PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga
pernah
muncul
penindasan,
perendahan,
penghancuran
dan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat keberagaman manusia.
2. Untuk mengetahui hakikat kesetaraan manusia.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur keberagaman dan kesetaraan.
4. Untuk mengetahui contoh keberagaman dan kesetaraan
BAB II
KAJIAN KONSEP
Keragaman berasal dari kata ragam yang berarti macam, jenis, warna,
corak. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2008), ragam berarti
sikap, tingkah laku, cara, macam, jenis, corak, laras (tata bahasa). Selain itu,
keragaman juga menunjukkan adanya banyak macam atau banyak jenis (beraneka
macam). Menurut Senge (2000), dalam teorinya The Fifth Discipline,
kebersamaan dalam keberagaman adalah modal dasar untuk membentuk suatu
organisasi, membentuk penguasaan pribadi yang tangguh, mengembangkan
model mental secara positif, dan membuat visi bersama.
Keragaman bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis
seperti tumbuhan dan hewan. Manusia tetap berjenis satu, yaitu manusia itu
sendiri. Tidak ada jenis lain dari manusia. Keragaman maksudnya bahwa tiap
manusia itu memiliki perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena manusia
memiliki ciri khas tersendiri sebagai makhluk individu, seperti ciri-ciri fisik,
sikap, watak, kelakuan, tempramental dan hasrat.
Manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas sendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat .Jadi, sebagai
manusia pribadi adalah unik dan beragam. Selain makhluk individu, manusia juga
sebagai makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap
kelompok hidup manusia juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup
itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku,
agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan
lain-lain. Keragaman manusia baik dalam tingkat individu maupun di tingkat
masyarakat merupakan realitas atau kenyataan yang mesti kita hadapi dan alami.
Keragaman individual lmaupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,
baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Dengan kata lain, keberadaan manusia satu dengan yang lain menjadi
setara, karena mereka adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Seringkali manusia tidak
mampu mentransformasikan kontradiksi di dalam dirinya bahwa dirinya adalah
menjadi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan orang lain yang sama.
persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Untuk itu,
perlu adanya jaminan agar hak dan kewajiban terlealisasi dan terciptanya
kehidupan yang tertib dan teratur (biasanya jaminan itu tercantum dalam hukum
dasar atau undang-undang yang berlakudalam suatu wilayah/negara). Manusia
bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari
pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan
kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
disbanding makhluk lain. Dalam keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau
kesedarajatan. Artinya, meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam
dan berbeda-beda, tetapi mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak
dan kewajiban yang sama sebagai sesame baik dalam kehidupan pribadi maupun
bermasyarakat.
Perspektif HAM yang sejalan dengan perspektif agama, merupakan dasar
secara hukum, politik, social budaya, ekonomi, dan moral mengenai pernyataan
bahwa pada dasarnya adalah setara dan sederajat, walau ada perbedaan di antara
mereka. Dokumen HAM merupakan dasar yang diakui oleh hampir semua
bangsa di dunia bahwa tidak ada pengecualian- semua manusia adalah sama dan
sederajat. Oleh karena itu segala bentukbentuk perendahan, penindasan, dan
tindakan lain yang bertujuan mendeskriminasi perlu dihilangkan dan dilawan.
Dari uraian diatas secara jelas menyebutkan bahwa manusia pada
hakekatnya adalah sama dan sederajat. Perbedaan secara fisik tidak dapat menjadi
dasar atau legitimasi bagi munculnya tindakan yang bertujuan meniadakan
keberadaan
orang
lain.
Sebab,
dengan
beertindak
meniadakan
atau
menghancurkaan orang lain, sebet ulnya pada saat yang sama sedang terjadi
pengingkaran terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk yang juga berharga.
Justru keragaman itu menjadi penanda bahwa seharusnya dalam kehidupan
bersama satu sama lain bisa saling melengkapi. Seperti mozaik yang terdiri dari
banyak macam kaca dan bisa membentuk sebuah gambar yang bagus, demikian
juga keragaman seharusnya saling mengisi untuk membentuk sebuah kehidupan
masyarakat yang penuh keindahan dan harmoni.
2.
1)Berfungsi edukatif : ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang
2)Berfungsi penyelamat
3)Berfungsi sebagai perdamaian
4)Berfungsi sebagai Social control
5)Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6)Berfungsi transformatif
7)Berfungsi sublimatif
Di indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan sudah
ada beberapa agama yang telah diakui, hal itu merupakan bukti adanya
keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman
manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya. Manusia tidak
dipandai sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar
ketakwaannya.
3.
terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan
kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan
keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu
tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal
ideologi dan politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila
sebagai satu-satunya ideologi.
Belum terarahnya pendidikan politk di kalangan pemuda dan belum
dihayatinya mekanisme demokrasi pancasila maupun lembaga-lembaga
kontitusi, tertib hukum, dan disiplin nasional merupakan hambatan bagi
penyaluran aspirasi generasi muda secara institusional dan konstitusional.
4.
Tatakrama
Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti adat sopan
santun, basa basi pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur
sapa, ucap dan cakapsesuai kaidah atau norma tertentu. Adat terbentuk dari kebiasaan-
tujuan bersama.
meniadakan hirarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan
atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Di Indonesia berbagai konflik antar suku bangsa, antar penganut
keyakinan beragama ataupun antar kelompok telah memakan korban jiwa dan
raga serta harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan
Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan
yang egalitarian dan demokratis.
1. Kerusuhan Sambas
Kerusuhan sambas adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di wilayah
kabupaten Sambas dan sekitarnya. Kerusuhan di Sambas sudah berlangsung
sekitar tujuh kali sejak 1970, namun terakhir pada tahun 1999, merupakan
terbesar dan terakumulasi dari kejengkelan suku Dayak dan Melayu terhadap ulah
oknum-oknum pendatang dari Madura. Akibatnya, orang-orang keturunan
Madura yang sudah bermukim di Sambas sejak awal 1900-an itu ikut
menanggung dosa perusuh.
2. Kerusuhan Sampit
Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia,
berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini
dimulai di Kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi,
termasuk ibi kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi dengan kembali melibatkan
suku Dayak asli dan warga imigram Madura dari Pulau Madura.
3. Kerusuhan Poso
Konflik Poso dilatarbelakangi adanya perbedaan agama antara agama
Islam dan agama Kristen pada tahun 2001 dan lain sebagainya.
10
bahwa semua kelompok manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem hirarki
sosial suatu kelompok. Di dalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi
dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah kelompok
subordinat pada posisi paling bawah. Di antara kelompok-kelompok yang ada,
kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih besar dalam
pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat
mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.
Negara-negara Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis,
budaya, agama dapat disebut sebagai masyarakat multikultural. Berbagai
keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama mengakui
pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan
menghormati kesetaraan adalah plihan terbaik untuk mengantarkan masyaarakat
Indonesia pada pencapaian kemajuan peradabannya. Cita-cita yang mendasari
berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa
Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika,
membekali hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan dan harmoni. Hal
tersebut merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar.
Konstitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang
berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan adalah rujukan yang
melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat warga
negara.
Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan merupakan kekuatan besar
bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara bangsa yang
beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif akan
menghadirkan kehancuran.
Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi dan
saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan proses sekali jadi dan
sesudah itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas masyarakat kebudayaan dituntut
untuk belajar terus-menerus dan berkesinambungan dilakukan. Untuk itu,
penting kita miliki dan kembangkan kemampuan belajar hidup bersama dalam
11
12
e. Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan
terciptamasalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti :
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia
dengandunia lingkungannya.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu
akanmemunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacammacam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras atau sukunya kelompoknya
lebihtinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
1) Semangat Religius
2) Semangat Nasionalisme
3) Semangat Fluralisme
4) Dialog antar umat beragama
5) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antaragama, media, masa, dan harmonisasinya.
Berdirinya Negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk, baik secara etnis, geografis, kultural maupun religius. Manusia secara
kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni. Perbedaan
yang berwujud baik secara fisik maupun mental, seharusnya dijadikan sebuah
potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi.
Tetapi sering kali yang terjadi adalah, perbedaan tersebut justru memicu
ketegangan hubungan antar anggota masyarakat.
13
dapat
dikelompok-kelompokkan
ke
dalam
berbagai
bentuk
14
bangsa berdiri satu dengan lainnya dengan sejajar. Semua suku bangsa saling
memberikan potensi terbaik yang mereka miliki kepada Megara kesatuan RI.
Untuk itulah kita harus membangun bangsa kita, dimulai dari diri kita sendiri,
untuk menjadi unsur terbaik yang bisa memberikan kiprah gemilang menuju citacita besar pula founding fathers kita. Kesetaraan artinya setiap generasi
melaksanakan pembangunan dan diberi kepercayaan penuh, dihargai, di hormati,
dan diberikan pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki.
Dalam prinsip kesetaraan bahwasanya setiap individu, organisasi atau
institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa duduk sama
rendah berdiri sama tinggi dengan yang lain. Kedua belah pihak yang bermitra
mempunyai kedudukan yang sejalar dalam mencapai tujuan yang disepakati.
Bagaimanapun besarnya suatu institusi atau organisasi dan bagaimanapun
kecilnya suatu institusi atau organisasi, apabila telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa sama dan sejajar. Karena itu, dalam kemitraana asas toleransi,
kerjasama, saling timbal balik, harmonis, dan keterbukaan harus terus dijunjung
tinggi. Dalam prinsip kesetaraaan tidak bolehterjadi ada satu anggota
memaksakan kehendaknya kepada anggota yang lain karena misalnya merasa
lebih terhormat atau lebih tinggi kedudukannya, sehingga anggota atau komuitas
lainnya merasa terdiskriminasi dan tertindas oleh dominasi anggota atau
komunitas lainnya.
Kesetaraan adalah komitmen bersama yang perlu untuk terus dipupuk dan
dikembangkan dalam proses berbangsa dan bernegara di NKRI kita. Dengan
prinsip kesetaraan tersebut diharapkan kita kembali memperlihatkan jati diri dan
harga diri sebagai bangsa (self-nation-esteem) menghadapi berbagai persoalan
kebangsaan yang terus-menerus datang di dsetiap zaman. Dengan prinsip
kesetaraan kita bisa membangun kemitraan yang kokoh untuk kemudian saling
berinteraksi, bersosialisasi dan berekspresi satu dengan lainnya. Tidak ada
masyarakat yang seragam. Setiap kelompok, baik di tingkat negara maupun di
tingka komunitas, dibangun atas berbagai macam identitas. Untuk dapat
berfungsi dengan baik, kelompok tersebut harus mampu mengenali dan
mengelola keragaman yang ada. Secara mudah, identitas dapat diartikan sebagai
ciri yang melekat atau dilekatkan pada seseorang atau sekelompok orang.
15
Beberapa identitas, misalnya ras dan usia, cenderung bersifat given. Beberapa
lainnya lebih merupakan pilihan, seperti agama, ideologi, afiliasi politik, dan
profesi.
Di samping itu, ada pula identitas yang terkait dengan pencapaian, seperti
pemenang/pecundang, kaya/miskin, pintar/bodoh.Ada kalanya, sebuah identitas
terkesan lebih mencolok atau berarti dibanding lainnya. Sebelum penghapusan
politik Apartheid misalnya, warna kulit menjadi identitas pembeda yang paling
mencolok di Afrika Selatan. Pasca tragedi WTC, identitas Muslim/nonMuslim
yang sebelumnya tidak terlalu mendapat perhatian menjadi penting bagi
masyarakat Amerika Serikat.Identitas agama dan etnisitas biasanya mendapatkan
perhatian lebih. Bisa jadi, ini karena keduanya dianggap lebih rawan konflik
dibandingkan identitas lain.
Padahal,
keragaman
status
social
(kaya/miskin,
ningrat/jelata,
a. Tirani mayoritas
Dalam kelompok yang komposisi mayoritas-minoritasnya mencolok,
mekanisme-mekanisme pengambilan keputusan yang menekankan pada jumlah
16
b. Ketidakterwakilan
Ada banyak hal yang menyebabkan ketidakterwakilan. Di antaranya adalah
keberadaan minoritas atau kaum lemah yang tidak nampak, sehingga mereka
tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, atau aspirasi mereka tidak
dianggap penting. Rapat desa misalnya, biasanya hanya mengundang laki-laki
dewasa. Contoh lain adalah pengambilan keputusan di lingkungan kampus atau
asrama
yang
tidak
dikonsultasikan
dengan
mahasiswa
atau
penghuni
asrama. Sistem dan sarana (publik) yang tidak ramah guna Umumnya, proses
merancang sistem dan sarana (publik) hanya disesuaikan dengan kebutuhan
mayoritas atau kaum kuat. Hal ini dapat dilihat dari loket pelayanan, letak telfon
di box telfon umum, serta lubang kotak pos yang terlalu tinggi untuk jangkauan
anak-anak atau pengguna kursi roda.
c. Mengelola Keragaman
Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain dapat dilakukan dengan:
1) mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain
2) mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan
identitas
17
18
BAB III
KERANGKA TEORI
Hakikat Kegeragaman
Hakikat Kesetaraan
Manusia
Manusia
Menurut KBBI
Menurut Senge
(2000)
keberagaman
modal
adalah
dasar
membentuk
organisasi,
KBBI
untuk
suatu
membentuk
Martin
Buber
saya-engkau
manusia
memahami
menjadi
identitasnya
sebagai
Engkau,
19
BAB IV
PEMBAHASAN (CRITICAL THINKING)
20
berbagai
konflik
antarsukubangsa,
antarpenganut
keyakinan
keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta
harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Jika
kita sebagai bangsa Indonesia haruslah menanamkan pada diri sendiri bahwa
setiap manusia yang dilahirkan itu sama dan setara. Tidak ada yang lebih tinggi
derajatnya antara seseorang dengan orang lain. Berpikir positif dapat membuat
segala perbedaan menjadi mebuatkita semakin mengenal satu dengan yang lain,
bukan membuat kita saling menghancurkan satu dengan yang lain.
21
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas sendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat .Jadi, sebagai
manusia pribadi adalah unik dan beragam. Jika dikaitkan dengan keragamaan,
maka kesetaraan memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perbedaan
dan keragaman yang ada, manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan
satu tingkatan hierarki, apalagi jika dihubungkan dengan manusia sebagai
makhluk Tuhan, dimana manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Hal yang membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia
tersebut terhadap Tuhan. Kesetaraan/kesederajatan adalah suatu sikap mengakui
adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai
sesama manusia. Untuk itu, perlu adanya jaminan agar hak dan kewajiban
terlealisasi dan terciptanya kehidupan yang tertib dan teratur (biasanya jaminan
itu tercantum dalam hukum dasar atau undang-undang yang berlakudalam suatu
wilayah/negara).
5.2 Saran
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi / kelompok manusia harus memiliki kesadaran diri terhadap realita
yang berkembang di tengah masyarakat sehingga dapat menghindari masalah
yang berpokok pangkal dari keragaman dan keserataan sebagai sifat dasar
manusia.
Daftar Pustaka
23
Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta Timur:
Bumi aksara
Elly M Setiadi dkk.
Prenada Media
Juliardi, Budi. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. dkk. 2010. Imu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media
24