Anda di halaman 1dari 9

makalah ISBD "Keragaman (kemajemukan) dan kesetaraan dalam dinamika sosial"

KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA


PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN NEGARA
1.
BABI PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bab ini tentang Manusia, Keragaman dan Kesetaraan yakni dapat menyadarkan kepada manusia
bahwa keragaman merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia. Dalam paham
multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua budaya yang ada
dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar)
terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya,
penting sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia. Untuk konteks
Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya ketiga hal tersebut : manusia,
keragaman, dan kesetaraan, tatkala berbicara tentang keragaman, hal itu mesthi dikaitkan dengan
kesetaraan. Mengapa? Karena keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskriminasi :
kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang lain; atau kelompok umur tertentu
bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya. Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan
mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan
memacu kesaling-mengertian. Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di
Indonesia menjadikan pertemuan antar orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah
terjadi. Hal itu tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum
menjadi sebuah konflik yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan masyarakatnya
mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus diletakkan
dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan. Namun, sebelum membahas mengenai bagaimana
memahami keragaman dan kesetaraan dan juga bagaimana mengelola keragaman yang ada dengan
segala persoalan dan tantangannya, pembahasan akan dimulai dengan memusatkan perhatian pada
manusia itu sendiri. Dalam perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat
dan dramatis seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang
manusia yang senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap
masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang menjadikannya selalu berada dalam ketegangan antara diri
sendiri dan orang lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan orang lain, konsep
mengenai masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang terus perlu dipertimbangkan
ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari sebuah
masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana manusia dan kedudukannya?
2. Bagaimana hakekat keragaman dan kesetaraan manusia?
3. Bagaimana hubungan keragaman dalam dinamika sosial dan budaya?
4. Bagaimanakah hubungan manusia, keragaman, dan kesetaraan di Imdonesia?
C. TUJUAN
Tujuan instruksional pokok bahasan ini adalah mengantar kita pada kompetensi yang berwawasan
sosial-budaya, yang dengan hal ini ketika berkarya dalam masyarakat, diharapkan mampu berpikir
kritis, kreatif, luas, sistemik-ilmiah, peka dan empatik secara sosial-budaya, demokratis, beradab, serta

