Anda di halaman 1dari 8

7.

Perkembangan Konsep Diri

A. Pengertian Konsep Diri:


Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup
keyakinan,pandangan,dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri adalah pendapat sesorang tentang diri atau pemahaman
seseorang tentang dirinya, baik menyangkut dirinya atau aslinya yang
bersifat materiil. Menurut Gage dan Berliner (1998), mengemukakan
konsep diri sebagai keseluruhan atau totalitas dan penerapan yang dimiliki
seseorang terhadap dirinya, sikap dan seluruh gambaran diri. Konsep diri
sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, kepercayaan, perspesi
nilai-nilai, dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Konsep diri
sebagai pendapat/perasaan seseorang tentang dirinya yang menyangkut
fisik dan fsikis, konsep diri yang menyangkut materi, konsep diri yang
menyangkut sosial, konsep diri yang menyangkut emosi, konsep diri yang
menyangkut moral, serta konsep diri yang menyangkut kognitif (Nylawati,
2013).

Konsep diri adalah semua persepsi, kepercayaan, perilaku dan nilai-nilai


yang digunakan diri seseorang untuk mendeskripsikan dirinya sendiri, dan
konsep diri seorang anak berubah seiring dengan cara pandang dirinya
pada suatu periode waktu. Sementara itu, Harvey dan Smith (1977)
mengungkapkan bahwa konsep diri adalah suatu cara pandang yang
kompleks dan dinamis dalam diri seseorang terhadap dirinya sendiri dan
konsep diri adalah sesuatu yang terukur. Konsep diri diukur dalam dua
area yaitu akademik dan non akademik. Gunawan (2005) menyebutkan
bahwa konsep diri akademik terkait dengan kemampuan verbal/bahasa dan
matematika. Sedangkan untuk non akademik, menurut Marsh (2005),
konsep diri diukur melalui delapan parameter yang mencakup: penampilan
fisik, kemampuan fisik, hubungan sesama jenis, hubungan lain jenis,
hubungan dengan orang tua, kestabilan emosi, kepercayaan dan kejujuran,
serta konsep diri secara umum (Nylawati, 2013).

Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir.


Konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dan dari uraian
yang diberikan orang lain tentang dirinya. Pengalaman sendiri dan
informasi dari lingkungan terintegrasi ke dalam konsep diri. Konsep diri
merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses
belajar yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya
dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang tinggi lebih banyak
memiliki pengalaman yang menyenangkan daripada individu dengan
konsep diri yang rendah.
Konsep diri dapat dipengaruhi oleh :
1. Penampilan diri.
2. Hubungan keluarga; sikap keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan konsep diri individu. Dukungan dan kritikan menjadi
masukan berharga dalam penilaian individu terhadap dirinya.
3. Kreativitas dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dapat
menambah rasa percaya diri.
4. Lingkungan.
5. Reaksi orang lain terhadap dirinya.
6. Usia.
Jenis kelamin; sumber konsep diri laki-laki dari keberhasilan pekerjaan,
sedangkan sumber konsep diri perempuan dari keberhasilan dalam
menunjukkan citra kewanitaannya (Nylawati, 2013).

B. Konsep diri pada anak


adalah suatu persepsi tentang diri dan kemampuan anak yang merupakan
suatu kenyataan bagaimana mereka memandang dan menilai diri mereka
sendiri yang berpengaruh pada sikap yang mereka tampilkan. Konsep diri
anak terbentuk melalui perasaan anak tentang dirinya sendiri sebagai hasil
dari interaksi dan pengalaman-pengalaman dengan lingkungan terdekat,
kualitas hubungan yang signifikan dengan orang tua dan keluarga terdekat,
atribut/media yang diberikan lingkungan terhadap dirinya.
Setiap anak sebagai individu di lingkungannya memiliki kebutuhan :
1. Anak merasa disayang dan dimiliki.
2. Anak merasa bagian yang penting dalam keluarga.
3. Anak merasa mampu dan bisa melakukan eksplorasi.
4. Anak merasa berguna.
Ciri-ciri konsep diri anak yaitu :
1. Senang/suka berpenampilan menarik dalam berpakaian.
2. Anak mulai tekun/giat melakukan aktivitas dimulai dari dirinya sendiri.
3. Suka meniru satu sama lain antar anak dengan orang dewasa.
4. Sudah dapat mengikuti dan mengerti instruksi/petunjuk sederhana
dengan teman sebaya.
5. Dapat menggambar sesuatu objek yang dikenal.
6. Menunjukkan kemampuan memahami perasaan orang lain.
7. Anak saling mengajukan pertanyaan dan meminta arti dan maksud dari
kata yang belum pernah ia kenal. Senang membuat sesuatu dengan
tangannya dalam bentuk permainan (Nylawati, 2013).

C. Dimensi Konsep Diri


Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri,
Calhom dan Acocella misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni:
1. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatu yang kita
pikirkan tentang diri kita sendiri sebagai pribadi , seperti saya pintar,
saya cantik, saya anak baika, dan seterusnya.
2. Dimensi Pengharapan
Dimensi pengharapamn yakni pengharapan bagi diri kita sendiri.
Pengharapan ini merupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan.
Cita-cita diri meliputi dambaan,aspirasi,harapan, keinginan bagi diri
kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan.
3. Dimensi Penilaian
Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri
sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi (Nylawati, 2013).

D. Faktor- faktor yang mempengaruhi Konsep diri


Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri
yang dimilikinya. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja turut
membentuk pola kepribadian melalui pengarhnya pada konsep diri seperti
perubahan fisik, dan psikologi pada masa remaja. Beberapa faktor yang
mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu
1. Usia Kematangan. Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan
seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2. Penampilan Diri. Penampilan diri yang berbeda membuat remaja
merasa rendah diri meskipun perbedaan yang menambah daya tarik
fisik.
3. Nama dan Julukan. Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman
sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi
nama julukan yang bernada cemoohan.
4. Hubungan Keluarga. Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang
erat dengan seseorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri
dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang
sama.
5. Teman-teman Sebaya. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
remaja dalam dua cara, yaitu konsep diri remaja merupatan cerminan
dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya, dan ia
berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian
yang diakui olek kelompok.
6. Kreativitas. Remaja yang semasa kanak-kanak di dorong agar kreatif
dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas yang memberi memberi pengaruh
yang baik pada konsep dirinya.
7. Cita-cita. Bila remaja mempunyai cita-cita yang realistik tentang
kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini akan
menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar
yang memberikan konsep diri yang lebih baik.

Burns (dalam Nuryoto, 1993 : 54) menyebutkan bahwa secara garis besar
ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu:

1. Citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik.


2. Bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi.
3. Umpan balik dari lingkungan.
4. Identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat.
5. Pola asuh orang tua.

Sedangkan Hurlock yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi perkembangan konsep diri di antaranya adalah :

1. Fisik.
2. Pakaiannama dan nama panggilan.
3. Intelegensi
4. Tingkat aspirasi.
5. Emosi.
6. Budaya.
7. Sekolah dan perguruan tinggi.
8. Status sosial ekonomi, dan keluarga.

Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993 : 58), perkembangan


seseorang selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan
kehidupan kelompok dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap
perkembangan yang dilaluinya. Menurut Phomi Otari (2013 : 24)
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri yaitu sebagai berikut (Nugroho,2010).
1) Usia. Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep
diri akan dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga akan semakin
mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan
menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya
dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2) Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk
laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi
perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang
diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep diri
anak. Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai
beberapa saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun
akan berperilaku seperti layaknya laki-laki, bahkan konsep dirinya juga
dibangun dalam kerangka konsep laki-laki.
3) Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang,
khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik
memegang peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran
fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya mengenai
tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan
mempengaruhi konsep diri secara tidak langsung. Dengan kata lain,
proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan
umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan
fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4) Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan
bahwa perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang
terbentuk antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini
berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan oleh
orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan
balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi
konsep diri indvidu. Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di
lingkungannya menunjukkan penerimaan maka individu merasa
diterima dan akan membantu perkembangan konsep diri ke arah positif.
Tetapi jika umpan balik yang diberikan oleh orang-orang
dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan merasa
terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep
diri yang negatif.
5) Figur-figur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang
pada intinya memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik
ataupun melalui perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-
figur tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa dalam
pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya
orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua,
angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola (Nugroho, 2010).

E. Karakteristik konsep diri Anak Usia sekolah dasar


Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan
kemampuan sosial, anak usia sekolah dasar juga mengalami perubahan
dalam pandangan terhadap dirinya sendiri.
Menurut Santrock(1995) perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-
tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 karakteristik
konsep diri, yaitu:
1. karakteristik internal
Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983), menemukan bahwa anak-
anak kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik
psikologis dalam pendefenisian diri mereka dan kurang cenderung
menyebutkan karaktersitik fisik.
2. karakteristik aspek-aspek sosial
Anak-anak usia sekolah dasar seringkali menjadikan kelompok-
kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka.
3. karakteristik perbandingan sosial
6) Anak-anak cenderung membedakan diri mereka dan oranglain secara
komparatif daripada secara absolut. Misalnya anak usia sekolah dasar
tidak lagi berfikir tentang apa yang aku lakukan atau yang tidak aku
lakukan, tetapi cenderung berfikir tentang apa yang dapat aku lakukan
dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh orang lain
(Nugroho, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Nilawaty, C. 2013. Empat Tahap Penghargaan Diri pada Anak.


http://www.tempo.co/read/news/2013/04/17/174474028/Empat-Tahap-
Penghargaan-Diri-pada-Anak. Diakses pada 3 Desember 2014.
Nugroho, A.S. 2010. Konsep Diri, Perkembangan, dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.
https://ajisnugroho.wordpress.com/2010/01/17/konsep-diri-
perkembangan-dan-faktor-%E2%80%93-faktor-yang-mempengaruhinya/.
Diakses pada 3 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai