Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RESUME

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

OLEH:

NI PUTU MEERY TASIA SURYAWAN

173212702

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2017/2018


1. KONSEP DIRI
a. Pengertian Konsep Diri
Menurut Para Ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti, 1993) Konsep diri adalah hubungan antara
sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.
2. Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004) Konsep diri diartikan keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.
3. Menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1993) Konsep diri mencangkup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan,
kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.
4. Menurut William D Brooks (dalam Rahmat, 2003) Konsep diri sebagai “ those
physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived
from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan
perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan
fisik.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri,
antara lain:
1. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih
banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak,
konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa
remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya.
Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-
anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat
menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh
status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun social.
2. Inteligeni
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang
lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik
penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau
orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep
dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008)
3. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful,
2008).
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap
dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial
ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan
mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status
sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak
dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang
tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah.
Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi.
Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang
tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21).
5. HubunganKeluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga
akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk
mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
6. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda
mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat,
2005:101) menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi
karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan
menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya,
menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya.
Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan
penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin
jelek sampai yang paling baik.

7. Kelompok Rujukan (Reference Group)


Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat,
2005:105), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik,
responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa
tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap
kompetisi
c. Manfaat Konsep Diri

1. Rasa Percaya Diri Bila anda mengetahui potensi diri anda, maka anda akan lebih
percaya diri, dan inilah kunci utama keberhasilan seseorang.
2. Semangat dan Gairah Hidup Kalau anda mengetahui potensi diri anda, anda akan
hidup lebih bersemangat dan penuh gairah.
3. Keberanian Ketika rasa percaya diri itu tumbuh, anda akan berani merealisasikan apa
yang telah menjadi tujuan dan sasaran hidup anda. Anda akan berani mengambil
resiko.
4. Kebebasan Ketika anda telah menemukan potensi diri serta merasa percaya diri, anda
akan merasa hidup lebih bebas, bebas dari ketakutan dan keraguan.
5. Harga Diri (Self-Esteem) Bila anda menerima keberadaan diri anda, menerima
kelebihan maupun kekurangan diri anda, anda akan mencintai diri anda. Rasa cinta
pada diri sendiri inilah yang menjadi landasan untuk menjadi diri sendiri
2. SEKSUALITAS
a. Pengertian seksualitas
Seksualitas merupakan bagian dari kepribadian seseorang secara menyeluruh
Meskipun keterbukaan dan diskusi akan topik-topik seksual mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, tetapi masih banyak individu dewasa yang kekurangan pengetahuan
tentang seksualitas dan enggan untuk mengangkat pertanyaan terkait seksualitas.
Seksualitas lebih dari sekadar aktivitas fisik, melainkan perasaan kewanitaan dan
kelakian baik secara biologis,sosiologis,psikologis,spiritual dan dimensi budaya dari
setiap individu.Selain itu,nilai-nilai sikap ,perilaku, hubungan dengan orang lain,dan
kebutuhan untuk membangun kedekatan emosional dengan orang lain akan
mempengaruhi seksualitas .Menurut world Health Organization kesehatan seksual adalah
suatu keadaan kesejahteraan fisik,emosional,mental,dan sosial yang berhubungan dengan
seksualitas tidak hanya sekadar bebas dari penyakit,disfungsi,atau kelemahan. Individu
yang sehat secara seksual memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa hormat
terhadap seksualitas dan hubungan seksual. Mereka juga berpotensi untuk merasakan
kesenangan dan pengalaman seksual yang aman dan bebas dari paksaan,diskriminasi,dan
kekerasan.
Makna seksual dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya:
1. Aspek Biologis, aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi
dan fisiologi dari sistem reproduksi(seksual), kemampuan organ seks adanya
hormonal serta sistem saraf yang brfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan
seksual.
2. Aspek psikologis, aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin
sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta
memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya, aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan
yang berlaku dimasyarakat.

b. Perkembangan seksualitas
Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus bertumbuh dan
berkembang. Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan
peran seksual dalam hubungan.Perkembangan seksual diawali dari infantil dan masa
kanak-kanak awal,usia sekolah,pubertas/masa remaja, masa dewasa muda,masa
dewasa menengah,masa lansia.
1. Masa Pranatal Bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespons rangsangan, seperti adanya
ereksi penis pada laki – laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini
terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut sigmund
freud, thap perkembangan psikosekseksual pada masa ini adalah
a) Tahap oral
Terjadi pada tahun 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan dan kenikmatan dapat
dicapai dengan cara menghisap, menggigit mengunyah, atau bersuara. Anak
memilii ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada masa ini adalah
masalah menyapih dan makan.
b) Tahap anal
Terjadi pada tahun 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat
pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan kelakuannya, sikap sangat
narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai
mempelajari struktur tubuhnya. Pada saat ini anak sudah dapat dilatih dalam
hal kebersihan.
2. Infantil dan Masa Kanak-kanak Awal
sejak lahir anak-anak dirawat secara berbeda sesuai dengan gendernya. Tiga
tahun pertama kehidupan.Tiga tahun pertama kehidupan merupakan masa
penting dalam perkembangan identitas gender. Seorang anak memihak pada
orang tua yang memiliki gender yang sama dan membangun sebuah hubungan
yang berisi puji-pujian dengan orang tua yang berlainan gender. Anak-anak
menyadari akan perbedaan antara jenis kelamin, mulai merasa bahwa mereka
adalah pria dan wanita, dan menginterprestasikan perilaku orang lain sebagai
perilaku yang sesuai untuk seorang pria dan wanita.
3. Usia Sekolah
selama usia sekolah, orang tua guru-guru, dan kelompok teman sebaya berperan
sebagai model peran dan mengajarkan tentang bagaimana pria dan wanita
bertindak dan berhubungan dengan setiap orang. Anak-anak usia sekolah
biasanya mempunyai pertanyaan tentang aspek fisik dan emosional yang
berkaitan dengan seksual. Mereka memerlukan informasi yang akurat dari rumah
dan sekolah tentang perubahan pada tubuh dan emosi mereka selama periode ini
dan apa yang diharapkan saat mereka berpindah ke tahap pubertas. Pengetahuan
tentang emosi yang normal danperubahan fisik yang berhubungan dengan
pubertas akan mengurangi kecemasan selama perubahan tersebut mulai terjadi.
Menstruasi atau mimpi basah terkadang sangat menakutkan bagi anak-anak yang
kurang informasi, dan beberapa mengagapnya sebagai tanda dari suatu penyakit
yang sangat menakutkan.
4. Pubertas/Masa Remaja
Perubahan emosional selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya
dengan perubahan fisik. Remaja bekerja dalam sebuah kelompok teman sebaya
yang sangat kuat, dengan kecemasan yang selalu ada. Remaja menghadapi
banyak keputusan dan memerlukan banyak informasi yang akurat mengenai
topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap
hubungan intim seksual,PMS, 1kontrasepsi dan kehamilan. Di Amerika Serikat,
dilaporkan bahwa kira-kira 47% dari siswa sma telah melakukan hubungan
melakukan intim seksual minimal satu kali. Salah satu alasan mengapa mereka
melakukan hubungan intim seksual membantu mereka mencapai tujuan
keintiman,status sosial, dan kesenangan. Banyak remaja yang melakukan
hubungan seks tidak melindungi diri mereka dari kehamilan atau PMS. Dinamika
risiko hubungan seks tidak sepenuhnya dimengerti tapi beberapa penelitian telah
mendapatkan hubungan antara pemakaian obat/alkohol,pelecehan seksual,dan
hubungan seksual yang tidak aman.Remaja cenderung berpikir bahwa mereka
