Anda di halaman 1dari 5

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Identitas merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu dan
kelompok memiliki identitasnya sendiri yang mencerminkan siapa mereka, asal-usul
mereka, serta bagaimana mereka berinteraksi dalam masyarakat. Pengertian tentang
identitas tidak hanya berlaku pada individu, tetapi juga berlaku pada kelompok-
kelompok yang ada dalam masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar frasa seperti "Pancasila adalah jati
diri bangsa Indonesia," yang menunjukkan pentingnya pemahaman akan identitas
dalam konteks bangsa dan masyarakat. Namun, identitas tidak hanya terbentuk secara
alamiah, tetapi juga melalui interaksi sosial dan berbagai faktor lainnya.

Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang jenis-jenis identitas, bagaimana identitas
terbentuk, serta peran identitas dalam kehidupan individu dan kelompok. Dalam
pembahasan ini, kita akan melihat bahwa identitas dapat berasal dari berbagai aspek,
baik yang bersifat fisik maupun sosial, serta bagaimana identitas individu dan kelompok
dapat saling mempengaruhi dan membentuk gambaran yang kompleks tentang siapa
kita sebagai manusia dalam masyarakat.

Dengan memahami lebih dalam mengenai identitas individu dan kelompok, kita dapat
mengapresiasi keragaman dan kompleksitas dalam kehidupan manusia, serta
merangkul perbedaan-perbedaan tersebut sebagai bagian integral dari pembentukan
masyarakat yang beragam dan dinamis.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini, kita akan mencari jawaban atas beberapa pertanyaan yang
mendasar tentang identitas individu dan identitas kelompok. Pertanyaan-pertanyaan ini
akan membimbing kita untuk lebih memahami konsep dan karakteristik identitas serta
bagaimana identitas terbentuk. Berikut pertanyaan yang akan dijawab dalam makalah
ini:

1. Apa pengertian dari jati diri dan identitas dalam konteks individu dan kelompok?
2. Bagaimana identitas individu terbentuk secara alamiah dan melalui interaksi
sosial?
3. Bagaimana identitas kelompok dapat terbentuk melalui interaksi dan bagaimana
pengaruhnya pada individu yang menjadi anggota kelompok?
4. Bagaimana peran faktor genetik dan faktor psikis dalam membentuk identitas
individu?
5. Bagaimana hubungan antara identitas individu dan identitas kelompok dalam
masyarakat?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep identitas individu dan identitas kelompok. Melalui rumusan masalah yang telah
diuraikan, berikut tujuan yang ingin dicapai:

1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik jati diri dan identitas dalam konteks
individu dan kelompok.
2. Menganalisis bagaimana identitas individu terbentuk melalui faktor alamiah dan
interaksi sosial.
3. Menggambarkan proses pembentukan identitas kelompok melalui interaksi dan
pengaruhnya pada anggota kelompok.
4. Menganalisis peran faktor genetik dan faktor psikis dalam membentuk identitas
individu.
5. Menjelaskan hubungan kompleks antara identitas individu dan identitas
kelompok dalam kerangka masyarakat.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, diharapkan pembaca akan memiliki wawasan yang
lebih luas tentang bagaimana identitas membentuk siapa kita sebagai individu dan
bagaimana interaksi dalam kelompok juga turut membentuk identitas kita dalam
masyarakat.
Bab II
Pembahasan

A. Jenis dan Pembentukan Identitas

“Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia”. Kita tentu sering mendengar atau
membaca kalimat tersebut. Di sana kita menemukan dua kata yang menjadi frase yakni
jati dan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jati diri diartikan sebagai
keadaan atau ciri khusus seseorang. Padanan kata jati diri adalah identitas.

Jadi, identitas dan jati diri akan digunakan secara bergantian untuk merujuk pada
pengertian yang sama. Setidaknya, ada dua pendapat besar tentang bagaimana
identitas itu terbentuk. Pertama, ada yang beranggapan bahwa identitas itu given atau
terberi. Identitas, dalam pandangan kelompok ini, merupakan sesuatu yang menempel
secara alamiah pada seseorang atau sebuah grup.

Seseorang yang dilahirkan memiliki ciri fisik tertentu, seperti berkulit putih, bermata biru,
berambut keriting adalah contoh tentang bagaimana kita memahami identitas dalam diri
sebagai sesuatu yang alamiah. Kedua, identitas yang dipahami sebagai hasil dari
sebuah desain atau rekayasa. Bangunan identitas seperti ini bisa dilakukan dalam
persinggungan dengan aspek budaya, sosial, ekonomi, dan lainnya.

Berbeda halnya dengan identitas yang secara alamiah melekat pada diri manusia,
identitas atau jati diri dalam pengertian ini, terlahir sebagai hasil interaksi sosial
antarindividu atau antarkelompok. Jati diri sebuah bangsa adalah contoh bagaimana
identitas itu dirumuskan, bukan diberikan secara natural.

Identitas individu adakalanya bersifat alamiah tapi juga bisa melekat karena hasil
interaksi dengan individu dan kelompok lain. Begitu juga identitas kelompok. Ada
identitas yang berasal dari sebuah interaksi dengan kelompok di luar dirinya, serta jati
diri yang secara alamiah menjadi ciri dari kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya, mari
kita simak uraian mengenai empat tipe jati diri tersebut.

B. Identitas Individu yang Alami

Saat ada bayi yang baru saja lahir, pertama-tama yang kita kenali tentu saja ciri-ciri
fisiknya. Warna kulit, jenis rambut, golongan darah, mata, hidung dan sebagainya,
adalah sebagian dari ciri yang melekat pada bayi tersebut. Ciri fisik seperti ini bisa kita
sebut sebagai karakter atau identitas yang bersifat genetis. Ia melekat pada diri
manusia dan dibawa serta sejak lahir. Ciri fisik manusia, sudah pasti berbeda satu
dengan yang lainnya. Mereka yang lahir dari rahim yang sama sekalipun, akan tumbuh
dengan ciri fisik yang berbeda. Termasuk juga mereka yang terlahir kembar. Ada
identitas fisik yang secara alamiah, membedakan dirinya dengan saudara kembarnya
itu.

Di luar karakter fisik, identitas individu juga bisa berasal dari aspek yang bersifat psikis.
Misalnya, sabar, ramah, periang, dan seterusnya. Kita mengenali seseorang karena
sifatnya yang penyabar atau peramah. Sebetulnya, sifat ini juga bisa menjadi ciri dari
kelompok tertentu. Namun, pada saat yang sama, kita bisa mengenali seseorang
dengan karakter-karakter tersebut.

C. Identitas Individu yang Terbentuk Secara Sosial

Selain karakter yang terbentuk secara alamiah, kita bisa mengenali jati diri seseorang
atau individu karena hasil pergumulannya dengan mereka yang ada di luar dirinya. Dari
interaksi itu, lahirlah identitas individu yang terbentuk sebagai buah dari hubungan-
hubungan keseharian dengan identitas di luar dirinya. Identitas diri itu terbentuk bisa
karena pekerjaan, peran dalam masyarakat, jabatan di pemerintahan, dan sebagainya.

Salah satu contohnya adalah dalam hal pekerjaan. Kita mengenal berbagai macam
jenis pekerjaan. Guru dan peserta didik salah satu contohnya. Seseorang menjadi guru
karena ia menjalankan tugasnya untuk mengajar dan menyebarkan ilmu pengetahuan
kepada murid-muridnya. Ia sendiri tidak terlahir otomatis sebagai guru, tetapi
identitasnya itu didapatkan karena ada pekerjaan yang dijalankannya.

Peserta didik adalah murid-murid yang diajar, menerima pengetahuan serta belajar
bersama dengan guru. Identitas sebagai peserta didik tidak melekat sejak lahir, bukan
sesuatu yang alamiah atau genetik. Peserta didik adalah jati diri yang tercipta karena
seseorang datang ke sekolah dan mendatangkan diri untuk menjadi murid di sekolah
tertentu.

D. Identitas Kelompok yang Alami

Selain melekat pada individu, ada juga identitas yang secara alamiah menjadi ciri dari
kelompok. Jadi dalam suatu kelompok, ada individu-individu yang menjadi anggotanya
dan memiliki ciri yang sama. Istilah ras atau race dalam bahasa Inggris, itulah salah
satu contoh bagaimana yang alamiah melekat kepada sebuah kelompok.

Ras digunakan untuk mengelompokkan manusia atas dasar lokasi-lokasi geografis,


warna kulit serta bawaan fisiologisnya seperti warna kulit, rambut, dan tulang. Ada
banyak yang berpendapat tentang penggolongan ras ini. Salah satunya adalah
penggolongan ras dalam lima kelompok besar yaitu “ras Kaukasoid”, “ras Mongoloid”,
“ras Etiopia” (yang kemudian dinamakan “ras Negroid”), “ras Indian”, dan “ras Melayu.”
(Blumenbach dalam Schaefer, 2008).

E. Identitas Kelompok yang Terbentuk secara Sosial

Selain terbentuk secara alamiah, jati diri sebuah kelompok juga bisa terbangun karena
ciptaan. Seperti halnya identitas individu yang terbentuk karena interaksi mereka secara
sosial, begitu pula halnya identitas kelompok. Mereka yang suka sepakbola, pasti
mengenal banyak nama klub atau kesebelasan, baik di dalam maupun luar negeri.

Contoh lain adalah organisasi peserta didik di sekolah. Identitas sebagai organisasi
peserta didik merupakan jati diri yang terbentuk atau dibentuk. Lebih tepatnya
difasilitasi oleh pihak sekolah. Bangsa dan negara adalah sebuah kelompok sosial.
Setiap bangsa memiliki identitasnya masing-masing. Begitupun juga negara.

Dasar, simbol, bahasa, lagu kebangsaan, serta warna bendera menjadi salah satu
penanda sebuah negara. Sebagai kelompok, negara juga terbentuk secara sosial.
Negara Indonesia dibentuk atas dasar perjuangan rakyatnya, baik yang dilakukan
melalui berbagai medan pertempuran maupun upaya diplomasi di meja perundingan.
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dalam Bab II ini, dapat disimpulkan bahwa identitas individu dan
identitas kelompok merupakan konsep yang kompleks dan saling terkait. Identitas
individu dapat terbentuk melalui faktor alamiah seperti ciri fisik dan psikis, serta melalui
interaksi sosial dengan lingkungan dan kelompok di sekitarnya. Identitas kelompok, di
sisi lain, dapat berasal dari karakteristik yang melekat pada kelompok itu sendiri atau
terbentuk melalui interaksi sosial antaranggota kelompok.

Terdapat dua pandangan utama mengenai pembentukan identitas, yaitu pandangan


yang melihat identitas sebagai sesuatu yang alamiah atau terberi, dan pandangan yang
melihat identitas sebagai hasil dari desain atau rekayasa sosial. Identitas individu juga
dapat diperoleh melalui peran dan pekerjaan yang dijalankan dalam masyarakat.
Identitas kelompok dapat berdasarkan karakteristik alamiah seperti ras atau dapat
terbentuk melalui faktor sosial dan budaya.

B. Saran

Dalam mengidentifikasi identitas individu dan identitas kelompok, perlu adanya


pemahaman yang lebih mendalam terkait pengaruh faktor alamiah dan interaksi sosial
dalam pembentukan identitas. Oleh karena itu, disarankan untuk:

1. Memperluas pengetahuan mengenai konsep identitas melalui pembelajaran lebih


lanjut tentang faktor-faktor yang membentuk identitas individu dan kelompok.
2. Mengakui dan menghargai perbedaan individu dan kelompok dalam masyarakat,
tanpa diskriminasi berdasarkan ciri fisik atau karakteristik kelompok tertentu.
3. Mendorong interaksi positif antara individu dan kelompok untuk memperkaya
pemahaman akan identitas dan mengurangi prasangka serta stereotip.
4. Memahami bahwa identitas tidaklah statis, tetapi dapat berkembang seiring
waktu dan pengalaman hidup, sehingga penting untuk terus membuka diri
terhadap perubahan dan perkembangan identitas.
5. Mengedepankan pendekatan inklusif dan menghormati hak asasi individu dan
kelompok dalam memilih serta mengekspresikan identitas mereka.

Dengan menerapkan saran-saran di atas, diharapkan masyarakat dapat lebih


memahami dan menghargai kompleksitas identitas individu dan kelompok, serta
mampu menjalin hubungan yang harmonis dalam keberagaman identitas yang ada.

Anda mungkin juga menyukai