terampil dan arif dalam mencari solusi pemecahan masalah sosial-budaya. Sesuai dengan urutan
bahasan yaitu :
1. Menjelaskan manusia dan kedudukannya
2. Menganalisis hakekat keragaman dan kesetaraan manusia
3. Menjelaskan keragaman dalam dinamika sosial dan budaya
4. Mengkaji manusia, keragaman, dan kesetaraan di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN
A. MANUSIA DAN KEDUDUKANNYA (RESPONSIVITY dan RESPONSIBILITY)
Manusia dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia adalah individu (makhluk
tunggal) yang mampu menjalani hidupnya dalam sebuah konteks yang disebut masyarakat.
Masyarakat itu sendiri konsep yang didalamnya manusia menjadi unsur penting. Sebab didlam
masyarakat juga ada unsur lain seperti peraturan, norma dan sistem (pendekatan secara sosiologis),
kebudayaan sebagai cara hidup (pendekatan etnografik), ruang sebagai tempat kehidupan, baik ruang
dalam tataran pengertian sebagai gagasan (pendekatan kualitatif), maupun sebagai unit (spatial) yang
nyata dengan batas-batasnya (pendekatan ekologis).
Manusia mulai mengenal dirinya sebagai subyek ketika Rene Descartes mengumandangkan pendekatan
ego-cogito (cogito ergosum : saya berpikir maka saya ada). Keberadaan manusia ditentukan oleh cara
berpikirnya, atau manusia menjadi manusia karena cara berpikirnya. Disamping kemampuan berpikir
dan hidup saling berdampingan, manusia hidup dalam dimensi rentang waktu dan sejarah, yang
membawanya kedalam alam kesadaran kelampauan, kekinian, maupun kemasadepanan. Martin Buber
(1958) menolong manusia melihat bahwa ada pihak lain yang justru lebih berkuasa yaitu Tuhan.
Bahwa pendekatan ego-cogito tidaklah cukup. Sebagaimana dialami manusia Jawa, dalam kesadaran
penuhnya akan eksistensi kelampauan, kekinian, maupun kemasadepanan yang direnungkan dalam
filsafat Sangkanparaning dumadi, mereka senantiasa berupaya mencari jawab : darimana aku berasal,
apa tugas dalam hidupku kini, dan kemana aku menuju kelak di akhir hayat?.
Manusia dalam masyarakat bukanlah manusia yang pasif. Manusia itu bertindak, yang karenanya
tindakan sosial manusia menjadi penting. Berkaitan dengan tindakan sosial inilah, keberadaan orang
lain merupakan prasyarat mutlak, karena tidak ada tindakan sosial yang terarah pada dirinya sendiri.
Oleh karena itu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakatnya, maka pertanyaan
mengenai siapa aku (who am I) sangat terkait erat juga dengan pertanyaan siapa kita (who we are).
Menurut Hebermas, tindakan manusia tidak cukup hanya direduksi pada aspek kerja, baik yang
didasarkan pada rasionalitas (Weber), atau pada lingkungan material yang mengitarinya (Marx) yang
mencakup pada soal mencipta, berpikir maupun kerja praktis lainnya, namun juga aspek komunikatif,
yang menekankan relasi antar orang yang dilaksanakan melalui bahasa.
Melalui pendekatan praktis komunikatif inilah ada dua fungsi penting yang perlu diperankan seorang
manusia dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya.
5.1
FUNGSI PERTAMA ADALAH RESPONSIVITY,
yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan dimensi deskriptif manusia. Fungsi ini mencakup kegiatan
yang berada di wilayah kebudayaan dan pikiran yang bersifat instrumental, berkaitan dengan relasi
bersama orang lain. Misalnya, bagaimana membangun sistem keamanan desa yang baiksecara
partisipatif; atau bagaimana mengembangkan budaya dan lingkungan yang membuat anak-anak muda
merasa nyaman bergaul satu sama lain; atau bagaimana menciptakan kesenian yang baik dan bisa
diterima oleh semua pihak.
5.2