tidak terkalahkan dan percaya bahwa kehamilan yang tidak diingankan PMS,dan
hasil negatif lainya dari perilaku seks tidak akan terjadi pada mereka.Orang tua
harus memahami pentingnya memberikan informasi faktual,membagi nilai-nilai
yang mereka punyai dan meningkatkan ketrampilan membuat keputusan yang
tegas. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual
primer mereka. Kebanyakan remaja akan mengalami minimal satu pengalaman
homoseksual dengan seseorang atau dalam sebuah kelompok.Remaja biasanya
merasa takut pengalaman tersebut akan menentukan seksualitasnya totalnya
sebagai homoseksual. Hal ini tidak benar. Banyak individu yang melanjutka
orientasi seksual mereka sebagai menakutkan dan mereka sebagai homoseksual
dengan jelas. Hal ini menakutkan dan membingungkan bagi seorang
remaja.Dukungan untuk identitas seksual remaja dari penasihat
sekolah,pendeta,keluarga,perawat, dan profesi kesehatan lainnya penting selama
periode ini.
5. Masa Dewasa Muda
Meskipun individu dewasa muda telah memiliki kematangan secara fisik ,mereka
harus terus menggali dan mematangkan hubungan secara emosional.Keintiman
dan seksualitas merupakan bagi semua individu dewasa muda ,apakah mereka
melakukan hubungan seks tetap memilih hidup sendiri,menjadi homoseksual,atau
menjadi janda.Individu sehat secara seksual dalam berbagai cara.Aktivitas
seksual sering didefinisikan sebagai dasa kebutuhan,dan keinginan sepanjang
kehidupan. Sebagai individu yang aktif secara seksual yang membangun
hubungan intim, mereka mempelajari teknik stimulasi yang dapat memuaskan
diri sendiri dan pasangan seksual mereka. beberapa individu dewasa memerlukan
izin atau penegasan bahwa cara alternatif untuk mengungkapkan seks selain
hubungan penis dan vagina adalah normal.Individu lain membutuhkan edukasi
dan terapi yang signifikan untuk mencapai hubungan seksual yang memuaskan
danbermutu. Individu dewasa muda, terutama mereka dengan status sosial
ekonomi yang rendah, memiliki risiko tinggi mengalami PMS.
6. Masa Dewasa Menengah
Perubahan dalam penampilan fisik pada masa dewasa menengah terkadang
menimbulkan masalah dalam ketertarikan seksual. Selain itu perubahan fisik
aktual berhubungan dengan proses penuaan memengaruhi fungsi seksual.
Penurunan kadar estrogen pada wanita perimenopause menyebabkan kurangnya
lubrikasi dan elastisitas vagina. Kedua perubahan ini sering menyebabkan
dispareunia atau rasa nyeri selama berhubungan seks.Penurunan kadar estrogen
juga menyebabkan menurunnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual.
Pada pria,mereka cenderung mengalami perubahan seperti peningkatan periode
refrakter pasca ejakulasi dan penundaan ejakulasi.Untuk mengurangi masalah
dalam fungsi seksual, petunjuk antisipasi terhadap perubahan normal
ini,menggunakan cairan lubrikasi vagina dan menciptakan waktu untuk
bercumbu dan kelembutan dapat diterapkan.Beberapa individu dewasa juga
memerlukan penyesuaian diri terhadap dampak penyakit kronis,obat-obatan ,rasa
sakit,nyeri dan masalah kesehatan lainya yang terkait dengan seksualitas. Pada
usia dewasa beberapa individu harus menyesuaikan diri dengan perubahan sosial
dan emosi yang terjadi karena anak-anak yang keluar dari rumah. Kondisi ini
dapat memberikan waktu untuk memperbaharui keintiman antar-pasangan saat
pasangan menyadari bahwa mereka tidak saling peduli atau mempunyai perasaan
yang sudah biasa-biasa saja. Pada kasus lain,waktu dimana anak-anak
meninggalkan rumah biasanya menciptakan suatu perubahan dalam hubungan
intim.
7. Masa Lansia
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atropi
pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina,dan penurunan
intensitas orgasme pada wanita ,sedangkan pada pria akan mengalami penurunan
produksi sperma,berkurangnya intensitas orgasme terlambatnya pencapaian
ereksi dan pembesaran kelenjar prostat.

