Anda di halaman 1dari 7

Mata Pelajaran : SOSIOLOGI

Kls/Progr./Smt : X 1 - 5/1
Pertemuan : 6 (Selasa, 5 September 2022)
Tapel : 2022/2023
Waktu : 2 Jp

A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar :
3.2 Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan sosial antar
individu, antara individu dan kelompok serta antar kelompok
4.2 Melakukan kajian, diskusi, dan menyimpulkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk
memahami hubungan sosial antar individu, antara individu dan kelompok serta antar
kelompok

C. Indikator :
1. Mendiskripsikan pengertian identitas sosial
2. Mendiskripsikan tentang kategori social
3. Mendiskripsikan tentang teori identitas social
4. Mendiskripsikan komponen dasar dalam menentukan identitas
5. Mendiskripsikan tentang identifikasi
6. Mendiskripsikan pembentukan identitas social

D. Tujuan Pembelajaran :
Dengan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan materi
tindakan sosial, diharapkan siswa mampu :
1. Mendiskripsikan pengertian identitas sosial
2. Mendiskripsikan tentang kategori social
3. Mendiskripsikan tentang teori identitas social
4. Mendiskripsikan komponen dasar dalam menentukan identitas
5. Mendiskripsikan tentang identifikasi
6. Mendiskripsikan pembentukan identitas social

E. Uraian materi :
Pembentukan Identitas Sosial :
1. Individu dan identitas social
2. Kategorisasi social
3. Teori identitas social
4. Komponen dasar dalam menentukan identitas
5. Identifikasi
6. Pembentukan identitas kelompok

1. Individu & Identitas Sosial


Manusia adalah mahkluk yang bertanya akan dirinya. Mahkluk yang harus mencari identitas
dirinya. Mahkluk dengan kesadaran di manakah seharusnya dia berada. Keadaan tersebut tidak
terjadi pada mahkluk-mahkluk lainnya, hewan, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya. Aristoteles
menyebut manusia sebagai hewan yang berpikir. Descrates menyatakan ketika manusia berpikir,
pada saat itu manusia menyadari akan keberadaannya. I think, there for I am. Karena manusia adalah
hewan yang berpikir, maka yang menyadari keberadaan sesuatu yang lain dan yang menyadari
sesuatu yang lain itu ada adalah manusia itu sendiri.
Berpikir adalah proses akan lahirnya kesadaran. Kesadaran berarti sadar akan sesuatu
maksudnya adalah ada diri selain diri kita yang berada di luar sana atau di luar diri, adanya subjek
dan objek, kesadaran menimbulkan juga pemilahan, keraguan, dan pencarian makna.
Berbeda dengan yang lainnya (the other), kesadaran menyebabkan manusia selalu ingin
bertanya. Dia selalu tidak puas akan dirinya selalu mencari dan berubah tidak pernah menetap.
Bahkan dia pun mempertanyakan ke-akuannya. Aku ini siapa ? dia itu siapa ? berbedakah aku
dengannya ? kenapa aku ini ada ?
Ketika manusia bertanya akan dirinya, disitulah sebenarnya manusia telah berupaya
membedakan dirinya dengan yang lain, atau kita dengan mereka. Dalam perbedaan tersebut timbul
pula identitas aku, mereka, dan yang lain. Misal saja jika aku bertanya aku siapa, pastilah aku juga
akan memposisikan aku dimana dan orang lain itu dimana. Misalnya nama ku Usro, Usro orang
mana? Usro orang Padang, dan dia siapa? Dia Rahayu, dan Rahayu orang Jawa. Rahayu seperti ini
dan aku seperti ini.
Identitas umumnya dimengerti sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan
pribadi, suatu kesatuan unik yang memelihara kesinambungan arti masa lampaunya sendiri bagi diri
sendiri dan orang lain; kesatuan dan kesinambungan yang mengintegrasikan semua gambaran diri,
baik yang diterima dari orang lain maupun yang diimajinasikan sendiri tentang apa dan siapa dirinya
serta apa yang dapat dibuatnya dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain.
Identitas diri seseorang juga dapat dipahami sebagai keseluruhan ciri-ciri fisik, disposisi yang
dianut dan diyakininya serta daya-daya kemampuan yang dimilikinya. Kesemuanya merupakan
kekhasan yang membedakan orang tersebut dari orang lain dan sekaligus merupakan integrasi tahap-
tahap perkembangan yang telah dilalui sebelumnya.
Menurut Fromm, Identitas diri dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial
seseorang dalam konteks komunitasnya. Selain mahkluk individual yang membangun identitas
dirinya berdasarkan konsep atau gambaran dan cita-cita diri ideal yang secara sadar dan bebas
dipilih, manusia sekaligus juga mahkluk sosial yang dalam membangun identitas dirinya tidak dapat
melepaskan diri dari norma yang mengikat semua warga masyarakat tempat ia hidup dan peran sosial
yang diembannya dalam masyarakat tersebut.
Manusia sebagai pribadi tidak dimaknai sebagai suatu kesatuan individu saja tanpa sekaligus
menghubungkannya dengan lingkungan sekitarnya. Bila membicarakan identitas tentu akan
membicarakan kelompok juga. Seperti yang disampaikan oleh Verkuytrn bahwa gagasan tentang
identitas adalah hubungan antara individu dengan lingkungannya. Dengan adanya identitas akan
lebih memudahkan manusia menggambar keberadaan sesuatu sehingga dapat memberikan
kemudahan manusia untuk bertindak.
Kepribadian individu, keahlian individu, ciri-ciri akan dirinya baru akan nampak
kepribadiannya ketika sudah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Individu memerlukan
hubungan dengan lingkungan yang menggiatkannya, merangsang perkembangannya, atau
memberikan sesuatu yang ia perlukan. Tanpa hubungan, individu bukanlah individu lagi (Gerungan,
2004).
Identitas terbentuk bila manusia tidak hidup sendiri tetapi hidup bersama dalam masyarakat
dan lingkungannya, karena manusia butuh pengenalan diri. Keberadaan Identitas membantu manusia
agar dapat saling mengenal dan membedakan sesama.
Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian dari Identitas Sosial:
1) Menurut Tajfel :
Social Identity  (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari
pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan
signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan
keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
2) Menurut Baron & Byrne : Identitas sosial adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya,
termasuk di dalamnya atribut pribadi dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain,
seperti gender dan ras.
3) Hogg dan Abram (1990) : Social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal
dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang
lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki
berbagai minat.
4) Menurut William James (dalam Walgito, 2002) : social identity lebih diartikan sebagai diri
pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang
tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan
juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya,
milikinya, uangnya dan lain–lain.
5) Fiske dan Taylor (1991) : social identity menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan
seseorang dalam kelompok tertentu.
2. Kategorisasi Sosial
Kategorisasi sosial terjadi ketika kita berpikir tentang seseorang, baik itu diri kita atau orang
lain sebagai anggota kelompok sosial yang berarti atau bermakna. Misalkan kita melihat saya sebagai
bagian kelompok A, dan dia sebagai kelompok B. saya berada dalam kelompok ini karena memang
sudah terlahir menjadi bagian kelompok yang saya anut sekarang atau bisa juga karena kelompok
tersebut memang mendekati akan kriteria kepribadian saya.
Penentuan kategori sosial dapat dilihat dari dari ciri-ciri fisik, asal dari instansi mana mereka
berasal, jenis kelamin, umur, dan lain-lain yang sekiranya bisa membentuk kelompok sosial. Dalam
hal kategori ini, kelompok bisa saja mempengaruhi karakteristik dari individu, namun individu juga
bisa mempengaruhi kelompok
Harus disadari juga bahwa dalam kategorisasi sosial, kategori diri juga ikut dipertimbangkan.
Ketika kita mengkategorikan seseorang itu belum menggambarkan secara keseluruhan keberadaan
seseorang tersebut, sehingga kategori sosial hanya melihat nilai umumnya saja dari suatu individu
sebagai dari keloompok yang dia anut.
Kategorisasi Diri terjadi ketika seseorang berpikir terhadap dirinya (daripada berpikir tentang
orang lain) sebagai anggota kelompok sosial. Kategorisasi diri melibatkan di dalamnya perbandingan
antara kelompok yang mereka miliki (in-group) dan kelompok yang tidak mereka rasa memilikinya
(out-group).
Tujuan dari kategori sosial merupakan bagian dasar dari persepsi manusia untuk
mempersepsikan yang lain. Dengan adanya kategorisasi, orang lebih bisa mempersiapkan hal yang
akan dia tampilkan. Misalkan ada undangan pernikahan dengan adat Jawa tentu saja pakaian yang
dikenakan untuk mengahadiri pesta pernikahan tersebut akan berbeda dengan pakaian ketika akan
pergi menghadiri pesta ulang tahun remaja 17 tahun.
Pengaruh dari kategorisasi sosial tidak melulu memberikan pengaruh yang positif saja, malah
mungkin cenderung negatif. Contohnya saja stereotip; keyakinan seseorang atau kelompok tentang
karakteristik dari kelompok sosial atau anggota dari kelompok tersebut. Lalu prasangka; sikap
negatif yang unjustifiable terhadap out-group, atau terhadap anggota dari kelompok tersebut.
Kemudian diskrimanasi; tingkah laku negatif yang unjusttifiable terhadap anggota di luar
kelompoknya berdasarkan pandangan dari kelompok mereka.
Proses kategorisasi sosial juga memberikan kepada kita informasi yang membuat kita
mengetahui kita ini sebagai bagian darimana sehingga kita pun dapat mengetahui dengan jelas. Saya
ini suku apa ? saya suku minang, karena bapak dan ibu saya orang minang. Disamping itu, proses
kategosisasi sosial memberikan kemudahan kognitif pada manusia. kehidupan ini banyak sekali yang
harus diolah oleh otak/pikiran. Dengan mengkategorisasi, tentu saja manusia akan lebih dimudahkan
untuk mengenal.

3. Teori Identitas Sosial


Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara
mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari
maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu secara sosial dapat
didefinisikan (Verkuyten, 2005).
Identitas itu ada yang terberi, ada juga yang berasal dari proses pencarian. Identitas yang
terberi cantohnya saja dalam hal identitas laki-laki dan perempuan. Identitas Andi sebagai laki-laki
adalah identitas yang sudah terberi sejak lahir, mau tidak mau dia harus menerima itu. Namun
demikian, dengan kemajuan teknologi yang ada, identitas yang terberipun bisa diganti dengan
identitas yang kita inginkan, misalnya saja yang tadinya Andi memiliki identitas laki-laki, namun dia
memutuskan untuk merubah alat kelaminnya menjadi perempuan, sehingga identitas andi sekarang
adalah perempuan. Penjelasan tersebut sekedar memberikan contoh saja kalau terkadang kitapun tak
berhak memilih identitas kita sendiri. Karena manusia sebagai individu tidak bisa melepas
keberadaannya dalam masyarakat maka status identitas kita pun bisa saja datang dari orang lain.
Selain beruasaha untuk mengenal identitas sendiri, manusia pun berusaha untuk memberikan
identitas pada orang lain. Terkadang malah seorang individu tidak memiliki keberhakan memilih
identitas yang dirasa lebih dekat dengannya. jika ada orang lain yang mengklaim dirinya berasal dari
kelompok kita, tetapi sifat yang ada padanya berbeda, maka orangitu kita tafsirkan bukan berasal dari
kelompok kita tetapi berasal dari kelompok lain yang sesuai dengan kategorinya.
Kategorisasi dan penetapan terhadap posisi seseorang sangatlah dibutuhkan, kalau tidak,
bagaimana dia bisa membedakan yang satu dengan yang lainnya. Ketika kategorisasi terbentuk,
perbedaan tentunya tidak dapat dihindari (Tajfel, 1972). Identitas sosial menjadi relevan ketika satu
dari kategori melibatkan juga satu diri yang ikut berpartisipasi terhadap dorongan pada diri lainyang
berasal dari kelompok yang sama (Abrams & Hoggs, 1990). Misalnya saja dorongan semangat untuk
atlit olahraga yang berasal dari daerah yang sama. Dorongan pemberian semangat tersebut terjadi
karena sang atlit membela kelompok yang mereka miliki bersama.
Normalnya, suatu identitas sosial biasanya lebih menghasilkan perasaan yang positif. Hal
tersebut terjadi karena kita menggambarkan kelompok sendiri diidentifikasikan memiliki norma yang
baik. Jika anda berada dalam universitas yang terbaik di Indonesia, serta menjadi bagian dari
kelompok tersebut merupakan bagian dari keinginan anda juga, dan ternyata hal itu membuat diri
anda nyaman karena anda memang senang menjadi bagian dari mereka
Identitas sosial yang melekat pada seseorang merupakan identitas posistif yang ingin
dipertahankan olehnya. Oleh karena itu, individu yang memiliki identitas sosial positif, maka baik
wacana maupun tindakannya akan sejalan dengan norma kelompoknya. Dan, jika memang individu
tersebut diidentifikasikan dalam suatu kelompok, maka wacana dan tindakannya harus sesuai dengan
wacana dan tindakan kelompoknya.
4. Komponen dasar dalam menentukan identitas :
Setidaknya ada tiga komponen dasar bagi manusia untuk memilah dan menetap dari suatu
identitas:
a. komponen struktur sosial. Dalam kehidupan sosial selalu ada klasifikasi sosial orang ke dalam
suatu kategori atau kelompok. Kategosrisasi sosial adalah dasar berpijak bagi seseorang dalam
proses identitas dan dalam hubungan antar kelompok. orang bisa saja diklasifikasikan ke dalam
kategori jenis kelamin, umur, etnik, ras, budaya, dll.
b. Komponen budaya, atau tingkah laku dan konsekuensi normatif yang diterima. Komponen
budaya adalah kategori seseorang dalam prakteknya yang sudah berlangsung terus menerus.
Komponen ini dibutuhkan untuk melihat bagaimana seseorang itu bertindak, apakah memang
tindakan yang dilakukan sesuai juga dengan norma kelompoknya dan tingkah laku ini dapat
mereferensikan seseorang dari kelompok mana dia berasal.
c. Definisi ontologis. Komponen ini mengungkapkan orang lewat nilai alamiah orang tersebut
dikategorisasikan yang berangkat dari pernyataan mendasar bahwa memang itulah dia, dan dia
tidak bisa menyangkal karena identitas ini karena telah menceritakan sesuatu tentang dirinya,
tentang seperti apa dirinya.
Ketiga komponen yang telah dijelaskan tersebut tidak terpisah dalam suatu hubungan.
5. Identifikasi
Dengan adanya identitas kita tahu siapa kita dan siapa orang lain yang ada di depan kita,
dimana posisi dia berasal, dan seperti apa dia seharusnya. Permasalahannya adalah bahwa suatu
identitas individu itu, yang melekat pada dirinya tidaklah satu identitas, melainkan banyak identitas.
Misalnya selain orang Indonesia, seseorang juga bisa sebagai muslim, atau seorang ayah. Hal ini
tergantung dari hubungan keterikatan orang tersebut terhadap suatu identitas. Seorang individu yang
memiliki keterikatan dengan istri, dengan anak, dengan pekerjaannya, dan dengan orang tuanya,
maka individu tersebut setidaknya memiliki 4 identitas yang dia sandang, sebagai suami, sebagai
ayah, sebagai pekerja, sebagai anak. Dalam keempat identitas tersebut, peran-peran yang dilakukan
tentulah tidak sama.
Identifikasi merupakan proses psikologi ketika identitas melibatkan diri ke dalam proses
kontruksi sosial (Verkuyten, 2005). Dalam pemisahan ini, maka pertanyaan tentang konsep
identifikasi mudah untuk dipahami. Identifikasi itu mencoba untuk memahami identitas pada diri
pribadi berada dalam identitas apa dia (Hall, 1996, dalam Verkuyten, 2005). Mengidentifikasikan
pada diri individu adalah awal darinya untuk mendapatkan identitas. Identifikasi tersebut tentunya
terjadi karena identitas di tengah-tengah kehidupan manusia ini hadir lebih dari satu. Kalau saja
identitas manusia itu hanya satu, tentulah tidak diperlukan bagi manusia untuk mengidentifikasikan
diri.
Mengidentifikasikan identitas mungkin akan sedikit mudah jika masyarakat yang ada
homogen sifatnya, bukan heterogen. Karakteristik masyrakat yang homogen biasanya hadir pada
masyarakat pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, pembagian peran yang diberikan terkesan begitu
jelas, seperti petani, atau kepala desa, buat mereka tidak ada pekerjaan lain selain bertani, atau
sebagai kepala desa. Pertanyaan seperti siapa aku pada masyarakat pedesaan cukuplah mudah untuk
dijawab. Hal tersebut terjadi karena pembagian identitas pada masyarakat pedesaan sangat jelas
sekali dan etnik yang adapun tidak bercampur aduk dengan etnik yang lainnya. Pencarian aku
sebagai identitas masih mudah karena pilihan-pilihan yang ada tidak begitu banyak dan lebih
menetap sifatnya.Disamping itu, landasan pemegang kebijaksanaan masih jelas patokannya yaitu
pada norma masyarakat. Peran dalam Masyarakat pedesaan juga biasanya kurang lebih tetap dan
bahkan seringkali dilanjutkan secara turun temurun. Dalam masyarakat pedesaan, identitas diri
seseorang hampir sama dengan identitas sosialnya.

6. Pembentukan Identitas Kelompok


Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, kelompok merupakan kumpulan orang yang
mamiliki kesadaran bersama akan anggotaan dan saling berinteraksi. Dalam pembentukan identitas
kelompok terdapat peroses pembentukan yang didasari oleh identitas sosial anggotanya. Menurut
Tjafel dan Turner, proses pembentukan identitas sosial anggota kelompok terjadi melalui tiga
tahapan yaitu :
1) Kategorisasi (Categorization)
Pada tahap kategorisasi, individu mengenali dan mengelompokan identitas-identitas berdasarkan
kategori sosial seperti etnik, ras, religi, pekerjaan, dan status sosial.
2) Identifikasi (Identification)
Pada tahap identifikasi, individu mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota suatu
kelompok. Dalam tahap identifikasi, individu memiliki dua posisi. Pertama, individu dibangun
berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok (social identity). Kedua, individu memandang
dirinya sebagai individu yang unik (personality identity).
3) Perbandingan sosial
Pada tahap perbandingan sosial, individu membuat perbandingan antara dirinya dengan anggota
lain dalam rangka mengevaluasi dirinya.

F. Evaluasi :
1. Jelaskan pengertian identitas social !
2. Jelaskan tentang kategori social !
3. Jelaskan tentang teori identitas social !
4. Jelaskan komponen dasar dalam menentukan identitas !
5. Jelaskan tentang identifikasi !
6. Jelaskan pembentukan identitas social !

Anda mungkin juga menyukai