PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau
sesuai dengan porsinya, adil tidak harus merata berlaku bagi semua orang tetapi sifatnya sangat
subjektif.
Keadilan bisa juga diartikan sebagai adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar sesama
mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.
Dengan adanya keadilan, maka kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara
menjadi lebih baik lagi. Keadilan diperlukan di segala bidang kehidupan baik itu hukum,
ekonomi dan lain sebagainya. Hilangnya keadilan dapat memunculkan berbagai masalah di
tengah masyarakat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), keadilan adalah sifat (perbuatan,
perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut KBBI
adalah sebagai berikut :
(a) anggota masyarakat yang terpinggirkan, terdiskriminasi, dan kurang diuntungkan (prinsip
perbedaan)
(b) jabatan dan posisi dipastikan terbuka bagi semua orang di mana mereka memiliki kesempatan
yang setara dan adil.
Oleh karena itu, cuti menstruasi dan cuti melahirkan atau membangun jalan landai di
ruang publik bukanlah kekhususan atau keistimewaan melainkan hak mereka mendapatkan
fasilitas yang sesuai dengan tubuh dan kemampuan mereka yang berbeda agar dapat
berpartisipasi dalam masyarakat dan menikmati hasil pembangunan yang sama.
1
Tidak semua orang “melihat” dengan mata, sebagian “melihat” dunia melalui suara, kulit
(meraba), dan tongkat. Tidak semua orang “berjalan” dengan kaki, sebagian “berjalan” dengan
tongkat, kaki buatan, tangan, atau roda. Dalam hal gender, tubuh yang berbeda berdampak pada
pembagian kerja, akses pada fasilitas kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Undang-undang
diperlukan untuk memastikan bahwa keberagaman tubuh dan peran sosial yang dipilih akan
dilindungi oleh negara meskipun tubuh dan pilihan tersebut tidak dihargai dalam keluarga atau
tradisi.
2. PENGERTIAN KESETARAAN
Kesetaraan sosial adalah tata politik sosial dimana semua orang yang berada dalam suatu
masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama tidak ada yang berbeda sama
sekali.
Baik persamaan dalam mendapatkan keamanan, mendapatan hak yang sama di bawah
hukum, kebebasan untuk berbicara dan berkumpul. Selain itu ada lagi berbagai hak yang harus
dipenuhi agar kesetaraan sosial antara kaum yang berkuasa dan kaum yang lemah dapat
terlaksana, yaitu hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mendapatkan perawatan
kesehatan dan pengamanan sosial lainnya yang sama pada seluruh lapisan masyarakat.
Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama dan tidak
ada yang lebih tinggi atau lebih rendah antara satu sama lain. Bagi manusia bermakna bahwa
manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki tingkatan dan
kedudukan yanhg sama, terlebih di mata Tuhan.
Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007; 82), definisi pendidikan inklusi adalah sekolah
harus mencakup semua anak-anak tanpa melihat kondisi fisik, intelektual, sosial emosional,
linguistik atau lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat. Anak-anak
jalanan dan pekerja anak dari perubahan atau berpindah-pindah. Anak-anak yang berasal dari
2
populasi, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari daerah atau kelompok yang kurang
beruntung atau termajinalisasi.
Menurut (Lay Kekeh Marthan, 2007: 145) Pengertian pendidikan inklusi adalah sebuah
pelayanan pendidik dan bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah reguler (SD,
SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar atau
berkesulitan belajar lainnya.
1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-
ragaman dan menghargai perbedaan.
2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan
pembelajaran yang bersifat individual.
4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.
3
3.3 Implementasi Pendidikan Inlusif Di Indonesia
Sejak tahun 2001, pemerintah mulai uji coba perintisan sekolah inklusi seperti di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12 sekolah didaerah Gunung Kidul dan di Provinsi daerah
Khusus Ibukota Jogyakarta dengan 35 sekolah. Pada sekolah sekolah reguler yang dijadikan
perintis itu memang diuntukkan anak-anak lambat belajar dan anak-anak sulit belajar sehingga
perlu mendapat pelayanan khusus. Karena masih dalam tahap rintisan sampai sekarang belum
ada informasi yang berarti dari sekolah-sekolah tersebut.
Menurut Prof. Dr. Fawzie Aswin Hadi (Universitas Negeri Jakarta) mengisahkan sekolah
Inklusi (SD. Muhamadiyah di Gunung Kidul) sekolah ini punya murid 120 anak, 2 anak laki-laki
diantaranya adalah Tuna Grahita, dua anak ini dimasukan oleh kedua ibunya ke kelas I karena
mau masuk SLBC lokasinya jauh dari tempat tinggalnya yang di pegunungan. Keluarga ini
tergolong keluarga miskin oleh sebab itu mereka memasukkan anak-anaknya ke SD.
Muhamadiyah. Perasaan mereka sangat bahagia dan bangga bahwa kenyataannya anak mereka
diterima sekolah. Satu anak tampak berdiam diri dan cuek, sedang satu lagi tampak ceria dan
gembira, bahkan ia menyukai tari dan suka musik, juga ia ramah dan bermain dengan teman
sekolahnya yang tidak cacat. Gurunya menyukai mereka, mengajar dan mendidik mereka dengan
mengunakan modifikasi kurikulum untuk matematika dan mata pelajaran lainnya, evaluasi
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Hal yang sangat penting disini yang berkaitan dengan
guru adalah anak Tuna Grahita dapat menyesuaikan diri dengan baik, bahagia dan senang di
4
sekolah. Ini merupakan potret anak Tuna Grahita di tengah-tengah teman sekelas yang sedang
belajar.
Di Indonesia telah dilakukan Uji coba dibeberapa daerah sejak tahun 2001, secara formal
pendidikan inklusi dideklarasikan di Bandung tahun 2004 dengan beberapa sekolah reguler yang
mempersiapkan diri untuk implementasi pendidikan inklusi. Awal tahun 2006 ini tidak ada
tanda-tanda untuk itu, informasi tentang pendidikan inklusi tidak muncul kepada publik, isu ini
tenggelam ketika isu menarik lainnya seperti biaya operasional sekolah, sistem SKS SMA dan
lain-lain.
Alokasi waktu,
Isi/materi kurikulum,
Proses belajar-mengajar,
Sarana prasarana,
Pengelolaan kelas.
5
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada kecepatan belajar siswa.
Misalnya materi pelajaran (pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum
Sekolah Dasar) diperkirakan alokasi waktunya selama 6 jam.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal (anak
berbakat) dapat dimodifikasi menjadi 4 jam.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat
dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam;
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak
lamban belajar) dapat dimodifikasi menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita
menjadi 18 jam, atau lebih; dan seterusnya.
B. Modifikasi isi/materi
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam) dan/atau ditambah
materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum sekolah reguler, tetapi materi tersebut dianggap
penting untuk anak berbakat.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan
sedikit.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak
lamban belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau
diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu.
Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi,
dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal
Menggunakan pendekatan student centerred, yang menekankan perbedaan individual setiap anak
6
berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair. Melalui kompetisi, anak akan
berusaha seoptimal mungkin untuk berprestasi yang terbaik, “aku-lah sang juara”.
Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak negatifnya, yakni
mungkin “ego”-nya akan berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois.Untuk
menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu diimbangi dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif.
Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang bertipe
auditoris; ada pula yang bertipe kinestetis).
Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera penglihatan.Tipe
auditoris, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera pendengaran.Tipe kinestetis,
yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera perabaan/gerakan.Guru hendaknya tidak
monoton dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang memiliki tipe belajar
tertentu saja.
Pendidikan alternatif adalah segala macam pendidikan yang Berbeda dari bentuk
pendidikan tradisional. Jadi pada model pendidikan alternatif, tidak terikat dengan satu sekolah
dan biasanya kurikulumnya pun disesuaikan, tidak sama dengan sekolah pada umumnya.
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan
yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif
memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya berisfat individual, memberi perhatian besar kepada
7
peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan
pengalaman.
Kata alternatif dalam Kamus Bahasa Indonesia, adalah pilihan yang merupakan
keharusan. Jadi pendidikan alternatif bisa dikatakan usaha atau proses pengubahan sikap dan tata
laku yang menjadikan keharusan bagi seseorang atau sekelompok dalam mendewasakan manusia
melalui pengajaran atau pelatihan.
Sehingga istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik yang meliputi sejumlah
besar program atau cara pemberdayaan peserta didik yang dilakukan berbeda dengan cara
tradisional. Secara umum berbagai bentuk pendidikan alternatif itu mempunyai tiga kesamaan,
yaitu pendekatannya yang lebih bersifat individual, memberikan perhatian lebih besar kepada
peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik, serta yang dikembangkan berdasarkan minat dan
pengalaman.
1. Pendidikan Terpadu
Pendidikan indonesia dari dulu sampai saat ini masih terkesan atau jelas-jelas berjalan
secara parsial dan terpisah-pisah tanpa adanya koordinasi yang jelas dari pemerintah. Parsialisasi
ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan oleh beberapa departemen,
misalnya Departemen Pertahanan mempunyai AKABRI, AKPOL, dll. Departemen Keuangan
mempunyai STAN, Departemen dalam Negri mempunyai STPMD, dan Departemen Kehakiman
mempunyai AKIP. Dasar pemikiran pendirian lembaga-lembaga pendidikan tersebut adalah
untuk pemberdayaan sumber daya manusia masing-masing departemen. Pendirian ini
8
berimplikasi pada kesan misskoordinasi sistem pendidikan Nasional serta menyebabkan
munculnya bibit-bibit egoisme masing-masing departemen tersebut. Oleh karena itulah perlunya
penyatuan visi lembaga-lembag tersebut dalam satu payung, dan inilah yang disebut pendidikan
nasional terpadu.
b. Pendidikan nasional terpadu secara politik merupakan strategi nasional pemerintah yang
sedang berkuasa dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk melepaskan diri
dari ketergantungan dalam bentuk apapun dari negara lain.
2. Madrasah Terpadu.
Pendidikan Indonesia saat ini masih mementingkan pendidikan yang bersifat dan beridiologi
materialisme-kapitalis (secara teoritis tidak nampak). Dalam masalah kurikulum misalnya
diarahkan kepada kurikulum uyang memberikan bekal kepada peserta didik untuk mampu
mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang sangat besar, dan untuk
mengikutinya harus mengeluarkan uang banyak. Dan ini berdampak pada kurangnya perhatian
kepada moralitas peserta didik tersebut. Oleh karena itulah diperlukannya sebuah sistem
pendidikan yang mampu mengakomodir antara kebutuhan jasmani (intelektual) dan Rohani
(moralitas).
Salah satu model pendidikan terpadu yang dirancang sesuai dengan visi pendidikan Islam adalah
konsep madrasah terpadu. Madrasah dalam beberapa jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah
pada dasarnya mengandung potensi dan kekuatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainya.
Konsep madrasah terpadu dikembangkan atas dasar prinsip pemikiran, antara lain:
1. Menerapkan pendidikan madrasah secara berkelanjutan selama 12 tahun, mulai dari Ibtidaiyah
sampai dengan Aliyah .
9
2. Mewujudkan pendidikan madrasah yang memadukan mata pelajaran umum dengan mata
pelajaran agama secara tuntas. Pemaduan kedua mata pelajaran itu menambah beban yang sangat
berat bagi madrasah, meskipun diharapkan dapat tercapai secara optimal.
Dengan prinsip ketiga ini madrasah berusaha mewujudkan keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan Tekhnologi dengan Iman dan Taqwa.
Perwujudan madrasah terpadu menuntut adanya manajemen pada setiap madrasah yang solid dan
satu sama lain saling membantu. Perencanaan kebutuhan pendidikan bagi madrasah dari berbagai
jenjang dalam satu lokasi itu dapat dilakukan secara bersama. Begitu juga dalam hal kurikulum,
konsep madrasah terpadu mengusahakan adanya integrasi dan penyelarasan kurikulum dari
ketiga jenjang madrasah tersebut.
Kehadiran madrasah terpadu ini ditawarkan untuk saling mengisi, mengembangkan dan
membatasi antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama. Dengan demikian akan lahirlah
pribadi-pribadi yang berimbang yaitu yang menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan sekaligus manusia yang terus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena salah satu
faktor penyebab atau biang keladi terjadi dan berkembangnya krisis multidimensional negara
Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat “amburadul” dan tidak “karu-karuan”.
Untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional, maka pemerintah perlu mengambil langkah-
langkah pembaharuan secara substansial baik dari dalam bidang manajemen, perencanaan,
sampai pada praksis pendidikan ditingkat makro. Berikut ini adalah usulan mengenai langkah-
langkah reformasi pendidikan untuk masa depan.
1. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi bangsa
sehingga memungkinkan terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara
demokratis.
3. Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada pengembangan potensi dan kreativitas
siswa dalam totalitasnya.
10
5. Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai agar
dapat mengembangkan program-program yang berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi,
efisiensi, dan pemerataan.
6. Guru harus diberdayakan secara sistematik dengan emlihat aspek-aspek antara lain;
kesejahteraan, rekrutmen dan penempatan, pembinaan dan pengembangan karier dan
perlindungan Profesi.
7. Perlunya penetapan model rekruitmen pejabat pendidikan secara profesional sehingga dapat
memperoleh the right man in the right Place
8. System pendidikan nasional yang menyeimbangkan antara pendidikan sekolah dan luar
sekolah.
Saat ini pemerintah memiliki program pendidikan nasional yang amat strategis, yaitu
peningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas pendidikan. Dari program itu memang bisa
diyakinkan bahwa pendidikan nasional kita secara makro cukup menjanjikan bagi penyediaan
sumber daya manusia yang benar-benar kompetitif. Namun demikian, pelaksanaan program itu
tidak semudah rumusannya. Untuk dapat meningkatkan relevansi, eisiensi dan kualitas
pendidikan, kita harus melakukan inovasi dunia pendidikan dalam arti yang luas secara terus
menerus dengan langkah-langkah seperti yang diungkapkan diatas.
11
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup individu atau
masyarakat. Baik buruknya kualitas pendidikan menjadi faktor penentu baik buruknya kualitas
masyarakat.
SARAN
Permasalahan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan indonesia saat ini adalah kurang
berfungsinya pendidikan naional dalam meningkatkan sumber daya manusia indonesia untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional yang berbasis sumber daya alam indonesia. Mode
penyeragaman pendidikan sangat tepat dikembangkan pemerintah bagi komunitas pengguna
pendidikan yang homogen atau berorientasi pada kebutuhan peserta didik atau pengguna yang
sama.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://pkn-ips.blogspot.com/2015/08/pengertian-keadilan.html
https://cynthiadevinapynki.wordpress.com/2016/06/01/makalah-pendidikan-inklusi/
http://www.academia.edu/5611095/Sistem_Pendidikan_Alternatif_di_Indonesia
https://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/
http://blog.unnes.ac.id/warungilmu/2015/12/17/kesetaraan-dan-hubungannya-dengan-perubahan-
sosial-budaya-antropologi-sma-kelas-xi/
13