3. KONSEP KEHILANGAN KEMATIAN DAN BERDUKA


a. kehilangan
adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai
terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang. (Wilkinson, 2005).
b. Berduka
adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui proses berduka individu mampu
memutus ikatan dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan dengan benda/orang
baru.
c. Sumber gangguan dan kehilangan
dengan nilai individu, keyakinan atau moral dan konflik interpersonal yang mengancam
konsistensi individu, harga diri, rasa aman
Internal: Kematian orang yang disayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau
kehilangan tubuh tertentu
d. Faktor presipitasi
 Stres dari perasaan kehilangan: Stres nyata atau Imajinasi Kehilangan bersifat bio-
psiko-sosial
 Kehilangan kesehatan
 kehilangan harga diri
 kehilangan pekerjaan,
 kehilangan peran dalam keluarga
 kehilangan posisi di masyarakat.
e. konsep kesehatan spiritual
Spiritualitas, keyakinan dan agama merupakan hal yang terpisah, walau pun seringkali
diartikan sama. Pemahaman tentang perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting
bagi perawat untuk menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi
pendekatan yang digunakan perawat.
f. Kepercayaan
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Secara umum agama atau keyakinan spiritual
merupakan upaya seseorang untuk memahami tempat seseorang di dalam kehidupan,
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan
secara menyeluruh
g. Agama
merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur. Agama mempunyai
keyakinan sentral, ritual, dan praktik yang biasanya berhubungan dengan kematian,
perkawinan dan keselamatan/penyelamatan (salvation).
Agama mempunyai aturan-aturan tertentu yang diprakktikan dalam kehidupan sehari-hari
yang memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan
individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu

a. Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan


 Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia
dan saling keterikatan dengan kehidupan.
 Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri
serta transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan dan
berarti
 Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut
menghadapi kekuasaan Tuhan
 Gambaran cahaya/sinar.

h. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi
apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang
tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman
pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan
saudaranya.
i. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka
terhadap kebutuhan spiritual klien, terkadang menghindar. Alasan tersebut antara lain
karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek
spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien
bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.
j. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien
yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah
mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang
bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi
dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, namun ada yang
beraksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari keluarga atau teman.
Perasaan bersalah, rasa takut, depresi dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.

k. Perawat sebagai contoh peran (role mode)


Setiap Manusia mempunyai tiga kebutuhan spiritual yang sama yaitu kebutuhan akan arti
dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan, serta kebutuhan untuk
mendapatkan pengampunan
 Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan
keyakinan spiritual perawat.
 Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan pelayanan
kesehatan dan pilihan terapi/treatment.
 Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.
 Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu klien
yang sedang mengalami distress spiritual

l. Stres Adaptasi Manusia


Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, dan/atau genetika.
Perilaku adalah Aktivitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, DSB.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

a. Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga)


1.Perubahan alamiah (natural change)
2. Perubahan terencana (planned change)
3. Perubahan dari kesediaannya untuk berubah (readiness to change)

b. Tim ahli WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku


ada empat alasan pokok, yaitu :
 Pemikiran dan perasaan adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.
Orang penting sebagai referensi, Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka
apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah
yang dianggap kelompok referensi seperti : Guru, kepala suku ORTU dan
lain-lain
 Sumber-sumber daya Seperti fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga
kerja,ketrampilan, pelayanan dll. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat
 Budaya, norma, kebiasaan2, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan.
 Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

j. UU RI NO 18 Thn 2014
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial dan menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya
4. KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DASAR MANUSIA: STRESS DAN ADAPTASI
a. Stress
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifi mengharuskan seseorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan (SELYE: 1976) Respon ini dapat berupa
fisolodis dan psikologis. STRES  perasaan negatifr / mengancam kesejahteraan
emosional dan menganggu seseorang dalam menyerap realita enyelesaikan masalh dan
hubungan dengan seseorang yangdi sayangi
b. Stressor
Adalah stimuli yg mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukan suatu
perubahan yg tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut sejak fisiologis, psikologia, social,
lingkungn, perkembangan, spiritual san kebutuhan kultural.
Contohnya:
a. Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan,
binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan misalnya: tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll, yang
dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b. Stressor fisik dapat berupa: perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang
meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi; berupa jumlah anggota dalam
keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.
c. Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan
dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein,
polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan
kosmetika
d. Stressor sosial psikologi, yaitu labeling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan) konflik peran percaya diri yang
rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.
e. Stressor spiritual: yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.

