakunya sendiri
 Menyempaikan penerimaan terhadap perasaan klien dapat meningkatkan
penerimaan dirinya. ( Wahit Iqbal Mubarak dan Chayatin, 2008)

25
Membangun Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang memiliki orang tentang dirinya sendiri.
Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang dirinya
sendiri, karakteristik fisik, psokologis, sosial dan emosional, aspirasi, dan prestasi. Semua
konsep diri mencangkup citra fisik yang psikologis diri. Konsep diri anak didasarkan atas
keyakinan anak mengenai pendapat orang-orang dekat (orang tua, guru, teman) tentang
dirinya. Kalau orang-orang dekat tadi menyenanginya, ia akan berfikir tentang dirinya.
(Munawir Yusuf, 2006)

Pikiran
Citra
Emosi Psikologis

Penampilan Individu
Fisik Tunggal
Citra
Kesesuaian/ Fisisk
tidak dengan
jenis kelamin

26
Kesesuaian/
tidak dengan
jenis kelamin

Kesesuaian/ Kesesuaian/
tidak dengan tidak dengan
jenis kelamin jenis kelamin

Citra
Fisisk

Konsep diri adalah bagian dari pola kepribadian dan merupakan bagian penting
dalam kepribadian. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang
dirinya sendiri. Stabilnya konsep diri akan mempermudah pemahaman anak tentang
dirinya sendiri. Kestabilan konsep diri anak bisa didapatkan melalui adalanya kesamaan
pandangan dari guru, orang tua, dan teman tentang dirinya.

Kepercayaan

Sosialisasi Konsep Harga


Bagus Diri Positif Diri

Realitas

27
Tidak Mampu

Sisialisasi Rendah
Konsep
Kurang Diri
Diri Positif

Ragu-Ragu

Kesadaran diri biasanya terjadi karena pandangan antara guru, orang tua, dan
teman tentang diri anak. Inti dari pola kepribadian andalah konsep diri anak dan konsep
ini mempengaruhi berbagai sifat. Peran unsur bawaan dalam perkembangan konsep diri
ditentukan oleh cara anak menginterprestasikan perlakuan orang lain. Anak yang lebih
pandai menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya. Sebaliknya, anak yang
kurang cerdas sulit menginterprestasikan perasaan orang terhadap dirinya berdasarkan
yang dikatakan atau dilakukan orang lain. Pada waktu bayi masih berusia beberapa tahun,
ia mulai memberi respons kepada orang. Cara orang memperlakukan dirinya akan
mempunyai pengaruh yang sangat mendasar pada konsep diri yang sangat mendasar pada
konsep diri yang ia kembangkan dan penyusaiannya terhadap orang. Menurut Erikson,
masa bayi merupakan waktu berkembangnya kepercayaan atau ketidakpercayaan dasar.
Sesuatu yang dikembangkan akan menentukan bayi bereaksi terhadap orang dan situasi,
bukan pada saat itu, melainkan sepanjang hidupnya. (Munawir Yusuf, 2006)
Anak yang terlalu sering menjadi korban olok-olok teman sebayanya akan mudah
resah dan bereaksi sebagai anak yang tertekan, entah dengan menangis, marah atau
sekedar merengek. Biasanya ia akan menjadi sensitif. Anak yang merasa dirinya “buruk”
dan tidak seseorang pun menyukanya akan menyebabkan anak yang mempunyai konsep
diri yang buruk. Tanda-tanda anak yang buruk adalah sebagai berikut.
1. Menjadi resah dan marah bila diberi tahu ia balik.
2. Mengerjakan hal-haln yang buruk.
3. Tidak terpengaruh atau bahkan senang jika dikatakan nakal.
4. Kebiasaan-kebiasaan yang buruk.

28
Beberapa hal yang menyebabkan anak mengembangkan konsep diri yang buruk
antara lain.
1. Anak sering dikatakan jelek.
2. Jarang dipuji.
3. Kurang diperhatikan kebutuhannya.
4. Diharapkan terlalu banyak, padahal kemampuannya terbatas.
Jadi, dari satu sudut pandang, setiap pemeriksaan yang meminta subjek untuk membuat
laporan kognitif atau evaluatif tentang segala aspek yang relatif abadi dari diri mungkin
dapat ditafsirkan menjadi studi konsep diri. maka semua penelitian menggunakan
persediaan kepribadian atau wawancara mengacu pada diri karakteristik mungkin telah
dimasukkan. Namun, dalam mengumpulkan bahan pada setiap topik. (Ruth C.While,
1979)
Memang tidak dipungkiri bahwasannya jumlah aktivis islam semakin hari
semakin bertambah banyak. Tapi yang menjadi catatan penting disini adalah bahwa
beban dakwah ini belumloah seimbang dengan jumlah para pemikul bebannya-para
aktivitas islam. Bahkan waktu punseakakn tidak cukup untuk dipergunakan secara
sempurna untuk dakwah ini.. dakwah yang mungkin usianya jauh melebihi usia manusia
itu sendiri. Karena itu dibutuhkan kemampuan tarbaik manusia untuk mengembangkan
dakwah ini. Kemampuan itu yaitu kemampuan yang seyogyanya dimiliki setiap manusia
dengan spesifiknya masing-masing. Kemudian kita akan berfikir bagaimana setelkah
kemampuan terbaik itu bisa terlatih dan ternyata tidak mempengaruhi beban dakwah
yang tidak seimbang ini. Seakan apa yang kita lakukan mempengaruhi sedikit pun beban
dakwah ini. Dalam diri manusia rupanya terdapat dua buah kekuatan yaitu quwwatul
khair yang merupakan kekuatan kebaikan, sering disebut sisi positif maupun tindakan
positif dari kita. Sedangkan quwwatul syar, merupakan kebalikan dari quwwatul khair
yaitu, kekuatan kesehatan dalam diri manusia. Yang dimaksud menajemen diri dalam
pandangan islam adalah bagaimana memaksimalkan quwwatul khair dalam diri kita dan
mematikan quwwatul syar atau minimal menguranginya sekecil mungkin.
Untuk membangun konsep diri yang kuat nan kokok tidak bisa serta merta dibuat
dengan instan, namun merupakan suatu proses yang berat dan lama dan dimana semua
proses berat dan lama itu akan terasa ringan dengan keistiqomahan atau dalam bahasa lain
melalui kebiasaan-kebiasaan yang mapu membawa manusia membangun konsep diri
yang benar.

29
Pertama, kebiasaan i’tikaf. i’tikaf membantu jika membuat pemahaman diri yang sangat
mendalam. Dengan pemahaman diri yang mendalam maka akan diperoleh ketenangan,
dan ketenangan itu adalah pintu keterarahan. Ketika kita sudah memiliki keterarahan
makan bisa dipastikan tindakan kita, emosi kita dan kecil apapun hal yang kita lakuakan
berada dalam kontrol kesadaran kita.
Kedua, kebiasaan berfikir. Jelas kebiasaan ini erat hebungannya dengan penambahan
kapasitas bagi manusia. Telah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an tentang hal ini. Kita
bahkan bisa melakukan kebiasaan ini dimana saja dan kapan saja.
Ketiga, keterampilan berbicara. Dalam hal ini jangna diartikan kebiasaan banyak bicara
meskipun lihai dan indah karena berbicara itu bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi bisa
membawa kebaikan tapi bila kita salah mengarahkan pisau itu maka kitalah yang akan
kena. Rasulullah SAW pernah bersabda : ‘Barang Siapa yang bermain kepada Allah dan
hari akhir, hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam.”
Keempat, Kebiasaan untuk serius. Q.S Al Hadiid : 16 merupakan ayat teguran kepada
orang islam yang masih sering bercandah dalam berdawah. Karena dakwah islam ini
adalah dakwah serius, yang harus kita lakukan adalah memadukan segala daya dan
kekuatan dan mengkostentrasikannya dalam sebuah tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai.
Kelima, pertaubatan berkala yaitu semacam muhasabah tetapi secara berskala. Sekaligus
mahasabah ini bisa dijasikan koreksi pada diri kita selama ini. Ali Bin Abi Thalib
menganjurkan supaya tiap pekan kita menulis kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan
dan keburukan-keburukan yang juga telah kita lakukan supaya kita dapat membuat
komprasi keduanya dan kemudian memperbaruhi taubat.
Kelima kebiasaan itu merupakan salah satu dari banyaknya instrumen dalam
rangka membangun konsep diri seorang muslim. (Akhanggit’s,2010)

Unsur-Unsur Konsep Diri


A. Perbedaan Jenis Kelamin
Pada Usia 3-4 tahun, anak sadar akan jenis kelaminanya dan menggunakan tanda-
tanda, seperti potongan rambut dan pakaian untuk membedakannya.kesadarannya akan
perbedaan, minat, bakat, dan prestasi berkembang setelah anak masuk sekolah, secara
berangsur akan ada bobot kesadaran mengenai kejahatan dan kewanitaan.

