Anda di halaman 1dari 4

MODUL 2 SOSIOLOGI

KELAS X MIPA

BAB II
INDIVIDU, KELOMPOK DAN HUBUNGAN SOSAL
Identitas individu, kelompok, dan hubungang social tidak dapat dipisahkan. Ketiganya saling terkait.
Identitas ndividu dan kelompok dipengaruhi oleh hubungan sisoal yang dijalin oleh setiap anggota, baik
dalam kelompok sendiri maupun dengan kelompok lain. Begitu pula sebaliknya hubungan social yangg
terjalin juga dipengaruhi oleh identitas indvdu dan kelompok. Bagaimana sosiologi menkaji
pembentukan dentitas ndividu, kelompok dan proses hubungan social ? berikut kita akan mengenali
dentitas individu dan kelompok pada diri sendiri serta meningkatkan kerja sama dengan
individu.kelompok lain.

A. Identitas Indivdu dan Kelompok

Setiap manusia memliki identitas sebagai individu dan anggota kelompok.

1. IDENTITAS INDVIDU
Kta diciptakan Tuhan sebaga makhluk indivdu dan mahkluk social. Artinya kita sebagai subjek
(pelaku) yang dapat berdiri sendiri dan kita membutuhkan orang lain agar dapat melangsungkan
kehidupan. Sebagai mahkluk individu kita memiliki identitas indvidu. Identitas ndvidu
membedakan antara individu satu dan individu lain berdasarkan keunikan masing-masing. Artinya
identitas ndividu dapat terlihat dari kepribadian setap individu yang berbeda dengan indvidu lain.
Menurut Turner dan Onorato, Identitas indvidu terbentuk dari interaksi social antara satu individu
dan individu lain (dynamic relationship ‘’hubungan dinamis’’) yaitu antara saya dan ‘’kamu’’. (Afif;
2015 : 14). Identitas individu hanya akan terbentuk jika ada pengakuan orang lan. Sebagai contoh
identitas anda sebagai pelajar yang rajin dan pandai bukan hanya karena anda dilahirkan sebagai
anak yang rajin dan pandai, tetapi lebih terbentuk karena orang lain yang memberikan pengakuan
kepada anda.
a. Faktor Pembentuk Identtas Individu
Pembentukan identitas seseorang dapat dipengaruhi oleh factor dar dalam dan luar individu
(setandi; 2011:170-175). Faktor dari dalam indvidu dipengaruhi oleh pembawaan secara alami.
Sementara itu, factor dari luar indvidu dipengaruhi oleh konds sosal dan alam. Faktor-faktor
tersebut memengaruhi setiap kepribdian individu sehingga membentuk identitas yang berbeda
diantara anggota kelompok/masyarakat. Adapun beberpa factor tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
1) Fakktor BIologis
Manusia memliki karakter berdasarkan gen yang diwarskan kedua orangtuanya. Karakter
tersebut terlihat pada ciri-ciri fisik manusia seperti tnggi badan, bentuk tubuh, dan warna
kult. Meskipun demikian, perwatakan atau sifat-sifat manusia dapat dibentuk atau
berkembang melalui proses sosialisasi dengan ndvidu lain atau kelompok
2) Factor kelompok
Kehidupan manusia dipengaruh oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dalam
kelompok tertentu, berarti individu mulai percaya pada lingkungan kelompok tersebut
untuk memberikan pengaruh positif atau negative dalam dirinya. Pengalaman kelompok
juga diperoleh dari interaksi dengan kelompok lain.

3) Factor geografis
Fakktor geografis atau alam dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Dan sumberdaya
alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri dari terhadap kondisi alam.
Penyesuaian diri terhadap pola perilaku hidup masyarakat dan kebudayaanya pun
dipengaruhi oleh alam. Ssebagai contoh, masyarakat yang hidup didaerah empat musim
(musim dingin, semi, panas, gugur, kemarau, hujan) cendrung memiliki etos kerja tingi,
terutama pada musim panas karena harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim
dingin.
4) Factor kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan nilai dan norma
social masyarakat. Selanjutnya, kebdayan berkembang menjadi cara/jalan hidup
masyarakat. Mata pencaharian, hasil kesenian, ilmu pengetahuan, dan bahasa
masyarakat. Oleh karena itu, budaya dapat berkembang menjadi identitas individu karena
dipelajari dan diterapkan melalui proses belajar dilingkungan social.

b. Teori identitas individu


Menurut James Fearon dalam Afthonul Afif (2015:15), identitas individu disusun oleh dua
aspek. Pertama, identias individu terdiri atas perangkat atas aspek atau atribut yang
melekat pada pada diri seseorang yang membedakan dirina dengan orang lain. Sebagai
contoh, atribut-atribut fisik, (warna kulit, bentuk rambut, tinggi badan), keyakinan, hasrat
dan tujuan personal, serta prinsip moral. kedua identitas individu merupakan aspek-aspek
atau atribut-atribut seseorang dalam arti dia senantiasa menyadarinya sebagai bagian dari
dirinya. Sebagai contoh, predikat sebagai pemain gitaris terkenal, dapat disebut sebagai
identitas individu karena prestasi tersebut memberikan rasa bangga dan memungkinkan
orag lain mengetahui serta mengakuinya. Adapun teori pembentukan diri menurut kedua
para ahli.
1) Teori Pembentukan Diri Menurut George Herbert Mead
Menurut George Herbert Mead dalam Richard T. Schaefer (2012;92-93), pembentukan
diri pada setiap orang dilakukan melalui sosialisasi. Adapun sosialisasi yang dilakukan
manusia hingga terbentuk ‘‘diri’’ sebagai berikut.
a) Tahap Persiapan ( Preparatory Stage)
Tahap persiapan dialami individu individu sejak lahir kedunia. Tahap persiapan
merupakan tahap pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini anak mulai
melakukan tindakan meniru dari proses sosialisasi secara berlahan.
b) Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini anak mulai meniru perilaku orang dewasa. Anak mulai mengenal
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Pada tahap ini anak sudah mampu
menyebutkan namanya, nama orang tuanya, keberadaanya, dan mengenali lingkungan
masyarakat sekitar. Anak mulai menyadari bahwa lingkungan menurut dirinya agar
memahami nilai dan norma seperti yang diajarkan orang tuanya.
c) Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan imitasi. Anak mulai berinteraksi dengan
teman sebaya untuk saling bersosialisasi. Pada tahap ini anak sudah mencapai proses
sosialisasi ekualitas (sosialisasi sederajat) meskipun dilakukan secara tidak sadar. Anak
juga sudah mampu membentuk peraturan-peraturan yang dibuat untuk mencapai
keteraturan system dalam interaksi dengan teman sebaya melalui permainan. Dengan
kemampuan tersebut, anak mulai memahami norma yang berlaku diluar lingkungan
keluaraganya.
d) Tahap enerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini anak sudah mencapai proses kedewasaan. Anak mampu memahami
peran yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat. Secara sadar individu memahami
penting arti suatu peraturan yang dibentuk oleh masyarakat. Individu juga mulai
menjalin hubungan social yang lebih kompleks dan intim dengan orang lain.
2) Teori Cermin Diri Menurut Charles Horton Cooley
Charles Horton Cooley menjelaskan bahwa setiap ondividu belajar menjadi diri sendiri
melalui interaksi dengan orang lain. Charles Horton Cooley menggunakan istilah teori
cermin diri (looking glass-self) untuk menekan bahwa diri (self) merupakan produk
interaksi social. Dengan demikian, pembentukan identitas diri/individu dipengaruhi oleh
persepsi yang dikemukakan orang lain. Pandangan orang lain yang melekat pada diri
seseorang akan memengaruhinya dalam bersikap dan berperilaku.
Menurut Charles Horton Cooley, proses perkembangan identitas diri terjadi melalui tiga
tahap berikut.
a. Sesorang membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya.
b. Seseorang membayangkan cara orang lain meniali penampilan dan kepribadian yang
ditampilkannya.
c. Seseorag melakukan penilaian dan mengambil keputusan atas perasaan serta
penialaian orang lain terhadapnya.
Berdasarkan teori pembentukan individu diatas, dapat disimpulkan bahwa identitas
individu terbentuk dari sosialisasi. Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi ialah proses-
proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, membentuk
kepribadian, dan membangun kelompok. Dengan demikian, terbentuk identitas
idividu dipengaruh oleh proses hubungan social. Melalui hubungan social itu pula
identitas seseorang mendapat pengakuan diri orang lain.

2. PEMBENTUKAN IDENTITAS KELOMPOK


Sesuai kodraatnya, individu sebagai makluk social memiliki kecendrunganmembentuk kelompok
social. Salah satu ikatan yang membentuk kelompok adalah identitas kolektif yang disepakati
menjadi penanda suatu kelompok. Identitas kolektif terbentuk karena adanya kesamaan
antaranggota kelompok seperti kesamaan pemikiran, kepentingan, tujuan, ciri fisik, dan
keturunan. Berdasarkan identitas kolektif, sebuah kelompok social dapat dokenali oleh
kelompok lain dan masyarakat luas. Individu yang mengakui adanya keasamaan dalam identitas
kelompoknya disebut in-group. Sementara individu-individu yang tidak yang tidak menjadi
bagian kelompok (kelompok lain) disebut out-group.
Berdasarkan pembahasan diatas, identitas kelompok terbentuk karena individu bergabun dalam
kelompok. Kelompok dapat menunjukan identitas social seseorang. Menurut Afthonul Afif
(2015), pembentukan identitas social dapat dijelaskan melalui tiga model pembentukan
identitas sebagai berikut.
1. Model Kategorisasi Diri
Teori Kategorisasi diri (self categorization theory) menjelaskan bahwa aspek-aspek
psikologis memengaruhi terbentuknya sebuah kelopok. Teori ini bersumsi bahwa setiap
individu mnjadi bagian kelompok sehngga cendrung menonjolkan keunggulan-keungguan
kelompoknya sendiri ketika berhadapan dengan kelompok lain. Teori kategorisasi diri juga
menjelaskan tentang kesadaran terhadap keanggotaan dalam kelompok yang dapat
digunakan untuk membedakan satu individu dengan individu lain dari kelompok berbeda.
2. Model Perbandingan Sosial.
Teori Perbandingan Sosial (social comparasion theory) memiliki asumsi utama bahwa setiap
individu cenderung akan membanding-bandingan dirinya dengan individu lain.
Perbandingan social bertujuan memaksimalkan perbedaan-perbedaan anatrkelompok dan
meminimalkan perbedaan-perbedaan dalam kelompok. Dengan demikian perbandingan
kelompok menadi cara untuk mengetahui siapa yang menjadi anggota kelompok sendiri (in-
group) dan siapa yang menjadi anggota kelompok lain (out-group). Dalam proses ini akan
berkembang penilaian-penilaian positif terhadap kelompok sendiri dan memaksimalkan
keunikan-keunikan yang dimilikinya.
3. Model Interaksional.
Model interaksional menjelaskan bahwa identitas social individu tidak hanya terbentuk oleh
internalisasi nilai-nilai yang berkembang dalam kelompok identitas sosial individu juga
ditentukan oleh kemampuan individu dalam membangun interaksi social dengan sesama
anggota keompok dan anggota kelompok lain. Dilihat dari metode yang digunakan, identitas
social terbentuk melalui komunikasi dan tindakan antarindividu dalam kelompok.
Berdasarkan penjelasan tentang pembentukan identitas individu dan kelompok diatas,
dapat disimpulkan bahwa identitas individu dan kelompok tidak dapat dipisahkan. Kondisi
tersebut terjadi karena identitas social diperoleh melalui internalisasi nilai-nilai yang
berkembang dalam kelomoknya. Dengan demikian, identitas social terbentuk karena pada
diri seseorang melekat identitas individu dan kelompok yang diperoleh melalui hubungan
social.

Anda mungkin juga menyukai