FUNGSI KEDUA RESPONSIBILITY

berkaitan erat dengan fungsi etika, moral, kewajiban dan hak dari setiap orang sebagai individu dan
juga sebagai bagian dari masyarakat. Tujuan dri responsibility adalah bagaimana tujuan hidup dan
hidup manusia bis dilaksanakan atau terlaksana tanpa gangguan orang lain dalam masyarakat.
Responsibility berusaha untuk membangun pemahaman yang menuju pada terciptanya sebuah
masyarakat yang berkeadilan. Oleh karena itu hak asasi manusia (HAM) menjadi bagian dari fungsi
responsibility orang dalam masyarakat.
Pada fungsi atau aspek responsivity tekanan diletakkan dalam konteks bagaimana orang dapat
melakukan tindakan yang berkaitan dengan aspek pemikiran dan kebudayaan.
Sementara aspek reponsibility menjaga supaya kegiatan pemikiran dan kebudayaan tidak melanggar
atau memunculkan ketidakadilan terhadap pihak lain.
Melalui dua fungsi ini diharapkan manusia dalam bermasyarakat dapat mengembangkan kegiatan yang
mendukung identitas individunya secara bebas, tetapi semua itu harus diletakkan dalam konteks
membangun kehidupan manusia yang lebih bermartabat, berguna dan berkeadilan.
B. HAKEKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA
6.1
KERAGAMAN MANUSIA
sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga pernah muncul penindasan,
perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia
pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit hitam ladalah berbeda, mereka lebih
rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan
diskriminatif, baik secara social dan politik dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang
telah terjadi adalah kekeliruan, karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah
tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama
dan sederajat.
Martin Buber (1985) menjelaskan pada pendekatan saya-engkau bahwa manusia menjadi memahami
identitasnya ketika berhadapan dengan Tuhan sebagai Engkau, bahwa manusia itu lemah dihadapan
Tuhan. Dengan kata lain, keberadaan manusia satu dengan yang lain menjadi setara, karena mereka
adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Seringkali manusia tidak mampu mentransformasikan kontradiksi di
dalam dirinya bahwa dirinya adalah menjadi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan orang lain yang
sama. Kontradiksi dalam pikiran, perkataan, dan tindakan inilah yang melahirkan konflik antar orang.
Seharusnya hubungan manusia dengan Tuhan yang bertujuan memulihkan jiwanya menjadi manusia
utuh, menjadi sumber dan kerangka membangun hubungan antar manusia. Melalui relasi tersebut,
manusia yang utuh membagi makna absolute yang tidak akan dipahami melalui diri sendiri.
Perspektif HAM yang sejalan dengan perspektif agama, merupakan dasar secara hukum, politik, social
budaya, ekonomi, dan moral mengenai pernyataan bahwa pada dasarnya adalah setara dan sederajat,
walau ada perbedaan di antara mereka. Dokumen HAM merupakan dasar yang diakui oleh hampir
semua bangsa di dunia bahwa tidak ada pengecualian- semua manusia adalah sama dan sederajat.
Oleh karena itu segala bentukbentuk perendahan, penindasan, dan tindakan lain yang bertujuan
mendeskriminasi perlu dihilangkan dan dilawan.
Dari uraian diatas secara jelas menyebutkan bahwa manusia pada hakekatnya adalah sama dan
sederajat. Perbedaan secara fisik tidak dapat menjadi dasar atau legitimasi bagi munculnya tindakan
yang bertujuan meniadakan keberadaan orang lain. Sebab, dengan beertindak meniadakan atau
menghancurkaan orang lain, sebet ulnya pada saat yang sama sedang terjadi pengingkaran terhadap
dirinya sendiri sebagai makhluk yang juga berharga. Justru keragaman itu menjadi penanda bahwa
seharusnya dalam kehidupan bersama satu sama lain bisa saling melengkapi. Seperti mozaik yang
terdiri dari banyak macam kaca dan bisa membentuk sebuah gambar yang bagus, demikian juga
keragaman seharusnya saling mengisi untuk membentuk sebuah kehidupan masyarakat yang penuh
keindahan dan harmoni.
C. KERAGAMAN DALAM DINAMIKA SOSIAL DAN BUDAYA
Keragaman atau kemajemukan dalam masyarakat