30
B. Peran Menurut Jenis Kelamin
Anak belajar perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya dengan cara
beridentifikasi dengan orang tuanya lewat pendidikan atau tekanan orang tua. Kemudian
anak beridentifikasi dengan lingkungan dan media massa. Sikap sosial terhadap peran
kedua jenis kelamin menjadi bagian yang penting terhadap konsep diri anak.

C. Perbedaan Kelas Sosial


Anak persekolahan mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang
dimiliki orang dan cara orang hidup. Ia belajar bahwa hal-hal tersebut berkaitan dengan
pekerjaan orang tuanya dan orang tertentu dianggap ‘kaya’ atau ‘miskin’. Mereka
menambahkan arti itu pada konsep dirinya. Makin baik penerimaan sosial bagi anak,
makin besar bobot emosional yang ia berikan pada keanggotaan kelas sosial. Perlakuan
yang tepat akan memberikan kepercayaan diri anak untuk berkembang. Dorongan kepada
anak untuk memiliki keberanian tanpa terlalu banyak tekanan akan membangunnya
menjadi anak yang memiliki konsep diri dan kepribadian yang bagus.
Anak-anak yang menarik diri akan makin terpuruk jika konsep diri mereka tidak
segera dibangun. Mereka menarik diri dari lingkungan sosial sekitar pada dasarnya
karena konsep diri mareka yang buruk. Konsep diri adalah inti dari kepribadian. Jadi,
kepribadian anak yang menarik diri yang tampak sehari-hari dalam berinteraksi sosial
hanyalah kepribadian yang buruk. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan, baik dari orang
tua maupun guru. Untuk memperbaiki kepribadiannya, orang tua atau guru lebih baik
tahu terlebih dahulu tentang pola kepribadian anak. Menurut Thomas A.S. Chess & H.G
Birch, pola kepribadian merupakan bentukan dari temperamen dan lingkungan yang
terus-menerus saling memengaruhi. Jika kedua pengaruh itu harmonis, orang dapat
mengharapkan perkembangan anak yang baik. Jika pengaruh itu tidak harmonis, masalah
perilaku akan muncul. Faktor bawaan tentu saja sudah tidak bisa kita ubah, tetapi kita
dapat mengubah dua faktor lainnya sebagai penentu kepribadian anak, yaitu faktor
pengalaman awal anak dilingkungan keluarga dan pengalaman anak dilingkungan lain.
(Munawir Yusuf, 2006)

 Konsep Diri & Kopetensi


Kompetensi itu adalah kemampuan seseorang dalam mentrasfer akil dan
pengetahuan terhadap situasi baru, lingkungan baru atau tugas-tugas baru. Lalu apa
hubungannya dengan konsep diri? Dari defenisi diatas dapat dilihat hubungan itu sangat

31
jelas. Kalau anda punya keahlian atau pengetahuan yang bagus dibidang tertentu, namun
anda minder, kira-kira apa yang terjadi? Keminderan anda akan mengalahkan keahlian
dan pengetahuan anda. Hubungan antara konsep-diri dan kompetensi itu bertemu pada
titik yang dijelaskan melalui istilah-istilah dibawah ini
1. Kepercayaan diri (self-confidence). Orang yang kompoten memiliki kepercayaan-diri
yang bagus. Untuk memiliki kepercayaan ini diperlukan konsep-diri yang bagus. Dalam
teori kompotensi, ada sejumlah istilah yang pengertiannya kira-kira sama dengan
kepercayaan diri ini. Beberpa istilah diantaranya:
o Decisivenness
o Ego strenght
o Independence
o Strong-self concept
o Willing to take responsibility
2. kendali-diri (self-control). Orang yang kompoten pasti memiliki kemampuan yang
bagus dalam mengendalikan-diri. Kendali-diri terkait dengan bagaimana orang punya
persepsi terhadap dirinya. Orang yang punya persepsi lemah biasanya seelalu menuding,
menyalah atau mendandalkan orang lain. Sebaiknya, orang yang persepsinya kuat lebih
memfokuskan perhatiannya pada dirinya (kemampuan, peluang, kapasitas, dst)
3. Keharmonian-diri (interoersonal skill). Orang yang kompoten punya kemampuan
dalam menciptakan hubungan yang harmonis dengan dirinya, ini kerap disebut dengan
istilah interpersonal skill atau keahlian dalam menjalin hubungan dengan diri sendiri (ke
dalam). Untuk bisa menciptakan hubungan seperti ini diperlukan konsep diri yang bagus.
Banyangkan kalau misalnya anda punya konsep-diri negatif. Apakah akibatnya? Pasti
kesimpulannya yang akan tercetak adalah tidak bisa menerima diri sendiri secara utuh,
konflik-diri, kufur-diri, dan semisalnya. Hubungan semacam ini, selain bisa menganggu
hubungan kita dengan orang lain. Orang yang harmonis denagn dirinya akan harmonis
pula dengan orang lain. (Cereer,Business & Life, 2007)

 Konsep Diri & Proses Keperawatan


Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif
yang berfokus pada stesor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan perilaku
yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang mungkin dirasakan
perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan,
awitan penyakit kronis, atau tuna wisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku

32
yang diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh,
keengganan untuk mencoba hal-hal baru, dan intekasi verbal dan non verbal antara klien
dengan orang lain. Data pengkajian membutuhkan interprestasi yang cermat oleh
perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk ganguan kosep diri mungkin
menunjukkkan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defenisi identitas, citra
tubuh, harga tubuh, atau kinerja peran. Peristiwa yang mempunyai dampak pada ‘diri’
menimbulkan stresor pada konsep diri. Jika stresor cukup besar, atau jika stresor
ditimbulkan pada klien dalam priode yang cukup lama, maka klien akan menjadi
simpomatis. (Potter & Perry, 2005)

Dimensi-Dimensi Konsep Diri


Calhoum dan acocella menjelaskan bahwa konsep diri terbagi atas tiga dimensi
yaiutu meliputi :
1. Pengetahu8an terhadap diri sendiri yaitu seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
suku pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang
menempatkan seorang kedalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok
suku bangsa maupun kelompo-kelompok tertentu lainnya.
2. Setelah orang tua, kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep diri
individu. Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap
seorang anak akan berpengaruh pada konsep diri anak tersebut. Peran yang diukir
anak dalam kelompok sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam pada
pandangannya tentang dirinya sendiri dan peran ini, bersama dengan penilaian
diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosialo
ketika ia dewasa.
3. Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu
bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat
terhadap individu dapat masuk kedalam konsep diri individu dan individu akan
berprilaku sesuai dengan pengharapan tersebut.
4. Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didefenisikan sebagai
perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang
sebagai akibat dari pengalaman. Dalam mempelajari konsep diri, terdapat tiga
faktor utama yang harus dipertimbangkan, yaitu : aosiasi, ganjaran dan motivasi.
(Taylor dalam Agustiana, 2006)

33
Sumber Informasi Untuk Konsep Diri.
Calloun dan Acecella (1990) mengungkapkan ada beberapa sumber informasi
untuk konsep diri seseorang yaitu:
1. Orang Tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling
berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi seorang anak, sehingga apa yang mereka
komunikasikan akan lebih berpengaruh daripada informasi lain yang diterima anak
sepanjang hidupnya. Orang tua memberikan arus informasi yang konstan mengenai
diri anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan pengharapan serta
mengerjakan anak bagaimana menilai diri sendiri. Pengharapan dan penilaian
tersebut akan terus terbawa sampai anak menjadi dewasa.
2. Teman Sebaya
Setelah orang tua atau kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep
diri individu. Penerimaan maupun penolakan sekolompok teman sebaya atau
terhadap seseorang anak dalam kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh
yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan peranan ini, bersama
dengan penilaian diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam
hubungan sosial ketika ia dewasa.
3. Masyarakat
Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu
bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat
terhadap individu dapat masuk kedalam konsep diri individu dan individu akan
berprilaku sesuai dengan penghargaan tersebut.
4. Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didevenisikan sebagai perubahan
psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat
dari pengalaman. Dalam mempelajari konsep diri, terdapat tiga faktor utama yang
harus dipertimbangkan, yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi. (Taylor dalam
Agustiana, 2006)

