Anda di halaman 1dari 3

B.

Bentuk-bentuk Ketimpangan Sosial

Kualitas pendidikan di daerah pedalama sangat berbeda dengan daerah perkotaan. Ketimpangan
pendidikan dapat terjadi disetiap Negara atau daerah. Akan tetapi, tingkat ketimpangan setiap Negara
ata daerah berbeda-beda. Begitu pula dengan bentik-bentuk ketimpangan sosialnya. Beberapa bentuk
ketimpangan social diindonesia yang disebabkan oleh perubahan sosial ditengah globalisasi sebagai
berikut.

1. Ketimpangan antara golongan kaya dan miskin


Tuhan menciptakan manusia dengan kondisi berbeda-beda. Ada manusia yang terlahir dalam
keluarga kaya, adapula manusia yang terlahir dalam keluarga miskin. Akan tetapi nasib manusia
dapat berubah tergantung usaha masing-masing untuk mengubah nasib. Oleh karena itu Tuhan
membekali manusiandengan akal, pikiran, kecerdasan, semangat pantang menyerah, dan kerja
keras agar manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Seseorang dikelompokan kaya atau miskin biasanya berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
massyarakat. Timbul ketimpangan social antara golongan kaya dan miskin dapat disebabpak
oleh factor pertumbukan masyarakat menengah ke atas yang menanjak naik, adanya krisis
global, rendahnya tingkat pendidikan. Menurut Soerjono Soekanto, ukuran kekayaan dilihat dari
kepemikian harta, rumah, kendaraan, tanah, cara berpakaian, hingga kebiasaan pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari. Badan Pusat Statistik menentukan indiator kemiskinan sengan
melihat presentase jumlah minimal uang yang dibutuhkan dalampemenuhan kebutuhan pokok.
Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah papan, sandang pendidikan dan
kesehatan.
2. Ketimpangan Pemilik Modal dan Buruh
Pemilik modal dapat diartikn sebagai individu atau kelompok yang memliki modal untuk
melakukan suatu kegiatan yang terstrukutur. Adapun buruh yang merupakan individu yang
bekerja dalam suatu kegiatan yang dilakukan pemilik modal. Contoh pemilik modal adalah para
investor pemilik perusahaan. Pemilik modal biasanya membuat sebua badan usaha untuk
menjalankan kegiatan usaha misalnya perusahaan, pasar saham,took, hotel, pabrik, atau mal dll.
Tujuan utama pemilik modal adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal. Pemilik modal
tidak harus terjun dalam menjalankan sebuah perusahaan ataupun usaha yang dimlikinya.
Melalui karyawan/buruh para pemilik mdal menjalankan perusahaan. Sebagai timbal baliknya,
karyawan/buruh mendapat imbalan berupa upah. Bentuk ketimpangan antara buruh dan
pemilik modal berkaitan dengan jaminan upah yang diterima. Realitasnya buruh telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah. Upah Kerja Minimum Regional (UMR) setiap daerah
berbeda. Meskipun letak aderah berdekatanbelum tentu memiliki upah sama.
Jarak ketimpangan social semakin melebar ketika banyak pemilik modal tidak memberikan upah
sesuai standar upah yang telah ditetapkan pemerintah daerah. Semakin tinggi keuntungan
perusahaan dari naiknya permintaan pasar, semakin bertama pula kekayaan mereka.
Melimpahnya tenaga kerja yang tidak diimbangi banyaknya lapangan pekerjaan dan semakin
meningkatny kebutuhan hidup menyebabkan daya tawar tenaga kerja menjadi murah. Artinya
masyarakat tidak memiliki suatu keahlian yang dapat ditawar dengan upah tinggi.
3. Ketimpangan Pembangunan
Simak wawancara berikut
Musim kemarau yang melanda sebagian besar wilayah lombo Barat menyebabkan bencana
kekeringan, Ratusan kepala keluargayang tinggal di wilayah terpencil, yaitu Dusun Tibu Lilin,
Desa Labuan Tereng, Gerepekan dan Dusun Bunbeleng, Desa Sektong Timurpun mengalami
krisis air. Sumur milik warga sebagian besar mengering sehingga warga setempat hanya
mengandalkan mata air yang mulai mengalami penurunan debit air bersih. Warga terpaksa
antrtre berjam-jam untuk memperoleh air bersi. Bahkan, wara rela menginap di sumur hanya
untuk antre memperoleh air bersih kondisi kekeringan ini diperparah dengan keadaan smur bor
yang di bangun memalui bantuan badab Geologi Kementerian ESDM (Energi dan Sumberdaya
Mineral) belum bias dimanfaatkan warga karena belum dipasang intalasi pipa ke rumah-rumah
warga.
Dari wacana tersebutdapat diketahui bahwa masih terdapat daerah di Indonesia yang kesulitan
memperoleh air bersih dan pembangunan infrastruktur. Pemenuhan kebuptuhan berupa air
bersih dan prasarana termasuk bagian pembangunan dasar oleh pemerintah yang harus
dirasakan masyarakat, mengingat perkembangan global menuntut masyarakat agar terus
mengalami perkembangan. Ada daerah yang sudah memiliki sumber air bersih dan infrastruktur
yang baik, tetapi masih ada daerah sulit mengakses pelayanan tersebut menunjukan massih
terjadi ketimpangan pembangunan.
4. Ketimpangan kesempatan
Setiap anggota masyarakat yang keulitan mengakses layanan seharusnya memiliki kesempatan
yang sama dalam mendapatkan pelayanan social yaitu memperoleh pelayanan pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan factor vital sebuah Negara atau daerah
menjadi kuat, sejahtera dan bermartabat. Tahuka anda sebagian wilayah/daerah masi ada
golongan masyarakat yang belum atau bahkan sulit mengakses kedua sektor tersebut? Inilah
yang dimaksud dengan ketimpangan kesempatan, mereka yang tidak dapat mengakses
kesempatan tersebut terutema masyarakat miskin, pedalaman, atau yang tidak terjangkau oleh
pebangunan kedua sector tersebut.
a. Sektor Pendidikan
Masih banya anak-anak diindonesia tidak dapat meraskan bersekolah seperti anda. Padahal
setiap orang berhak mengakses atau mendapat pendidikan yang layak melalui lembaga
pendidikan.
Pendidikan sikenal sebagai social elevator (sarana social) yang selalu menjalankan fungsi
manifesnya yaitu memperiapkan individu mencari nafkah, mengembangkan bakat, dan
melestarikan budaya. Semakin tinggi seseorang mengenyam bangku pendidikan, semakin
besar kesempatan untuk melakukan mobilitas fertikal. Sebagai contoh kesempatan bekerja
diperusahan besar dimiliki seorang sarjana dibandingkan lulusan SMA ataupun dibawahnya
b. Seketor kesehatan
Setiap orang mememiliki hak yang sama dalam mengakses layanan kesehatan. Kesehatan
merupakan unsur utama dalam kehidupan karena sangat menunjang aktifitas manusia.
Begitu pula dengan pendidikan, kesehatan sangat menunjang kemajuan suatu
Negara/daerah. Realitas menunjukan bahwa masi terdapat warga masyarakat yang sulit
mendapatkan layanan kesehatan meskipun pemerintah telah memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat. Hal ini menunjukan ketimpangan social hal kesempatan
mendapat akses kesehatan. Adapun factor-faktor khusus yang menimbulkan ketimpangan
sector kesehatan sebagai berikut.
1. Biaia kesehatan mahal
Pepatah mengatakan ‘’Sehat itu mahal harganya’’ memang berlku di Indonesia.
Masyarakat sering terbebani biaya pengobatan bahkan biaya pengobatan menjadi
beban kedua bagi pasien selain penyakit. Kenaikan biaya rumah sakit disebabkan oleh
berbagai factor yang saling berkaitan seperti prifasi rumh sakit, mahalnya pembuatan
obat, dan biaya dokter.
2. Keterbatasan infrastruktur
Kondisi kesehatan seseorang sulit diprediksi. Oleh karena itu balai-balai pengobatan
diharapkan tersedia disekitan masyarakat ketika sewaku-waktu dibutuhkan. Meskipun
demikian, realitas balai pengobatan seerti Pustu, puskesmas, Klinik, dan rumah sakit
tidak tersebar merata. Jumlah klinik pengobatan terbatas terutama di daerah-daerah
terpencil salain itu keterbatasan alat medis menyebabkan fasilitas kesehatan tersebut
tidak dapat mengobati beberapa jenis penyakit.
3. Kurangya tenga medis
Tidak hanya obat dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, keberadaan tenaga medis
yang selalu siap untuk menangani keluhan pasien juga dibutuhkan. Tenaga medis tidak
hanya dokter, tetapi juga bidan/perawat, apoteker, ahli gizi. Banyak tenaga medis
terkonsentrasi di perkotaan. Sementara itu daerah pedesaan, perbatasan, dan daerah
pedalaman masih sangat kekurangan. Jika kondisi ni berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan ketimpangan social.

5. Ketimpangan budaya local dan budaya global


Ketimpangan ini merujuk pada ketidaksepadanan posisi budaya yang dianut atau dijalankan oleh
masyarakat. Munculnya ketimpangan budaya terutama dipengaruhi oleh globalisasi. Banyak
budaya luar negeri diperkealkan kepada masyarakat Indonesia sebagai budaya kreatif dunia
yang popular. Secara tidak langsung, budaya-budaya tersebut menginginkan agar masyarakat,
tertama generasi muda Indonesia trut mengonsumsi, menikuti, dan menyukai budaya baru.
Budaya-budaya baru yang diikuti masyarakat dunia inilah yang disebut pop cukture (budaya
populer).
Budaya popular merupakan gaya, ide, perspektif (sudut pandang), dan sikap yan berbeda
dengan budatya mayoritas masyarakat. Budaya ppuler cenderung bersifat menyenangkan dan
disukai banyakorang. Sebagai pengaruh globalisassi budaya menjadi popular karena keberadaan
media masa yang sering mem-blow-up (membersar-besarkan) sebuah budaya yang sedang
popular.
Masyarakat dapat mempelajari dan mengikuti budaya-budaya Negara lan tetapi masyarakat
harus bersikap selektif. Masyarakat hendaknya mampu mengembangkan budaya asli mereka
agar tidak menjadi ketimpangan budaya. Sekarang ini banyak generasi bangsa Indonesia
bersikap ‘’kebrat-baratan’’. Berbagai hasil kebudayaan dari barat lebih digemari, sedangkan
hasi-hasil kebudayaan bangsa sendiri di sisikan. Realitas terpinggirnya budaya local ini sanat
kentara. Pemikiran untuk menjadi modern dengan mengikuti budaya barat sebagai jalan keluaya
menjadi penanda utamanya. Budaya barat sebagai budaya popular dianggap sisi modernisasi.
Sebenarnya secara tidak langsung budaya local dapat berperan sebagai fiter perkembangan
budaya dalam masyarakat. Setiap budaya mengandung nilai dan norma yang disepakati
masyarakat. Budaya luar ang tidak sejalan dengan nilai dan budaya setempat dapat segerah
ditepis jika masyarakat memiliki kemampuan menyeleksi setiap budaya yang masuk.

Anda mungkin juga menyukai