selalu membawa perubahan dan perkembangan atau dinamika sehingga masyarakat menjadi dinamis.
Kemajemukan dalam masyarakat dibedakan ke dalam dua hal yang saling berkaitan, yaitu:
7.1
1. KEMAJEMUKAN SOSIAL
Kemajemukan social, berkaitan dengan relasi antar orang atau antar kelompok dalam masyarakat.
Misalnya : perbedaan jenis kelamin, asal usul keluarga atau kesukuan, perbedaan ideology atau
wawasan berpikir, perbedaan kepemilikan barang-barang atau pendapatan ekonomi.
Kemajemukan social dapat dibedakan dalam 3 hal penting :
7.1.1
Perbedaan Gender atau Seksualitas
Gender merupakan kerangka social yang diciptakan manusia untuk membedakan laki-laki dan dan
perempuan. Kerangka social ini tidak dibangun secara ilmiah tetapi dibangun berdasarkan prasangka
yang berkembang dalam masyarakat, misalnya perempuan selalu diidentikkan dengan manusia yang
lemah dan cengeng, oleh karenanya wajar jika perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin
dalam masyarakat. Padahal, tidak selalu setiap perempuan adalah seperti yang dibuat dalam kerangka
gender tersebut. Sementara itu seksualitas adalah pembeda karena jenis kelamin. Karena perbedaan
seks bersifat kodrati, maka yang bisa melahirkan dan menyusui hanyalah perempuan.
7.1.2
Perbedaan Etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga
Dalam masyarakat kuno nama seseorang kadang menunjukkan derajat kebangsawanan mereka. Tetapi
masyarakat modern sekarang ini tidak lagi mengaitkan nama dengan nama desa asal, tapi tergantung
dari keluarga masing-masing pemilik nama. Sekarang banyak orang mengambil nama dari suku lain,
bahkan bangsa lain yang tidak punya ikatan sama sekali. Terlepas dari perubahan apapun yang terjadi,
etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga merupakan cirri pembeda seseorang, kendatipun
kemurniannya mulai menipis lantaran frekuensi perkawinan campur antar antarsuku mulai meningkat.
7.1.3
Perbedaan Ekonomi
Perbedaan ini paling mudah dilihat, yang dalam terminology Marxisme tampak sebagai perbedaan
kelas social (golongan kaya-miskin), yang sering menimbulkan ketegangan dan konflik antar golongan.
7.2
2. KEMAJEMUKAN BUDAYA
Kemajemukan budaya, berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani hidup. Misalnya: cara
memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah, perbedaan dalam menerapkan pola
pengelolan keluarga; atau singkatnya dapat disebutkan bagaimana seseorang memandang dunia,
masyarakat dan kehidupan di dalamnya.
7.2.1
Keragaman atau kemajemukan
merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan
salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktuwaktu mendatang sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima
sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor
penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun bisa juga menjadi pemicu
konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
7.2.2
Keragaman budaya sangat erat kaitannya
dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani hidup semisalnya cara menjalani hidup, cara memandang
dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah sebagai ekspresi keyakinan kepada Tuhan, cara
memandang dunia, masyarakat beserta kehidupan di dalamnya. Contohnya : mengapa ada orang yang
percaya dan memilih dukun untuk mengatasi masalah kesehatan, bukannya mencari dokter. Demikian
pula dalam hal mendidik anak dalam keluarga. Ada yang menekankan bahwa berselisih pendapat
dengan orang lain itu dianggap tidak sopan dan mengggangu ketentraman. Karena itu, ada keluarga
yang mendidik untuk tidak membantah orang lain. Keluarga ini ketika mendapat seorang aak kecil
berdepat dengan orang tuanya merasa bahwa anak tersebut tidak sopan, kurang pendidikan, bahkan

nakal dan kuarang ajar. Hal ini menimbulkan persoalan bagi keluarga yang tidak menekankan
pendidikan bahwa anak harus penurut.
Keragaman budaya juga menjadi persoalan ketika
7.2.3
dikaitkan dengan perbedaan social
. Munculah pandangan stereotip yaitu pandangan tentang sekelompok orang yang didefinisikan
karakternya kedalam grup. Pandangan tersebut bisa bersifat positif atau negatif. Sebagai contoh, suatu
bangsa dapat distereotipkan sebagai bangsa yang ramah atau tidak ramah.
Biasanya ciri-ciri dalam stereotip kebanyakan negatif, seperti cara bicara dan perilaku orang batak
kasar, cara bicara dan perilaku orang jawa lamban, orang cina pelit dan orang madura suka berkelahi.
Sejarah juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya dan stereotip telah menimbulkan banyak persoalan.
Sindiran atau pelecehan tehadap budaya pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia seperti
budaya atau orang tertentu sudah di cap buruk. Karena itu dalam sejarah pernah terjadi pertobatan
budaya. Penginjilan dan atau dakwah dari agama tertentu pada masa lampau mencerminkan pandangan
yang menganggap bahwa suatu budaya tertentu lebih rendah dari budaya lain misalnya dalam konteks
kekristenan sejarah pengijilan selalu terkait dengan perendahan dan pelecehan budaya bahwa semua
orang harus bertobat dan masuk agama kristen yang baru dan menyelamatkan. Istilah budaya yang
tinggi merupakan milik keraton yang dipertentagkan dengan kebudayaan rakyat, milik orang biasa dan
miskin merupakan bentuk upaya membedakan sekaligus sindiran dan pelecehan antara suatu budaya
dengan yang lain. Sekarang ini muncul budaya global yang datang dari barat dan negara maju
berhadapan dengan budaya lokal. Budaya global tersebut memberikan dampak positif dan negatif bagi
budaya lokal.
8
Dampak positif dari budaya Global
Contoh :
8.1.1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mendorong perubahan yang besar dalam bentuk dan pola tata kerja. Pada saat ini ada kecenderungan
orang untuk tidak bekerja lagi di kantor, tetapi bekerja di rumah dengan menggunakan fasilitas
teknologi komunikasi, seperti internet. Pada saat ini kesuksesan tiap-tiap individu dalam mendapatkan
pekerjaan harus didukung oleh keterampilan dan pengetahuan yang luas terutama dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
9
Dampak negatif dari budaya global
Contohnya :
a. Masuknya budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya timur yang sederhana, sopan, dan
santun.
b. Fenomena anak melawan kepada orang tua
c. Murid yang mengancam guru
d. Perkelahian antara pelajar
e. Model pakaian yang tidak sesuai
f. Pemakaian perhiasan wanita oleh laki-laki merupakan perilaku menyimpang sebagai dampak
negatif dari era globalisasi dan arus informasi yang tidak terbendung.
9.1.1
Keragaman budaya berkaitan erat dengan memunculkan dinamika sosial,
seperti globalisasi melawan lokalisasi atau kebudayan lokal, tetapi juga bisa pada tingkat fisik seperti
penghancuran gedung kembar di Amerika Serikat. Berbagai keragama yang bersifat sosial maupun
budaya membawa dampak pada masyarakat, yaitu berupa perubahan sosial yang terjadi secara cepat
karena adanya keragaman dan dimanika sosial. Segala perubahan sosial bisa membawa dampak negatif
sekaligus positif. Keragaman sekarang muncul secara cepat akibatnya adalah perubahan dan dinamika
sosial terjadi cepat.
D. KERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL DAN BUDAYA
BANGSA.

10.1.1 Keragaman atau perbedaan tidak selalu membawa dampak negatif.


1.
Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku bangsa atau suku.
Beragamnya etnik di Indonesia menyebabkan banyak ragam budaya, tradisi, kepercayaan, dan pranata
kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya menghasilkan kebudayaan. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang multikultur artinya memiliki banyak budaya.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang. Artinya identifikasi seseorang dapat
dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya yan gbersumber dari
etnik dari mana ia berasal.
Namun dalam perkembangan berikutnya, identitas sosial budaya seseorang tidak semata-mata
ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan ekonomi, status sosial,
tingkat pendidikan, profesi yang digelutinya, dan lain-lain. Identitas etnik lama-kelamaan bisa hilang,
misalnya karena adanya perkawinan campur dan mobilitas yang tinggi.
Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik
Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (Sutarno, 2007) :
a.
Jumlah penduduk yang besar;
b. Wilayah yang luas;
c.
Posisi hilang;
d.
Kekayaan alam dan daerah tropis;
e.
Jumlah pulau yang banyak;
f.
Persebaran pulau;
2.
Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara yuridis diakui dan dijamin oleh negara
melalui UUD45. Warga negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan
sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan negara Indonesia mengakui
adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27
ayat (1) UUD45 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari warga Negara merupakan ciri utama
sebab demokrasi menganut prinsip persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga
Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum,
kesempatan, ekonomi, dan sosial.
Demikian juga dengan perubahan sosial kerena munculnya perbedaan dan keragaman tidak selalu
dimaknai secara negatif. Contohnya saja di dunia sepak bola sekarang ini banyak sekali klub bola yang
memasukan pemain asing untuk memperkuat klubnya. Di Eropa khususnya liga Inggris dan Spanyol
keragaman menjadi ciri khasnya. Bahkan klub sepak bola yang beragam menjadi juara di di liga
masing-masing negara misalnya Barcelona di Spanyol, Manchester United (MU), dan Inter Milan di
Italia. Bahkan di Indonesia sendiri juga cukup banyak pemain asing seperti di Persipura ada Bio dari
Negro, di Sriwijaya FC ada Kayamba dan di Persib Bandung ada Gonzales. Klub MU yang merupakan
klub paling beragam ada dari berbagai kebagsaan dan warna kulit mengisi klub ini seperti dari Afrika,
Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Keragaman itu yang membuat MU selalu tampil segar ketika
bertanding.
Terlepas dari semua MU merupakan paduan yang luar biasa dari berbagai orang dengan segala talenta
dari belahan bumi untuk menghadirka sebuah sepak bola yang mampu menyerang dan bertahan dan
maju terus untuk menjadi juara. Banyak keuntungan yang mereka peroleh tetapi juga menjadi salah
satu contoh mengenai bagaimana memadukan berbagai perbedaan menjadi sebuah kekayaan yang

saling menguntungkan bagu semua pihak yaitu: pemilik klub, pengelola, pemain, sponsor, negara asal
pemain bahkan penonton atau fans.
Bercermin pada klub sepakbola MU, jika sebuah masyarakat memiliki kemampuan mengelola segala
perbedaan yang ada dalam konteks dan mekanisme yang demokratis niscaya masyarakat tersebut akan
menjadi masyarakat yang kuat. Indonesia merupakan negara yang memilki banyak keragaman budaya
yang sangat tinggi berdasarka keberadaan kesukuan beserta agama yang dipeluk. Indonesia juga
memilki sumberdaya yang bertalenta dalam berbagai bidang sebagai modal intelektual (human
intectual capital) utama bagi pembangunan kekuatan bangsa dan negara. Indonesia membutuhkan
meneger atau pelatih betangan dingin untuk meracik segala perbedaan menjadi sebagai sebuah modal
utama pembangunan ssebuah neraga-bangsa yang kuat dan maju di segala bidang. Dengan
mempertimbangankan segala persoalan yang dihadapi, kepemimpinan yang mampu mensinergikan
segala perbedaan merupakan kebutuhan mutlak dan kunci kemajuan.
E. MENGANALISIS PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSINYA DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam menganalisis problematika dan solusi ada 2 hal yang menjadi 2 pertanyaan dasar yaitu :
1. Apa contoh problematika dalam fakta keragaman kehidupan masyarakat sekarang ini?
2. Apa persoalaan yang muncul ketika keragaman mesti mendasari perkembangan masa depan
Indonesia kearah perwujudannya menjadi sebuah bangsa yang kuat dan kokoh?
Dalam bermasyarakat kasus yang paling banyak terjadi adalah tentang kehidupan sex. Setiap orang
pasti memiliki aneka ragam pemikiran baik negative maupun positif tentang sex di kawula muda. Dari
sini kita akan mencoba menelaah lebih jauh tentang pandangan orang tentang sex tersebut.
Menurut Sigmund Freud, dalam kajian psikologis maupun trajektoris(riwayat hidup) seseorang, seks
merupakan aspek dasar dimana seseorang bisa menemukan identitas diri, sekaligus keinginan berkuasa.
Banyak hal hal negative yang terjadi akibat dari seks ini antara lain pemerkosaan, aborsi yang bersifat
negatif, prostitusi, dan mungkin masih banyak lagi. Dan sebagian orang mengkambinghitamkan media
komunikasi yang cepat(televisi,internet,dll), kurangnya kehidupan beragama yang menjalani kehidupan
seks secara negative tersebut. Kasus yang sangat ironis adalah tentang bagaimana tokoh masyarakat
dan tokoh agama justru terlibat dalam penyimpangan tersebut. Kita ambil saja kasus syekh puji yang
menikahi anak dibawah umur karena dia mempunyai harta berlebih dengan aneka macam dalih yang
dia kemukakan. Dan dari banyak kasus yang terjadi akan muncul norma yang berlaku dalam
masyarakat antara lain cemoohan, sindiran, sampai pengucilan. Dari kasus kasus seksual tersebut
solusinya antara lain :
1.
Menyelenggarakan pendidikan seks yang benar supaya tidak terjadi penyimpangan seks untuk
kaum muda.
2.
Membuat peraturan dan pembatasan terhadap program program yang berdampak pada
pemahaman mengenai kekerasan dan kebebasan seksual.
3.
Membongkar masyarakat mengenai seks dan seksualitas.
Dari contoh problematika tersebut terlihat solusi tersebut dihasilkan dengan keputusan bersama yang
menguntungkan berbagai pihak. Dan solusi tersebut bisa menjadi wadah aneka ragam pemikiran
tentang seksualitas
Dalam kehidupan bernegara, Indonesia di hadapkan permasalahan keragaman yaitu tentang perbedaan
suku dan budaya. Hal tersebut sudah terjadi sejak Indonesia berdiri dan sudah menjadi cirri khas
bangsa Indonesia. Perbedaan tentang suku dan budaya akan menjadi persoalan besar jika tidak ada nilai
yang mengikatnya. Dan di Indonesia nilai yang ada adalah demokrasi.
Tujuan di terapkannya demokrasi di Indonesia adalah untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Jika dalam kehidupan bernegara kedua hal tersebut tidak terwujud berarti demokrasi tidak diterapkan
secara mendasar.

Bapak soekarno,presiden pertama Indonesia merumuskan demokrasi dalam bentuk konsep


Nasakom(Nasionalisme, Agama , dan komnunisme). Gagasan tersebut merupakan upaya membangun
konsep kebersamaan diantara 3 aliran politik yang berkembang saat itu. Dengan konsep Nasakom
diharapkan para nasionalis , tokoh agama , dan komunis dapat saling mendukung dan memperkuat.
Namun konsep tersebut tidak membuahkan hasil yang baik dikarenakan kesejahteraan rakyat belum
terpenuhi.
Konsep demokrasi yang masih bertahan di Indonesia adalah tentang Pancasila. Sejak pemikiran
tersebut di kemukakan oleh soekarno, pancasila merupakan salah satu dasar yang menjadikan
Indonesia bersatu sejak hari kemerdekaan hingga saat ini.
Dalam bidang ekonomi, Muhammad hatta mengemukakan konsep Koperasi sebagai salah satu pilar
penting dalam memajukan dan menyejaterakan masyarakat Indonesia. Koperasi adalah bentuk
demokrasi ekonomi di karenakan usaha tersebut di kelola secara terbuka dan adil.
Imbas negatif yang muncul ketika demokrasi tidak di jalankan secara mendasar yaitu pemberontakan.
Indonesia banyak mencatatkan rekor pemberotakan antara lain pemberontakan PKI, pemberontakan
DI-TII, pemberontakan di Timor leste, dan yang saat ini paling disoroti adalah tentang pemberontakan
RMS.
Adanya demokrasi bukan untuk menghilangkan konflik akan tetapi untuk mengelola perbedaan yang
ada supaya potensi konflik teredam dan intensitas konflik terkendali sehingga bisa diperkecil.
11.1.1 Proses globalisasi juga memberi dampak yang negatif terhadap keragaman
yang ada di Indonesia antara lain gaya hidup, cara hidup serta budaya. Jika masyarakat tidak siap dan
menerima keragaman tersebut,maka akan berdampak pada perilaku menyimpang, kekerasaan,
perkelahian politik massa, kecurangan dan kemunafikan. Demokrasi sebagai falsafah kehidupan yang
bukan sekedar mekanisme legal formal dalam prosedur pengambilan keputusan sangat diperlukan saat
ini. Demokrasi juga merupakan falsafah pemberi nafas dan roh kehidupan sosial-budaya yang menjiwai
pandangan bahwa setiap orang adalah sama dan sederajat. Orang diberikan kebebasan yang sama
sekaligus juga diberi tanggungjawab yang sama untuk memelihara kebebasan bersama. Demokrasi
akan cidera ketika terjadi pelanggaran kebebasan. Didalam kehidupan kebebasan ada batasnya yaitu
ketika kebebasan seseorang merampas kebebasan orang lain atau kebebasan seseorang bertemu dan
bertumpang tindih dengan kebebasan orang lain. Dialog sebagai proses demokrasi adalah sebagai
aturan main untuk menengahi tercideranya kebebasan seseorang. Kebebasan dalam keragaman
masyarakat adalah kebebasan yang dirumuskan bersama.
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki banyak keragaman. Indonesia punya banyak etnis, suku,
ras, agama, dll. maka perlu ada satu nilai yang dapat mengikat semua aspek tersebut.Pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, beliau membentuk satu konsep yang menurut beliau dapat
mempersatukan bangsa Indonesia, konsep beliau adalah NASAKOM yaitu Nasionalisme Agama dan
Komunis. Namun harapan tersebut lain dari kenyataan yang ada, akhirnya muncullah Pancasila
sebagai dasar Negara yang dipandang lebih dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan oleh beberapa
kalangan disebut sebagai upaya membumikan demokrasi secara local dan khas Indonesia.
Demokrasi adalah paham yang bebas, sederajad, dan tidak diskriminatif. Sehingga keragaman yang ada
di Indonesia yang mempunyai bahaya perpecahan dan konflik dapat berubah menjadi potensi yang luar
biasa. Demokrasi hadir bukan untuk menghilangkan konflik, tetapi untuk mengelola perbedaan yang
ada supaya potensi konflik teredam dan intensitas konflik terkendali sehingga bisa diperkecil. Selain itu
demokrasi memberi ruang yang bebas bagi semua orang untuk berpendapat dan memutuskan yang
terbaik bagi dirinya dan kota (negara) tempat mereka tinggal sehingga konflik yang ada tidak
dihilangkan tapi dikelola secara bersama supaya tidak menimbulkan bahya bagi semua orang.
Di Indonesia sekarang ini, keragaman tidak hanya datang dari factor internal tapi juga factor eksternal.
Factor eksternal tersebut adalah globalisasi. Banyak masyarakat yang belum siap menerima dan hidup
berdampingan secara damai dengan orang lain yang punya gaya hidup serta budaya yang berbeda.
Ketidaksiapan tersebut membuat orang berperilaku menyimpang untuk menunjukkan bahwa dia kuat,

namun dengan sikap yang demikian dapat pula menunjukkan kelemahan dan kerapuhan jiwanya. Oleh
karenanya, demokrasi sebagai falsafah kehidupan, yang bukan hanya sekedar prosedur dalam
pengambilan keputusan. Demokrasi adalah falsafah yang membuat semua orang punya pandangan
bahwa semua orang adalah sama dan sederajad. Demokrasi bisa terjadi kalau adanya dialog bukan
monolog, dimana dialog memampukan seseorang mengutarakan pendapatnya.
Yang terpenting di sini adalah paham bahwa Indonesia terdiri dari banyak SARA, budaya, dll, sehingga
rakyat sadar bahwa arti kebebasan bukan tanpa batas, tapi batasanya adalah ketika kebebasan seseorang
merampas kebebasan oranglain. Kebebasan yang ada adalah kebebasan yang dirumuskan bersama,
kebebasan konsensual hasil consensus.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagai individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, fungsi dan peran manusia dalam
membentuk identitas diri dan masyarakatnya, yaitu responsivity dan responsibility. Melalui dua fungsi
tersebut pengembangan kreativitas social budaya dan pembangunan keadilan social budaya, diharapkan
manusia dalam bermasyarakat dapat mengembangkan kegiatan yang mendukung identitas individunya
secara bebas, bermartabat, berguna, dan berkeadilan. Keragaman pernah merendahkan martabat
manusia, namun dari perspektif HAM dan agama, jelas bahwa manusia pada hakekatnya adalah sama
dan sederajad.

Anda mungkin juga menyukai