34
bukan untuk mengatakan dua konstruksi tidak berhubungan atau bahwa konsep
diri harus dipandang sebagai terpisah dan independen dari konteksnya, melainkan itu
berarti bahwa studi menyelidiki baik membangun cenderung memiliki penekanan yang
berbeda dan fokus. Namun, konsep diri dapat ia mengerti sebagai dasar yang mendasari
di mana seorang individu membangun identitas mereka dalam kaitannya dengan konteks
yang spesifik.
Konsep diri adalah "mobile" inti kesadaran diri bahwa seseorang memegang dan
membawa bersama mereka ke berbagai konteks yang berbeda; identitas ini kemudian
dibangun di dasar sebuah individu konsep diri tapi lebih mengutamakan hubungan antara
individu rasa diri dan konteks sosial tertentu atau komunitas praktek. Berbagai identitas
Seorang pelajar yang hkely pada gilirannya mempengaruhi mereka konsep diri dan dua
yang paling mungkin terbaik dipahami sebagai timbal balik saling terkait. Diagram di atas
(Gambar 2.1) yang Dimaksudkan untuk memfasilitasi pemahaman tentang bagaimana
buku ini conceives konsep diri dan hubungannya dengan diri ini terkait konstruksi
lainnya:
Pertama, diagram mendefinisikan konsep diri sebagai termasuk kognitif dan afektif diri
keyakinan. Ini menunjukkan bagaimana konsep diri adalah membangun lebih global yang
subsumes konstruksi lainnya psikologis lebih erat domain-spesifik, seperti self-efficacy.
aspek kepercayaan diri L2 linguistik dan pengetahuan orang. Di latar belakang. semua
konstruksi diri dipandang sebagai kontribusi untuk berbagai tingkat untuk merasakan
dunia individu harga diri. Akhirnya, diagram menggambarkan bagaimana konsep diri
membentuk dasar dari mana seorang individu membangun identitas mereka dalam
kaitannya dengan konteks tertentu, nyata atau dibayangkan. Semua konstruksi
dipengaruhi oleh konteks sociocuitural, pendidikan dan berbagai pribadi. (Sarah Mercer,
2011)

35
Meskipun model ini menunjukkan bahwa seorang individu membawa mereka konsep diri
dengan mereka ke dalam setiap konteks dan interaksi, harus jelas bahwa itu dapat
berubah untuk berbagai tingkat sebagai hasilnya dan tidak boleh ia dipandang sebagai
konstruksi statis meskipun mungkin mempertahankan tingkat tertentu stabilitas.
Umumnya, baik peneliti dan pendidik manfaat dari definisi yang jelas dan pemahaman
konstruksi diri dan, dengan demikian, ada kebutuhan untuk penelitian untuk dia tepat dan
spesifik dalam penggunaan diri yang berhubungan dengan istilah. Meskipun ada banyak
titik persimpangan dan daerah kesamaan antara konstruksi yang berbeda, memang.
beberapa mungkin mempertanyakan sampai sejauh mana itu adalah possthk. untuk
membedakan mahal di antara mereka, sifat dinamis dari konsep diri tergantung pada
konteks (lihat, misalnya, I-Iarter 1998). sebagai akan sejalan dengan lebih soeio-
konstruktivis pendekatan untuk mempelajari konstruksi diri (Martin 2007). Tapi kita yet5
studi yang mengambil pendekatan yang lebih terletak untuk memeriksa variasi
kontekstual dan pengaruh tetap relatif jarang.
Kedua, pertanyaan mendasar telah diajukan tentang apakah konsep diri memang secara
hirarkis terstruktur sama sekali, atau apakah struktur hirarkis mungkin sebenarnya
mencerminkan prosedur statistik dari mana kaki telah muncul. Karena dominasi lapangan
dengan metode kuantitatif, sebagian besar menggunakan semua sama diri deskripsi
kuesioner, disarankan agar pendekatan, penelitian berbeda secara kualitatif berorientasi
dapat memberikan interpretasi alternatif dan wawasan untuk melengkapi temuan dari
studi yang ada. Secara khusus, mengingat kompleksitas yang melekat pada konsep diri
sebagai konstruksi mental, pendekatan penelitian kualitatif juga mungkin akan lebih
cocok untuk menangkap beberapa kompleksitas ini di situ seperti yang fenomenologis
dialami individu dan dengan demikian juga mengungkapkan variasi antar pelajar
mungkin.

 Konsep Diri dalam Domain Bahasa Asing


Dalam psikologi, sebagian besar penelitian melihat domain lisan telah berfokus pada
diri-konstruksi dalam kaitannya dengan LI (lihat, misalnya Marsh dan Yeung 1998;.
Pajures dan Valiante 1997; Pajares dkk 2000;. Schunk 20031, dan memiliki menjadi
hanya sejumlah studi yang telah meneliti konstruk berkaitan dengan domain FLL (Lau
et al, 1999; Marsh et di 2000a, 2001;. Ycung dan Wong 2004) dalam satu studi
tersebut, Yeung dan Wong (2004).

36
 Joana Umum Bahasa Self
Melanjutkan analisis dengan turun Marsh dan (1985) model hirarki Shavelson dalam
hal kekhususan meningkat, relevan berikutnya konsep diri seseorang akan mencapai
akan menjadi "verbal konsep diri akademis". Di Marsh et al, 's (1988) elaborasi
teoritis dari Marsh dan Shavelsen (1985) model, penulis menyarankan segi ini
terutama akan menggolongkan bahasa berbasis keterampilan, seperti bahasa ibu
(biasanya diwakili b bahasa Inggris) dan bahasa asing sebagai subyek% baik d seperti
sejarah dan geografi. Biasanya penekanan dalam riset ini domain akademik erbal telah
hampir secara eksklusif pada ibu (LI) kemampuan lidah, dengan sedikit penelitian
memeriksa setiap aspek yang terpisah lain dari domain ini. Dalam studi ini, saya telah
memilih untuk merujuk pada tingkat konsep diri sebagai "bahasa umum konsep diri"
karena dua alasan: pertama, untuk menekankan fokus dalam penelitian ini di domain
umum bahasa umum yang menyatukan keyakinan tentang baik asing bahasa dan
bahasa ibu konsep diri dan kedua, untuk mencerminkan tidak adanya dalam
pengaturan penelitian lainnya seharusnya bahasa berbasis mata pelajaran yang
disarankan oleh model, seperti sejarah dan geografi. Keberadaan domain bahasa
umum tersirat dalam data melalui cara Joana mengungkapkan keyakinan tentang
kemampuan bahasa pada umumnya dan dalam cara di mana ia membandingkan
dirinya Li ((krman; keterampilan dan asing nya bahasa keterampilan, terutama dalam
konteks tertentu: Umumnya. Joana tampaknya membuat hubungan yang jelas antara
kemampuan bahasa ibu dan bunga dalam bahasa Jerman dan keputusannya untuk
belajar bahasa asing. Memang, dia bahkan tidak merasa perlu untuk memperluas ini
atau menjelaskan hubungan yang dirasakan, karena tampaknya menjadi jelas baginya,
sebagai ekstrak data di bawah ini menunjukkan.
konsep diri tidak ada tetapi lebih karena itu mungkin tidak dipandang relevan
oleh peserta didik dalam konteks ini, atau itu mungkin tidak lagi relevan untuk tingkat
lanjutan dari peserta didik untuk siapa lebih domain-spesifik konsep diri mungkin
lebih dominan (ci. Harter 1999a, 2006; Jacobs ci tahun 2002:. Marsh dan Ayotte
2003). Penelitian lebih lanjut oleh karena itu diperlukan dengan berbagai tingkat
peserta didik untuk mengeksplorasi sejauh mana individu mungkin memiliki berbeda
Li dan L2 konsep diri dan apakah ada mungkin ia konteks tertentu di mana peserta
didik dapat memilih untuk merujuk kepada bahasa umum konsep diri. (Sarah Mercer,
2011)

37
DAFTAR PUSTAKA

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia, Jakarta: EGC

Wong, Donna L., Dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik, Jakarta: EGC

Hidayat, A.Aziz Alimun (2002). Kubutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC

Surya, Hendra. (2007). Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo

Yusuf, Munafir & Intan safitri. (2006). Bereaksi Menarik Diri. Solo: Tiga Serangkai

Baedyan.(2007). Kompotensi Kunci Dalam Berprestasi. Jakarta: Bee Media Indonesia

Wylie, Ruth C. (1979). The Self Concept, Volume 2. USA: Nebraska Press

Mercer, Sarah. (2011). New York: Springer

http://andaners.wordpress.com/2009/04/20/konsep-diri-self-concept.html

http://ainamq.multiply.com/journal/item/115-show_interstitial.html

38
http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/12/membentuk-konsep-diri.html

http://naifu.wordpress.com/2010/07/02/gangguan-jiwa.com

http:www.foxisofware.com

39

Anda mungkin juga menyukai