KAJIAN TEORI
Dalam setiap kelompok atau individu memiliki sesuatu yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah usaha untuk dikenal oleh pihak lain, dan pengenalan
tersebut terjadi dengan berbagai cara atau usaha, sampai kemudian dikatakan
sebagai identitas kelompok atau identitas individu. Jadi, identitas adalah bagian
dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang
keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu
kelompok tertentu, suatu esensi yang dapat dimaknai melalui tanda-tanda selera,
lain.3 Makna identitas di atas sejalan dengan definisi kata “identitas” dan kata
“ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri, sedangkan sosial didefinisikan
1
Tajfel, H. and Turner, J.C. (1986) The Social Identity Theory of Intergroup Behavior.
Psychology of Intergroup Relations, 5, 7-24.
2
Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, diterjemahkan oleh Nurhadi
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2013), 174.
3
Richard jenkis, Social Identity, Third Edition, (United Kingdom: Routledge, 2008), 18
13
sebagai “yang berkenaan dengan masyarakat.”4 Dengan demikian, maka identitas
oleh relasi antara organisme, kesadaran individu dan struktur sosial. Dengan
demikian, identitas sosial sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal
anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat,
berikut:6
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta, 2008
5
Hogg, Michael A & Abrams, D (1990). Social Identification; A Psychology of
Intergroup Relation and Group Process.
6
Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, diterjemahkan oleh Nurhadi., 175-
176.
14
dibentuk secara berbeda pada konteks-konteks kultural yang
berbeda.
menjadi dua macam, yaitu identitas pribadi dan identitas ego. Identitas pribadi
yang telah lewat, kendati mengalami berbagai perubahan, seseorang iru akan tetap
tinggal sebagai pribadi yang sama. Identitas pribadi akan dapat disebut identitas
ego jika identitas tersebut disertai dengan kualitas eksistensial sebagai subjek
secara perlahan-lahan dan pada awalnya terjadi secara tidak sadar dalam diri
individu. Proses pembentukan identitas itu sebenarnya sudah dimulai pada periode
dapat kita bawa ke dalam proyek identitas tergantung kepada kekuatan situasional
tertentu. Akan menjadi persoalan apakah kita hitam atau putih, laki-laki atau
perempuan, orang Afrika atau Amerika, kaya atau miskin, karena adanya sumber
daya yang berbeda yang akan dapat kita akses. Di sini identitas bukan hanya soal
7
Erik H. Erikson, Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremers (Jakarta:
Gramedia, 1989)
15
peran. Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi, khususnya yang
terkait dengan atribut badaniah umur dan gender, merupakan hal
yang fundamental di semua masyarakat, sekalipun ada begitu
banyak variasi lintas budaya yang dapat dicatat.8
Menurut Weeks, singkatnya, identitas adalah soal kesamaan dan
perbedaan, tentang aspek personal dan sosial, „tentang kesamaan anda dengan
kehidupan bergereja, tidak terlepas dari komunikasi yang terbentuk, baik secara
sadar maupun secara alamiah dengan konteksnya. Ada kalanya kedua kolektivitas
kolektivitas tetap hidup atas identitasnya sendiri, akan tetapi hubungan antara
kedua pihak dapat dilakukan dengan baik, saling menguntungkan dan saling isi
mengisi.9 Dalam sistem nilai mereka ada anggapan, bahwa yang perlu dicapai
ialah taraf pembauran sosial atau asimilasi, dimana kedua fihak lebur menjadi satu
pemisah.10
Proses asimiliasi, proses masyarakat yang akan timbul bila ada :11
berbeda;
8
Anthony Giddens. Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late Modern Age
(Stanford, CA: Stanford University Press, 1991).
9
M. Bambang Pranowo, dkk, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, (Jakarta:
Pustaka Grafika Kita, 1988), 5
10
M. Bambang Pranowo, dkk, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial., 5.
11
M. Bambang Pranowo, dkk, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial., 174-175.
16
ii) Individu dari kelompok tadi saling bergaul langsung secara intensif
dari segi pendatang, asimilasi merupakan proses penetrasi, sedangkan dari segi
dalam tujuh macam asimilasi yang berkaitan satu sama lain yaitu: 12
12
M. Bambang Pranowo, dkk, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial., 175.
17
4) Asimilasi identifikasi yang bertalian dengan perasaan nasional
berdasarkan mayoritas;
dan
mengkonstruksi dunia sosial.13 Gereja Kristen Jawa dalam gerak pelayanan yang
yang terikat dan lekat, Durkeim berpendapat bahwa masyarakat yang membentuk
individu di mana individu tunduk pada tatanan sosial yang mengikatnya sebagai
anggota masyarakat. Jika ada individu yang tidak tunduk atau menyimpang dari
13
Max Weber, Economy And Society, Volume I, An Outline of Intepretative Sociology,
Guenther Roth and Claus Wittich, ed., (California: The Regent of University of California, 1978,
Chapter I&III), 240-241.
14
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teory Sosiologi Modern, diterjemahkan oleh
Alimanda (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 22.
18
menjadi hal yang benar apabila di dalam kehidupan Gereja memiliki tatanan yang
bersifat mengikat.
Gereja Kristen Jawa yang telah berkembang saat ini, dalam konteks
tertentu perlu dicermati bahwa perkembangannya itu tidak begitu cepat, terkesan
sangat lambat. Hal tersebut bukan berarti bahwa Gereja Kristen Jawa tanpa
keagamaan itu tampaknya dilihat oleh Durkheim, agama yang dianggap sudah
paripurna dalam keberadaannya ditengah pelayanan Gerejawi, dan tentu lebih luas
lagi di masyarakat. Tentu dalam menjawab banyak hal tentang kehidupan umat
15
K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu-
Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985),162.
19