Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen pengampu : Linawati, SE., MM
Disusun oleh:
REVI FITRIA RAMDANI
029B.A16.015
1
diartikan sebagai banyaknya perbedaan yan terjadi diantara orang-
orang/pekerja. Ini menyangkut jenis kelamin, warna kulit, suku, bahkan
sampai pada bentuk fisik.
Dari sisi pekerjaan, dilihat bahwa arti keragaman hanya akan
menyangkut banyaknya perbedaan pekerjaan yang ada. Baik dari berapa
banyak pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau berapa banyak
pekerjaan yang ada untuk seseorang.
Disini penulis akan membahas pengertian keragaman dalam pekerjaan
dari sisi manusia/pekerja.
2. Mengelola Keragaman
Manajemen melihat keragaman dari banyak sisi–keragaman
manusia/pekerja. Banyak pakar yang berkata bahwa keragaman dibagi
menjadi : keragaman usia, cacar tubuh, jenis kelamin, status, ras, sampai pada
operasi seksual.
Keragaman yang disebut diatas merupakan keragaman yang terjadi
dalam lingkungan pekerjaan. Manajemen melihat ini sebagai pertimbangan
strategis SDM.
Keragaman pun memunculkan masalahnya sendiri, dua masalah umum
tentang keragaman adalah budaya organisasional bermusuhan dengan yang
dirasakan pekerja dan masalah stereotip.
Banyak masalah mengenai budaya organisasi yang dirasa bermusuhan
datang dari sebagian orang yang dilindungi oleh undang-undang. Masalah ini
bisa diatasi dengan melakukan usaha untuk menciptakan budaya yang bersifat
memihak dan tidak merugikan orang/kelompok lain.
Masalah lain timbul karena streotip – penyebarann berita yang negatif –
didasarkan pengalaman masa lalu sekelompok orang dan berusaha
mempengaruhi orang lain.
2
3. Kesetaraan dalam kehidupan masyrakat
Tentukan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terkhir ini dimulai
oleh manusia. Tentunya seruan dengan suara kecil malah hampir tidak
terdengar, pada ribuan tahun yang lalu sudah ada. Tingkatannya rakyat jelata,
tetapi bekeinginan untuk sepadan dengan para bangsawan, dengan para orang
kaya serta berkuasa bahkan menjadi anggota kalangan Sang Baginda kaum
yang sedang atau beruntug.
Sudah adakah yang sebaliknya ? Mungkin saja prnah ada dan contohnya
bias kita ambil misalnya saja seorang raja yang hidup seperti rakyat biasa,
seorang pemimpin atau kalifah yang amat merakyat. Mungkin yang dijalani
oleh Siddaharta Gautama budha adalah seperti iit, seorang yang dilahirkan
sebagai anak orang raja suddhodana yang memimpin shkya. Daerah
kekuasaan raja suddhodana, terletak didaerah yang pada zaman sekarang
dikenal dengan nama Negara Nepal. Presiden Iran Achmad Dinejad adalah
contoh yang paling mengena. Seorang penguasa seperti dia, masih hidup
dirumahnya yang kecil sejak dia masih Dosen, tidur bukan di atas tempat
tidur, tetapi diatas kasur yang digelar dilanta, kalau bersembayang didalam
masjid, dia duduk dimana saja, ditengah jemah lain, tidaka menuju kesaf
paling depan seperti presiden Indonesia yang selalu begitu.
Kalau sekrang ini ada yang meneraikan kesetaraan munkin sekali adalah
mungkin karena jurang yang memisahkan kaum yang merasa dirinya tidak
setara dengan kaum yang ingin disertai, semakin curam dan semakin lebar
saja. Kesetaraan ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan
masyarakat yang didirikan di atas paham domonasi dan kekuasaan satu
kelompok terhadap kelompok lain. Republic kita yang sudah berumur tua
untuk ukuran manusia, 65 tahun saja tidak ada keadilan dalam kehidupan
bangsa. Keadaan adil dan makmur yang menjadi idaman seluruh rakayat
Indonesia tidak pernah dating sampai sekarang dan kemungkinan besar juga
dimasa yang akan dating depan nanti.
Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan cara menaikan derajat,
peringkat, kondisi serta kemampuan, serta kondisi setiap perorangan
3
ketingkat yang diingininya, dengan upya sendri-sendri untuk tahap awal. Ini
adalah satu-satunya jalan. Jangan mengajak teman sejwak terlebih dahulu
hanya untuk membenruk mass-mass forming. Mass forming seprti ini akan
solid utuh kalau para pembentuknya memang mempunyai peringkat yang
setara dan sepadan. Kalau isi para pembentuknya tidak sama kemampuannya,
visinya dan tugasnya, maka masa yang terbentuk akan tidak utuh serta mudah
tercerai-berai. Yang mmiluhkan adalah bahwa setiap orang yang mempunyai
ambisi untuk menggerakan massa untuk mencapai kesetaraan, kurang
mengamati sekelilingnya sendiri.
Dengan identitas pluralis dan multkulturalis bangunan interaksi dan relasi
antara manusia Indonesia antara manusia akan berifat setara. Paham
kesetaraan akan menandai cara berpikir dan berperilaku bangsa Indonesia,
apabila setiap orang Indonesia berdidri atas realitas bangsanya yang plural
dan multicultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan
berkembang dalam susunan masyrakat yang didirikan atas paham dominasi
dan kkuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan
merupakan identitas nasional Indonesia.
4
budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan
lain-lain.
Keragaman manusia baik dalam tingkat individu maupun di tingkat
masyarakat merupakan realitas atau kenyataan yang mesti kita hadapi
dan alami.Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari
kedudukan manusia, baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
5
Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi;
2. Pendidikan;
3. Pemukiman;
4. Pekerjaan;
5. Kedudukan sosial politik;
1. Ras
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia
dikelompokkan dalam berbagai ras.Manusia dibedakan menurut bentuk
wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik
fisik lainnya.Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau
berdasarkan ciri fisik biologis.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau
somatic.Secara biologis, konsep ras selau dikaitkan dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok
tertentu yang secara genetic memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit,
mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.Pembedaan seperti itu hanya
mewakili factor tampilan luar.
6
(Sugeng HR, 29006). Berdasarkan klasifikasi etnik secara rasional,
bangsa Indonesia adalah heterogen.
7
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara
yuridis diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD’45. Warga negara
tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan
sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan negara Indonesia mengakui adanya prinsip persamaan
kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27
ayat (1) UUD’45 bahwa “segala warga Negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari
warga Negara merupakan ciri utama sebab demokrasi menganut prinsip
persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara warga
Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam
bidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.
8
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain.
9
yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara
berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang
nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di
luar ras sendiri. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap
kelompok subordinasinya. Space goating artinya pengkambinghitaman.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negates dari keragaman adalah
sebagai berikut :
a. Semangat religious;
b. Semangat nasionalisme;
c. Semangat pluralisme;
d. Dialog antar umat beragama
e. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi
dunia.
10
menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan
penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita
Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak
asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan
hukum dan penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan
penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI)
melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden
No. 4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur
nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi
rasial telah berada pada arah yang tepat.
Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku
diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam
rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Kesimpulan
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru,
maka idiom yang harus lebih di ingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan
mestinya harus berbasis pada konsep Bineka Tunggal Ika. Artinya, seklipun
berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupkan, bahwa sesunggunya bangsa ini
berbeda-beda dalam suatu Keraagaman. Kesetaraan bias diwujudkan dengan
dengan pemerataan pembangunan diseluruh wilayah NKRI dan juga keadilan
bidang hokum ( bahwa semua sama di hadapan hokum ). Namun, jangan sampai
kita salah langkah, yang bias berakibat yang sebaliknya : sebuah konflik yang
berkepanjangan.
Oleh karena itu, keragaman dan kestaraan harus ditanamkan sejak dini
kepada generasi muda penerus bangsa.
11
DAFTAR PUSTAKA
12