c. Proses keperawatan managemen stress untuk perawat


Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada
tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung
jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka
dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup
akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan
dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan
pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.
4. Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh
5. Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh
akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.

d. Adaptasi
a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987),” Adaptasi adalah usaha atau perilaku yang
tujuannymengatasikesulitandanhambatan”.
b. “Adaptasi adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)” (W.A.Gerungan , 1996).

5. KONSEP KESEHATAN SPRITUAL

1. Konsep Kesehatan Spiritual


Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara. spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke
hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang (
Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu
(Farran et al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai
spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide
mereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib).
2. Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke dalam empat
tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :

a. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan


pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi
dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut, Pada masa ini,
anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar..
b. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di tandai dengan
adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub
membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya.
4. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan
proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif
sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya.
5. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang
dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih
mengerti akan kepercayaan dirinya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


1. Perkembangan Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini
kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga, Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ras/suku, Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehungga
proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
4. Agama yang dianut, Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang
dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan, Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan
keberadaan dirinya dengan Tuhan,dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya.

6. BUDAYA UMUM TENTANG KESEHATAN


1. Pengertian budaya
a. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau Bertani .Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai"kultur"dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat.
b. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
c. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
d. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat
2. Unsur – unsur budaya
a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
b. Sistem mata pencaharian hidup.
c. Sistem mata pencaharian hidup
d. Sistem kekerabatan dan organisasi social
3. Budaya kesehatan di Indonesia
a. Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah
pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki
budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan
kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya
memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak
b. Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan pranata yang
ada di masyarakat, seperti posyandu atau sekolah. Posyandu yang ada di komunitas
seharusnya diberdayakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih, sehat, dan
berbudaya pada anak
c. Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adatistiadat dibentuk untuk
mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai
kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang
bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat.
4. Peran perawat dalam budaya
a. Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh
keadaan social baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat
konstan
b. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan

7. BUDAYA TENTANG KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


a. PASIEN / CUSTOMER  Manajemen Rs Berusaha Seoptimal Mungkin
Memenuhi Segala Kebutuhan Pasien  Kepuasan Pasien
b. PERSAINGAN ANTAR RS / COMPETITION  Anggapan Bahwan Rs Lain
Memiliki Mutu Lebih Baik Dapat Memicu M’pertahankan Bahkan Meningkatkan
Kualitas & Slalu B’adaptasi Atas P’kembangan Zaman
c. P’HEMATAN BIAYA /COSTS  Tdk Slalu Dibebankan Pd Pasien, Hal Ini Dapat
Diatasi Dg Meningkatkan Produktifitas & Perbaikan Mutu Pelayanan
d. MENGATASI KEGAWATAN/CRISIS Rs Hrs Dpt M’antisipasi Kegawatan Dg
Prediksi Yg Tepat

1. Budaya melayani

• Sesuai Dengan Perkembangan Baru Dalam Paradigma Pelayanan, Budaya Kerja


Rumah Sakit Yang Positif Adalah Budaya Kerja Melayani. Caranya Adalah Dengan

Contoh Membiasakan Arah Orientasi Tindakan Dan Sikap Serta Perilaku Kepada
Kepentingan Orang Lain Yang dilayani, bukan kepentingan diri sendiri.

