Anda di halaman 1dari 17

‘’ PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL’’

Disampaikan oleh: Desi Maulia, S.Psi, M.Psi Psikolog


Saat anak mengembangkan kecakapan kognitifnya,
ia mengembangkan sikap terhadap dirinya, sikapnya
`
terhadap orang lain, cara berinteraksi dengan orang
lain, dan sikapnya terhadap dunia.
PERKEMBANGAN PRIBADI
Eggen dan Kauchak (2004) mendefinisikan perkembangan pribadi
sebagai pertumbuhan sifat – sifat kepribadian yang sifatnya menetap,
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan fisik dan sosial.
Kepribadian merupakan gabungan dari pengaruh hereditas dan
lingkungan seperti orang tua dan ekspektasi budaya.
`
FAKTOR PERKEMBANGAN PRIBADI :

1. Faktor Heredinitas
2. Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan
Orangtua dan orang dewasa lain seperti guru, sangat mempengaruhi perkembangan personal
anak. Menurut Ormrod (2009) menjelaskan bahwa ada terdapat tiga aspek hubungan orang tua
anak yang paling berpengaruh. Ketiga hal tersebut meliputi kelekatan, pola asuh dan pemberian
perlakuan yang tidak tepat pada anak.
1.Kelekatan
Kelekatan merupakan tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang
untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang
tersebut. Kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara dua orang.

2. Pola Asuh (Otoriter, Otoritatif, Permisif, Acuh Tak Acuh)

3. Pemberian Perlakukan yang tidak tepat pada anak


Orangtua tidak memperhatikan kebutuhan anak baik dari segi gizi, pakaian layak maupun kebutuhan dasar
yang lain. Barangkali orang tua juga melakukan kekerasan pada anak baik secara fisik, emosi maupun seksual.
Anak dibesarkan tanpa kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup
PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Konsep diri merupakan salah satu kajian psikologi yang telah dipelajari semenjak William James memperkenalkan
pemahamannya mengenai diri di tahun 1910. Memang tepat, diri merupakan hal penting yang harus dipelajari
mengingat individu akan berusaha mengenal dirinya di setiap tahap perkembangan yang dijalaninya. Individu akan
mencoba mengenali dirinya yang sedang di hadapkan pada tugas – tugas perkembangannya, harapan pribadinya
maupun harapan lingkungan.

`
Konsep diri dapat terbagi atas beberapa kategori. Fits (dalam Agustiani, 2006) menjabarkan konsep diri dalam lima
kategori, yaitu :
1. Diri Fisik, pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya.
2. Diri keluarga, pandangan dirinya dan penilaian seseorang mengenai anggota keluarga serta harga dirinya
sebagai anggota keluarga.
3. Diri pribadi, bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya dan menilai dirinya sendiri.
4. Diri sosial, bagaimana nilai seseorang dalam melakukan interaksi sosial.
5. Diri moral etik, bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai
yang dianggap naik dan buruk
Pembentukan Konsep Diri

PENGETAHUAN PENGHARAPAN PENILAIAN DIRI

Secara spesifik, Burns menjelaskan bahwa hal yang sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri
terdiri dari citra tubuh atau persepsi individu terhadap tubuhnya sendiri, bahasa yang dipergunakannya
dalam berkomunikasi dan mengungkapkan diri, pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak, proses
identifikasi individu pada orang atau lingkungan sekitarnya dan umpan balik dari lingkungan terhadap
individu.
Peran Konsep Diri Terhadap Perilaku Belajar
Surna & Pendeirot (2014) menjabarkan bagaimana konsep diri berperan dalam perilaku belajar siswa. Adapun
peran konsep diri dalam belajar yaitu:

A. Konsep diri akan berperan dalam mempertahankan keselarasan batin


B. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam
menafsirkan pengalamnya
C. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan
` merupakan inti dari konsep diri.

Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan konsep diri akademik antara lain: a) menciptakan
kondisi pembelajaran yang menumbuhkan semangat, b) menempatkan siswa sebagai sosok yang setara dan
dihargai, c) mempercayai bahwa siswa memiliki potensi di ranahnya masing – masing, d) menciptakan interaksi
manusiawi dan edukatif dalam proses pembelajaran maupun kegiatan, e) menciptakan kondisi pembelajaran
yang sesuai kebutuhan dan potensi siswa, f) memberikan kesempatan untuk berhasil, g) membangun
kepercayaan diri serta menghargai dan mengoptimalkan potensi, h) mengembangkan persepsi positif terhadap
diri sendiri, dan i) memiliki target yang dapat diraih siswa dengan strategi yang baik.
PERKEMBANGAN EMOSI

Latipah (2012) menuliskan bahwa emosi sering diistilahkan juga sebagai perasaan. Oleh karena itu, emosi
biasanya diartikan sebagai keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu. Meski demikian, emosi
sifatnya lebih mendalam dibandingkan perasaan. Atkinson mengungkapkan bahwa emosi merupakan
perasaan yang paling mendasar yang dialami seseorang.

`
JENIS EMOSI
1. Gembira/Senang
2. Sedih
3. Marah
4. Takut
Perkembangan Emosi
REAKSI TUBUH TERHADAP EMOSI
1. Anger
2. Fear
3. Happines
4. Love `
5. Surprise
6. Disgust
7. Sadness
FUNGSI EMOSI
1. Emosi adalah sebagai Pembangkit Energi
2. Emosi adalah Pembawa Informasi
3. Membawa Pesan dalam Komunikasi Interpersonal
4. Sumber Informasi tentang Keberhasilan
Tahap Perkembangan Emosi
Pada usia 3 (tiga) tahun anak telah semakin terampil mengatur emosinya.
Pada usia 4-6 tahun anak-anak juga telah mulai mampu mengenali orang lain. Lalu pada usia 7 - 12
tahun anak telah mampu melakukan regulasi diri yang lebih variatif.
Remaja Usia 12-18 tahun sejalan dengan perkembangan kognitifnya telah mampu menerjemahkan
situasi sosial yang tepat untuk mengekspresikan emosi.

Pada usia remaja semua emosi primer dan sekunder telah muncul dengan pengaturan yang berbeda-
beda. Remaja yang memiliki identitas diri yang baik akan menampilkan emosi-emosi primer dan
sekunder sesuai dengan situasi sosial yang dihadapinya.
PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, kesadaran untuk
melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap
perbuatan baik. Moral mengacu pada konsep tentang yang dikatakan baik atau
burukyang disepakati dan menjadi komitmen yang sifatnya individual dan dalam
konteks kehidupan sosial kemasyarakatan
`
Kohlberg (Ormrod, 2009) mengemukakan tiga tingkat
perkembangan moral:
1. Tingkat 1: Prakonvensional
2. Tingkat 2: Konvensional.
3. Tingkat 3: Pasca Konvensional.
Tren Perkembangan Moralitas dan Perilaku Prososial

`
`

Gambar 5.1
Perkembangan Moral pada Tingkat Kelas
(Ormrod, 2009)
PERKEMBANGAN SOSIAL
Susanto (2000) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Individu mengalami proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral,
dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama. Sikap anak-
anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan oranglain
sebagian besar akan tergantung pada pengalaman belajar selama tahun-tahun awal kehidupan yang
merupakan masa pembentukan.
`
1. PROSES PEKEMBANGAN SOSIAL
Hurlock (2000) menyatakan bahwa proses perkembangan sosial individu diawali
dengan individu belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima
masyarakat. Selanjutnya, pada proses kedua, individu belajar memainkan peran
sosial yang ada di masyarakat. Bagaimana anak menjalankan peran sebagai anak,
remaja menjalankan peran sebagai anggota karang taruna, dan sebagainya.
Proses ketiga adalah individu mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap
individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
2. KECERDASAN SOIAL
Perkembangan sosial yang baik akan menjadi dasar kecerdasan sosial pada individu. Daniel Goleman (dalam
Azzet, 2010), menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang harus dikembangkan dalam
kecerdasan sosial). Empat keterampilan dasar itu adalah :

A. Mengorganisasi kelompok.
B. Merundingkan pemecahan masalah.
C. Menjalin Hubungan Agar anak-anak mempunyai sosial yang baik.
D. Menganalisis Sosial
`
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL
Ramli (2005) menjelaskan bahwa pada masa kanak – kanak, keberhasilan individu mencapai perkembangan
sosial dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

A. Kesempatan bersosialisasi.
B. Kemampuan Berkomunikasi
C. Motivasi untuk bersosialisasi.
D. Mendapatkan role model dan bimbingan yang memadahi dalam bersosialisasi
4. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Teori psikososial Erikson menekankan tentang kemunculan self, pencarian identitas, hubungan individu
dengan orang lain, dan peran budaya di sepanjang kehidupan. Erikson melihat perkembangan sebagai
lintasan yang melalui sejumlah tahap, masing-masing dengan tujuan, concerns, pencapaian, dan bahaya
tertentu. Tahap-tahap itu bersifat interdependen (saling tergantung). Pencapaian pada tahap yang lebih
lanjut bergantung bagaimana konflik-konflik di tahun-tahun sebelumnya diselesaikan.

Erikson membagi tahap-tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego pada masing-masing tahap yaitu:
A. Kepercayaan Dasar vs. Kecurigaan Dasar (Trust ` vs Mistrust) : Usia Sejak Lahir – 1 tahun.
B. Otonomi vs. Perasaan Malu dan Ragu – Ragu (Autonomy vs Doubt) : Usia 1 – 3 Tahun.
C. Inisiatif vs. Kesalahan (initiative vs guilt) : Usia 3 – 6 tahun.
D. Rajin vs. Inferioritas (Industry vs Inferiority) : Usia 6 – 12 tahun.
E. Identitas vs. Kekacauan Identitas (Identity vs Role Confession) : Usia 12 – 18 tahun.
F. Keintiman vs. Isolasi (Intimacy vs Isolation) : Usia Dewasa Awal.
G. Generativitas vs. Stagnasi (Generativity vs Stagnation) : Usia Dewasa Madya.
H. Integritas vs. Keputusasaan (Integrity Vs Despair) : Usia Dewasa Lanjut.
SEKIAN,
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai