Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen pengampu : Linawati, SE., MM

Disusun oleh:
REVI FITRIA RAMDANI
029B.A16.015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2016
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep


kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan
pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita
mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa
undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji
konsep kesetaraan berdasarkan keluaran/output, maupun proses terjadinya
kesetaraan.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki
sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta
persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar
terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih
cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan dasar yang bertolak
belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada
manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam,
menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan.
Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi,
mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat
perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga
konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan
melalui ajaran-ajarannya.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,
khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal
kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.
1. Pengertian keragaman
Terkait dengan perubahan, pekerjaan pun mulai banyak yang berubah.
Disini, penulis akan melihat keragaman baik dari sisi manusia/pekerja
maupun dari sisi pekerjaan itu sendiri. Keragaman mempunyai sudut pandang
yang sangat berbeda bila dilihat dari sisi manusia. Keragaman manusia bisa

1
diartikan sebagai banyaknya perbedaan yan terjadi diantara orang-
orang/pekerja. Ini menyangkut jenis kelamin, warna kulit, suku, bahkan
sampai pada bentuk fisik.
Dari sisi pekerjaan, dilihat bahwa arti keragaman hanya akan
menyangkut banyaknya perbedaan pekerjaan yang ada. Baik dari berapa
banyak pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau berapa banyak
pekerjaan yang ada untuk seseorang.
Disini penulis akan membahas pengertian keragaman dalam pekerjaan
dari sisi manusia/pekerja.

2. Mengelola Keragaman
Manajemen melihat keragaman dari banyak sisi–keragaman
manusia/pekerja. Banyak pakar yang berkata bahwa keragaman dibagi
menjadi : keragaman usia, cacar tubuh, jenis kelamin, status, ras, sampai pada
operasi seksual.
Keragaman yang disebut diatas merupakan keragaman yang terjadi
dalam lingkungan pekerjaan. Manajemen melihat ini sebagai pertimbangan
strategis SDM.
Keragaman pun memunculkan masalahnya sendiri, dua masalah umum
tentang keragaman adalah budaya organisasional bermusuhan dengan yang
dirasakan pekerja dan masalah stereotip.
Banyak masalah mengenai budaya organisasi yang dirasa bermusuhan
datang dari sebagian orang yang dilindungi oleh undang-undang. Masalah ini
bisa diatasi dengan melakukan usaha untuk menciptakan budaya yang bersifat
memihak dan tidak merugikan orang/kelompok lain.
Masalah lain timbul karena streotip – penyebarann berita yang negatif –
didasarkan pengalaman masa lalu sekelompok orang dan berusaha
mempengaruhi orang lain.

2
3. Kesetaraan dalam kehidupan masyrakat
Tentukan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terkhir ini dimulai
oleh manusia. Tentunya seruan dengan suara kecil malah hampir tidak
terdengar, pada ribuan tahun yang lalu sudah ada. Tingkatannya rakyat jelata,
tetapi bekeinginan untuk sepadan dengan para bangsawan, dengan para orang
kaya serta berkuasa bahkan menjadi anggota kalangan Sang Baginda kaum
yang sedang atau beruntug.
Sudah adakah yang sebaliknya ? Mungkin saja prnah ada dan contohnya
bias kita ambil misalnya saja seorang raja yang hidup seperti rakyat biasa,
seorang pemimpin atau kalifah yang amat merakyat. Mungkin yang dijalani
oleh Siddaharta Gautama budha adalah seperti iit, seorang yang dilahirkan
sebagai anak orang raja suddhodana yang memimpin shkya. Daerah
kekuasaan raja suddhodana, terletak didaerah yang pada zaman sekarang
dikenal dengan nama Negara Nepal. Presiden Iran Achmad Dinejad adalah
contoh yang paling mengena. Seorang penguasa seperti dia, masih hidup
dirumahnya yang kecil sejak dia masih Dosen, tidur bukan di atas tempat
tidur, tetapi diatas kasur yang digelar dilanta, kalau bersembayang didalam
masjid, dia duduk dimana saja, ditengah jemah lain, tidaka menuju kesaf
paling depan seperti presiden Indonesia yang selalu begitu.
Kalau sekrang ini ada yang meneraikan kesetaraan munkin sekali adalah
mungkin karena jurang yang memisahkan kaum yang merasa dirinya tidak
setara dengan kaum yang ingin disertai, semakin curam dan semakin lebar
saja. Kesetaraan ini tidak akan muncul dan berkembang    dalam susunan
masyarakat yang didirikan di atas paham domonasi dan kekuasaan satu
kelompok terhadap kelompok lain. Republic kita yang sudah berumur tua
untuk ukuran manusia, 65 tahun saja tidak ada keadilan dalam kehidupan
bangsa. Keadaan adil dan makmur  yang menjadi idaman seluruh rakayat
Indonesia tidak pernah dating sampai sekarang dan kemungkinan besar juga
dimasa yang akan dating depan nanti.
Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan cara menaikan derajat,
peringkat, kondisi serta kemampuan, serta kondisi setiap perorangan

3
ketingkat yang diingininya, dengan upya sendri-sendri untuk tahap awal. Ini
adalah satu-satunya jalan. Jangan mengajak teman sejwak terlebih dahulu
hanya untuk membenruk mass-mass forming. Mass forming seprti ini akan
solid utuh kalau para pembentuknya memang mempunyai peringkat yang
setara dan sepadan. Kalau isi para pembentuknya tidak sama kemampuannya,
visinya dan tugasnya, maka masa yang terbentuk akan tidak utuh serta mudah
tercerai-berai. Yang mmiluhkan adalah bahwa setiap orang yang mempunyai
ambisi untuk menggerakan massa untuk mencapai kesetaraan, kurang
mengamati sekelilingnya sendiri.
Dengan identitas pluralis dan multkulturalis bangunan interaksi dan relasi
antara manusia Indonesia antara manusia akan berifat setara. Paham
kesetaraan akan menandai cara berpikir dan berperilaku bangsa Indonesia,
apabila setiap orang Indonesia berdidri atas realitas bangsanya yang plural
dan multicultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan
berkembang dalam susunan masyrakat yang didirikan atas paham dominasi
dan kkuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan
merupakan identitas nasional Indonesia.

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu
yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas sendiri.Perbedaan itu
terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan,
temperamen, dan hasrat. Jadi, sebagai manusia pribadi adalah unik dan
beragam.
Selain makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang
membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok hidup manusia
juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan
beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama,

4
budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan
lain-lain.
Keragaman manusia baik dalam tingkat individu maupun di tingkat
masyarakat merupakan realitas atau kenyataan yang mesti kita hadapi
dan alami.Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari
kedudukan manusia, baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

2. Makna Kesetaraan Manusia


Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk
Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya disbanding
makhluk lain.
Dalam keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesedarajatan.
Artinya, meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan
berbeda-beda, tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-
hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama baik dalam kehidupan
pribadi maupun bermasyarakat.

B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial maunsia melahirkan
masyarakat majemuk.Majemuk berarti beragam, beraneka, dan berjenis-jenis.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk di suatu kota
berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan;
2. Bahasa daerah;
3. Adat istiadat atau perilaku;
4. Agama;
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya;

5
Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi;
2. Pendidikan;
3. Pemukiman;
4. Pekerjaan;
5. Kedudukan sosial politik;

1. Ras
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia
dikelompokkan dalam berbagai ras.Manusia dibedakan menurut bentuk
wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik
fisik lainnya.Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau
berdasarkan ciri fisik biologis.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau
somatic.Secara biologis, konsep ras selau dikaitkan dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok
tertentu yang secara genetic memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit,
mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.Pembedaan seperti itu hanya
mewakili factor tampilan luar.   

2. Etnik dan Suku Bangsa


F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat
yang sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan
bertahan, mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan
dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan
interaksi sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima
kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan
jumlah etnik yang besar. Berapa persisi jumlah etnik di Indonesia sukar
untuk ditentukan. Sebuah buku Rangkuman Pengetahuan Sosial Lengkap
menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah

6
(Sugeng HR, 29006). Berdasarkan klasifikasi etnik secara rasional,
bangsa Indonesia adalah heterogen.

C. Keragaman Dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya


1. Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik,
disebut juga suku bangsa atau suku. Beragamnya etnik di Indonesia
menyebabkan banyak ragam budaya, tradisi, kepercayaan, dan pranata
kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya menghasilkan
kebudayaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultur
artinya memiliki banyak budaya.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang.
Artinya identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya,
kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya yan gbersumber dari etnik
dari mana ia berasal. Namun dalam perkembangan berikutnya, identitas
sosial budaya seseorang tidak semata-mata ditentukan dari etniknya.
Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan ekonomi,
status sosial, tingkat pendidikan, profesi yang digelutinya, dan lain-
lain.Identitas etnik lama-kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya
perkawinan campur dan mobilitas yang tinggi. Kemajemukan adalah
karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik
Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (Sutarno, 2007) :
a. Jumlah penduduk yang besar;
b. Wilayah yang luas;
c. Posisi hilang;
d. Kekayaan alam dan daerah tropis;
e. Jumlah pulau yang banyak;
f. Persebaran pulau;

7
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara
yuridis diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD’45. Warga negara
tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan
sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan negara Indonesia mengakui adanya prinsip persamaan
kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27
ayat (1) UUD’45 bahwa “segala warga Negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari
warga Negara merupakan ciri utama sebab demokrasi menganut prinsip
persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga
Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam
bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.

D. Problematika Keragaman Dan Kesetaraan


1. Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki
sifat-sifat dasar sebagai berikut :
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering
kali memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki strutkutr sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-
lembaga yang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota
masyarakat tentan nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang
satu dengan yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

8
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain.

Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik.


Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan
menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi
memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan
sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu
fase disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya
perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan
antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat
lagi disatukannya pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang
menyebabkan pertentangan antarkelompok.
Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya
perbedaan atau keragaman itu sendiri. Adanya perbedaan ras, etnik, dan
agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak lain. Yang
menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada
berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat
memicu konflik. Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai,
menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan
antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan
pemahaman antar budaya dan masyarakat yang mana sedapat mungkin
menghilangkan penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut adalah
etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space
goating. (Sutarno, 2007).
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua
norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri.
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok

9
yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara
berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang
nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di
luar ras sendiri. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap
kelompok subordinasinya. Space goating artinya pengkambinghitaman.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negates dari keragaman adalah
sebagai berikut :
a. Semangat religious;
b. Semangat nasionalisme;
c. Semangat pluralisme;
d. Dialog antar umat beragama
e. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi
dunia.

2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan


Prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan
persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Indicator kesederajatan adalah
sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,
gender, dan golongan;
b. Adanya   persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan
kehidupan yang layak
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat. 
Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya
sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak,
dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang membeda-
bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan

10
menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan
penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita
Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak
asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan
hukum dan penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan
penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI)
melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden
No. 4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur
nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi
rasial telah berada pada arah yang tepat.
Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku
diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam
rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Kesimpulan
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru,
maka idiom yang harus lebih di ingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep Bineka Tunggal Ika. Artinya, seklipun
berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupkan, bahwa sesunggunya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu Keraagaman. Kesetaraan bias diwujudkan dengan
dengan pemerataan pembangunan diseluruh wilayah NKRI dan juga keadilan
bidang hokum ( bahwa semua sama di hadapan hokum ). Namun, jangan sampai
kita salah langkah, yang bias berakibat yang sebaliknya : sebuah konflik yang
berkepanjangan.
Oleh karena itu, keragaman dan kestaraan harus ditanamkan sejak dini
kepada generasi muda penerus bangsa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Manusia, Keragaman dan Kesetaraan (online) tesedia di


http://id.scribd.com/doc/53176086/Manusia-Keragaman-Dan-Kesetaraan.
Anonim, 2011. Manusia, Keragaman dan Kesetaraan (online) tesedia di
http://pikiranmhsw.blogspot.com/2011/02/manusia-keragaman-dan-kesetaraan-
bag-1.html

12

Anda mungkin juga menyukai