• Namun apabila orientasi tindakan kea rah kepentingan diri sendiri akan bertentangan
dengan budaya kerja melayani tersebut di atas,
Contoh tindakan yang negatif adalah karyawan rumah sakit yang suka membolos
atau terlambat datang. kemudian perawat yang kurang perhatian terhadap pasien
orang miskin, dan dokter menyuruh pasien membeli obat atau alat di apotik tertentu.

Apabila Tindakan Yang Positif Dari Setiap Individu Dapat Dilaksanakan Secara
Konsisten Dan Terus Menerus Akan Menghasilkan Tabiat Positif. Pada Akhirnya
Secara Kelompok Akan Menghasilkan Budaya Kerja Positif.

2. Budaya menjaga keselamatan pasien

7 Standar Sasaran Keselamatan Pasien

• Hak Pasien
• Mendidik Pasien Dan Keluarga
• Keselamatan Pasien Dalam Kesinambungan Pelayanan
• Penggunaan Metode- Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi
Dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
• Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
• Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
• Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien

3. Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan


pasien yaitu:

 Identifikasi pasien dengan benar


 Meningkatkan komunikasi yang efektif
 Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Pengurangan risiko pasien jatuh.

8. ANALISI ETIOLOGI PENYAKIT BERBASIS BUDAYA


Budayaadalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatansosial manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang

berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderang
menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan- perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain, yang terlihat dalam definisi budaya. Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri.
Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol
sosial juga dapat merupakansumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara
simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja merokok. Suatu
kajian hubungan antara psikiatri dan ant ropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh
Rudi Salan (1994) berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya
sebagai berikut: Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan
vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh. Menurut pasien
penyakitnya disebabkan karena "darah kotor" oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan
adalah dengan makan makanan yang bersih ,yaitu `mutih' (ditambah vitamin seperlunya agar
tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter
pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat
13. KONSEP TEORITIS KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DALAM PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN.

pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ; Leininger, 2002a).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk mencari esensi. Keperawatan
transkultural merupakan campuran dari antropologi dan keperawatan dalam teori dan praktik.
Antropologi mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial, fisik, mental, dan
perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan seni, maka keperawatan
transkultural memungkinkan untuk melihat profesi ini dengan perspektif yang berbeda.

Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)


1. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang, dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
3. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
4. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
6. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras, etnis,
gender, kelas sosial.
7. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat perawat
tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.
8. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang dinyatakan
oleh orang tersebut) dan private pain (pasien tidak mengatakan mengenai rasa nyerinya).
9. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger:
1985).
10. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama. Contohnya,
6
seorang perawat menganggap semua orang Itali bersifat public pain. Stereotyping dapat
disebabkan karena generalisasi hasil penelitian, bisa juga tidak ada hubungannya dengan
kenyataan, yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi.

14. PENGKAJIAN BUDAYA


Pengkajian dalam lintas budaya adalah sangat penting dalam memberikan perawatan yang holistic
meskipun ada anggapan hal yang sepele atau menghabiskan waktu. Bila tidak dilakukan akan
menyebabkan mispersepsi, misdiagnosis, intervensi yang sia-sia dan pengobatan yang tertunda
terhadap penyakit yang dialami klien.
Aplikasi Transcultural
Konsep Transcultural Nursing perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan. Fungsi memberikan asuhan keperawatan sesuai budaya dengan
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.
Aplikasi Trascultural Dalam Berbagai Masalah Kesehatan Pasien
Permasalahan yang ditemukan pada pasien terkait budaya:
- Permasalahan komunikasi.
- Permasalahan interaksi sosial.
- Permasalahan ketidakpatuhan pengobatan.
Intervensi dan Implementasi di sesuaikan dengan latar belakang budaya klien meliputi pedoman:
- Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan.
- Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan merubah
budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap:
- Keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan.
- Mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
- Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
DAFTAR PUSTAKA

Baron, R.A., D. Byrne. 1994. Social Psycology: Understanding Human Interaction. Edisi 7.
Boston: Allyn and Bacon

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Hamid, Achir Yani S. 1999. Buku Ajar Aspek Psikoseksual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya
Medika.

Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai