Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KEADILAN

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau
sesuai dengan porsinya, adil tidak harus merata berlaku bagi semua orang tetapi sifatnya sangat
subjektif.

Keadilan bisa juga diartikan sebagai adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar sesama
mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

Dengan adanya keadilan, maka kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara
menjadi lebih baik lagi. Keadilan diperlukan di segala bidang kehidupan baik itu hukum,
ekonomi dan lain sebagainya. Hilangnya keadilan dapat memunculkan berbagai masalah di
tengah masyarakat.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), keadilan adalah sifat (perbuatan,
perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut KBBI
adalah sebagai berikut :

 Sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak,

 Berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran

 Sepatutnya; tidak sewenang-wenang

Keadilan harus berpihak kepada :

(a) anggota masyarakat yang terpinggirkan, terdiskriminasi, dan kurang diuntungkan (prinsip
perbedaan)

(b) jabatan dan posisi dipastikan terbuka bagi semua orang di mana mereka memiliki kesempatan
yang setara dan adil.

Oleh karena itu, cuti menstruasi dan cuti melahirkan atau membangun jalan landai di
ruang publik bukanlah kekhususan atau keistimewaan melainkan hak mereka mendapatkan
fasilitas yang sesuai dengan tubuh dan kemampuan mereka yang berbeda agar dapat
berpartisipasi dalam masyarakat dan menikmati hasil pembangunan yang sama.

1
Tidak semua orang “melihat” dengan mata, sebagian “melihat” dunia melalui suara, kulit
(meraba), dan tongkat. Tidak semua orang “berjalan” dengan kaki, sebagian “berjalan” dengan
tongkat, kaki buatan, tangan, atau roda. Dalam hal gender, tubuh yang berbeda berdampak pada
pembagian kerja, akses pada fasilitas kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. Undang-undang
diperlukan untuk memastikan bahwa keberagaman tubuh dan peran sosial yang dipilih akan
dilindungi oleh negara meskipun tubuh dan pilihan tersebut tidak dihargai dalam keluarga atau
tradisi.

2. PENGERTIAN KESETARAAN

Kesetaraan sosial adalah tata politik sosial dimana semua orang yang berada dalam suatu
masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama tidak ada yang berbeda sama
sekali.

Baik persamaan dalam mendapatkan keamanan, mendapatan hak yang sama di bawah
hukum, kebebasan untuk berbicara dan berkumpul. Selain itu ada lagi berbagai hak yang harus
dipenuhi agar kesetaraan sosial antara kaum yang berkuasa dan kaum yang lemah dapat
terlaksana, yaitu hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mendapatkan perawatan
kesehatan dan pengamanan sosial lainnya yang sama pada seluruh lapisan masyarakat.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama dan tidak
ada yang lebih tinggi atau lebih rendah antara satu sama lain. Bagi manusia bermakna bahwa
manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki tingkatan dan
kedudukan yanhg sama, terlebih di mata Tuhan.

Tingkatan atau kedudukan seorang manusia sebenarnya bersumber dari pandangan


bahwa semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama tanpa adanya perbedaan. Serta
manusia merupakan mahkluk mulia dan tinggi derajatnya bila dibandingakan dengan mahkluk
lain ciptaan Tuhan.

3. PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSI

Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-


anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. (UU No 20
tahun 2003, Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab itu inklusi adalah hak asasi manusia atas pendidikan. Hal
yang logis dari hak ini adalah semua anak memiliki hak untuk menerima pendidikan yang tidak
mendiskriminasikan dengan kecacatan, masalah, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan
lain-lain.

Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007; 82), definisi pendidikan inklusi adalah sekolah
harus mencakup semua anak-anak tanpa melihat kondisi fisik, intelektual, sosial emosional,
linguistik atau lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat. Anak-anak
jalanan dan pekerja anak dari perubahan atau berpindah-pindah. Anak-anak yang berasal dari
2
populasi, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari daerah atau kelompok yang kurang
beruntung atau termajinalisasi.

Menurut (Lay Kekeh Marthan, 2007: 145) Pengertian pendidikan inklusi adalah sebuah
pelayanan pendidik dan bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah reguler (SD,
SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar atau
berkesulitan belajar lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah pelayananpendidikan untuk


peserta didik yang berkebutuhan khusus tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial
emosional, linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama-sama mendapatkan pelayanan
pendidikan di sekolah regular (SD, SMP, SMU, maupun SMK).

3.1 Tujuan Dan manfaat Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-


sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler
yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusi menuntut pihak
sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan,
maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik.
Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusi sekaligus menghilangkan
sikap dan nilai yang diskriminatif.

Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan


lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan
mengapa mereka tidak sekolah.Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik,
sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.Melibatkan masyarakat dalam
melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.

3.2 Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-
ragaman dan menghargai perbedaan.

2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan
pembelajaran yang bersifat individual.

3. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.

4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

3
3.3 Implementasi Pendidikan Inlusif Di Indonesia

Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada tanggal 11


agustus 2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk
mempersiapkan pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat anak. Setiap
penyandang cacat berhak memperolah pendidikan pada semua sektor, jalur, jenis dan jenjang
pendidikan (Pasal 6 ayat 1). Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh
kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang
penyandang cacat).

Disamping pendidikan atau sekolah reguler, pemerintah dan badan-badan swasta


menyelenggarakan pendidikan atau sekolah khusus yang biasa disebut Sekolah Luar Biasa (SLB)
untuk melayani beberapa jenis kecacatan. Tidak seperti sekolah reguler yang tersebar luas baik di
daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. SLB dan SDLB sebagian besar berlokasi di
perkotaan dan sebagian kecil sekali yang berlokasi di pedesaan. Penyandang cacat anak untuk
menjangkau SLB atau SDLB relatif sangat jauh hingga memakan biaya cukup tinggi yang tidak
terjangkau penyandang cacat anak dari pedesaan. Ini pula masalah yang dapat diselesaikan oleh
pendidikan atau sekolah inklusi, di samping memecahkan masalah golongan penyandang cacat
yang merata karena diskriminasi sosial, karena dari sejak dini tidak bersama, berorientasi dengan
yang lain.

Sejak tahun 2001, pemerintah mulai uji coba perintisan sekolah inklusi seperti di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12 sekolah didaerah Gunung Kidul dan di Provinsi daerah
Khusus Ibukota Jogyakarta dengan 35 sekolah. Pada sekolah sekolah reguler yang dijadikan
perintis itu memang diuntukkan anak-anak lambat belajar dan anak-anak sulit belajar sehingga
perlu mendapat pelayanan khusus. Karena masih dalam tahap rintisan sampai sekarang belum
ada informasi yang berarti dari sekolah-sekolah tersebut.

Menurut Prof. Dr. Fawzie Aswin Hadi (Universitas Negeri Jakarta) mengisahkan sekolah
Inklusi (SD. Muhamadiyah di Gunung Kidul) sekolah ini punya murid 120 anak, 2 anak laki-laki
diantaranya adalah Tuna Grahita, dua anak ini dimasukan oleh kedua ibunya ke kelas I karena
mau masuk SLBC lokasinya jauh dari tempat tinggalnya yang di pegunungan. Keluarga ini
tergolong keluarga miskin oleh sebab itu mereka memasukkan anak-anaknya ke SD.
Muhamadiyah. Perasaan mereka sangat bahagia dan bangga bahwa kenyataannya anak mereka
diterima sekolah. Satu anak tampak berdiam diri dan cuek, sedang satu lagi tampak ceria dan
gembira, bahkan ia menyukai tari dan suka musik, juga ia ramah dan bermain dengan teman
sekolahnya yang tidak cacat. Gurunya menyukai mereka, mengajar dan mendidik mereka dengan
mengunakan modifikasi kurikulum untuk matematika dan mata pelajaran lainnya, evaluasi
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Hal yang sangat penting disini yang berkaitan dengan
guru adalah anak Tuna Grahita dapat menyesuaikan diri dengan baik, bahagia dan senang di
4
sekolah. Ini merupakan potret anak Tuna Grahita di tengah-tengah teman sekelas yang sedang
belajar.

Di Indonesia telah dilakukan Uji coba dibeberapa daerah sejak tahun 2001, secara formal
pendidikan inklusi dideklarasikan di Bandung tahun 2004 dengan beberapa sekolah reguler yang
mempersiapkan diri untuk implementasi pendidikan inklusi. Awal tahun 2006 ini tidak ada
tanda-tanda untuk itu, informasi tentang pendidikan inklusi tidak muncul kepada publik, isu ini
tenggelam ketika isu menarik lainnya seperti biaya operasional sekolah, sistem SKS SMA dan
lain-lain.

3.4 Lingkup Pengembangan Kurikulum

Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler (kurikulum


nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak
berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat
kecerdasannya.

Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap:

 Alokasi waktu,

 Isi/materi kurikulum,

 Proses belajar-mengajar,

 Sarana prasarana,

 lingkungan belajar, dan

 Pengelolaan kelas.

3.5 Pengembang Kurikulum

Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim


Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar
Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar
Biasa (Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi (Kepala SD Inklusi)
dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan. Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan:

A. Modifikasi alokasi waktu

5
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada kecepatan belajar siswa.
Misalnya materi pelajaran (pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum
Sekolah Dasar) diperkirakan alokasi waktunya selama 6 jam.

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal (anak
berbakat) dapat dimodifikasi menjadi 4 jam.

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat
dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam;

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak
lamban belajar) dapat dimodifikasi menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita
menjadi 18 jam, atau lebih; dan seterusnya.

B. Modifikasi isi/materi

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam) dan/atau ditambah
materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum sekolah reguler, tetapi materi tersebut dianggap
penting untuk anak berbakat.

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan
sedikit.

Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak
lamban belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau
diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu.

C. Modifikasi Proses Belajar-Mengajar

Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi,
dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal
Menggunakan pendekatan student centerred, yang menekankan perbedaan individual setiap anak

D. Lebih terbuka (divergent)

Memberikan kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas


heterogen, sehingga mungkin ada anak yang saling bergerak kesana-kemari, dari satu kelompok
ke kelompok lain.

Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan


pembelajaran kooperatif. Melalui pendekatan pembelajaran kompetitif anak dirangsang untuk

6
berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair. Melalui kompetisi, anak akan
berusaha seoptimal mungkin untuk berprestasi yang terbaik, “aku-lah sang juara”.

Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak negatifnya, yakni
mungkin “ego”-nya akan berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois.Untuk
menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu diimbangi dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif.

Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif, setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama


dan kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan tugas
dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan kerjasama dalam
kelompok ini yang dinilai. Dengan cara ini sosialisasi anak dan jiwa kerjasama serta saling
tolong menolong akan berkembang dengan baik.

Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang bertipe
auditoris; ada pula yang bertipe kinestetis).

Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera penglihatan.Tipe
auditoris, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera pendengaran.Tipe kinestetis,
yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera perabaan/gerakan.Guru hendaknya tidak
monoton dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang memiliki tipe belajar
tertentu saja.

4. PENGERTIAN PENDIDIKAN ALTERNATIF

Pendidikan alternatif adalah segala macam pendidikan yang Berbeda dari bentuk
pendidikan tradisional. Jadi pada model pendidikan alternatif, tidak terikat dengan satu sekolah
dan biasanya kurikulumnya pun disesuaikan, tidak sama dengan sekolah pada umumnya.

Menurut sumber lain pendidikan alternatif Juga Termasuk pendidikan informal.


Pendidikan Alternatif juga diadakan di seluruh dunia. Mulai dari Inggris, Amerika, sampai Korea
Selatan. pendidikan alternatif di indonesia menjadi pelengkap pendidikan formal yang Tidak
semuanya orang di Indonesia Merasa cocok. pendidikan alternatif Terdiri Dari 4 kategori yaitu,
taman bacaan, sanggar, sekolah alam, sama homeschooling.

Salah satu sekolah alternatif yang berkembang di Indonesia adalah homeschooling.


seiring berkembangnya kesadaran baca, makin banyak juga taman baca yang tumbuh, Dan sudah
banyak variasi dan pelayanan menariknya.

Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan
yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif
memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya berisfat individual, memberi perhatian besar kepada

7
peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan
pengalaman.

Pemikiran tentang pendidikan alternatif bermula dari kritik-kritik Rowo Mangun


terhadap bentuk pendidikan yang sejak berlakunya kurikulum 1974, berkembang hingga
kurikulum 1994.

Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan


mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati,
pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan
untuk kaum marjinal pun demikian. Dimana konsep link and macth yang digembar-gemborkan
oleh pemerintah orde baru dalam pendidikan hanya menghasilkan sekrup-sekrup kapitalis yang
dibuat hanya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam mesin industri.

Kata alternatif dalam Kamus Bahasa Indonesia, adalah pilihan yang merupakan
keharusan. Jadi pendidikan alternatif bisa dikatakan usaha atau proses pengubahan sikap dan tata
laku yang menjadikan keharusan bagi seseorang atau sekelompok dalam mendewasakan manusia
melalui pengajaran atau pelatihan.

Sehingga istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik yang meliputi sejumlah
besar program atau cara pemberdayaan peserta didik yang dilakukan berbeda dengan cara
tradisional. Secara umum berbagai bentuk pendidikan alternatif itu mempunyai tiga kesamaan,
yaitu pendekatannya yang lebih bersifat individual, memberikan perhatian lebih besar kepada
peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik, serta yang dikembangkan berdasarkan minat dan
pengalaman.

Dalam proses pendidikan, Situasi pendidikan merupakan peristiwa berlangsungnya, yakni


ketika terjadi gejala-gejala proses pendidikan seperti pendidik yang mentransfer nilai-nilai
tanggungjawab sampai menyiapkan anak didik untuk kehidupan di masyarakat. Hal ini
memerlukan situasi yang kondusif dan berkelanjutan. Menurut H. Oong Komar, bertolak dari
fungsi situasi proses pendidikan, ada dua landasan yang menjadi patokan yakni landasan fitrah
insani, dan landasan semangat batin.

1. Pendidikan Terpadu

Pendidikan indonesia dari dulu sampai saat ini masih terkesan atau jelas-jelas berjalan
secara parsial dan terpisah-pisah tanpa adanya koordinasi yang jelas dari pemerintah. Parsialisasi
ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan oleh beberapa departemen,
misalnya Departemen Pertahanan mempunyai AKABRI, AKPOL, dll. Departemen Keuangan
mempunyai STAN, Departemen dalam Negri mempunyai STPMD, dan Departemen Kehakiman
mempunyai AKIP. Dasar pemikiran pendirian lembaga-lembaga pendidikan tersebut adalah
untuk pemberdayaan sumber daya manusia masing-masing departemen. Pendirian ini
8
berimplikasi pada kesan misskoordinasi sistem pendidikan Nasional serta menyebabkan
munculnya bibit-bibit egoisme masing-masing departemen tersebut. Oleh karena itulah perlunya
penyatuan visi lembaga-lembag tersebut dalam satu payung, dan inilah yang disebut pendidikan
nasional terpadu.

Pendidikan nasional terpadu artinya memberikan kesempatan kepada masyarakat


Indonesia seluruhnya untuk mengembangkan minat, bakat, potensi, kreativitas dan keterampilan
yang kemudian didukung dan diakui oleh dunia industri dan pemerintah dengan aturan hukum
yang jelas dan tegas. Karena sejauh ini pendidikan nasional tidak pernah bersahabat dengan
dunia industri.sebagai kekuatan utama dalam pendidikan nasional, maka pendidikan nasional
terpadu ini mencakup seluruh disiplin keilmuan yang berkembang saat ini. Adapun praktek
pendidikan terpadu dapat digambarkan secara ringkas sebagi berikut:

a. Adanya penyatuan payung pendidikan nasional dalam satu departemen.

b. Pendidikan nasional terpadu secara politik merupakan strategi nasional pemerintah yang
sedang berkuasa dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk melepaskan diri
dari ketergantungan dalam bentuk apapun dari negara lain.

c. Politik pendidikan dalam rangka pemberdayaan seluruh masyarakat Indonesia dan


penanaman moralitas merupakan sasaran dan tujuan utama pendidikan nasional terpadu.

2. Madrasah Terpadu.

Pendidikan Indonesia saat ini masih mementingkan pendidikan yang bersifat dan beridiologi
materialisme-kapitalis (secara teoritis tidak nampak). Dalam masalah kurikulum misalnya
diarahkan kepada kurikulum uyang memberikan bekal kepada peserta didik untuk mampu
mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang sangat besar, dan untuk
mengikutinya harus mengeluarkan uang banyak. Dan ini berdampak pada kurangnya perhatian
kepada moralitas peserta didik tersebut. Oleh karena itulah diperlukannya sebuah sistem
pendidikan yang mampu mengakomodir antara kebutuhan jasmani (intelektual) dan Rohani
(moralitas).

Salah satu model pendidikan terpadu yang dirancang sesuai dengan visi pendidikan Islam adalah
konsep madrasah terpadu. Madrasah dalam beberapa jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah
pada dasarnya mengandung potensi dan kekuatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainya.

Konsep madrasah terpadu dikembangkan atas dasar prinsip pemikiran, antara lain:

1. Menerapkan pendidikan madrasah secara berkelanjutan selama 12 tahun, mulai dari Ibtidaiyah
sampai dengan Aliyah .

9
2. Mewujudkan pendidikan madrasah yang memadukan mata pelajaran umum dengan mata
pelajaran agama secara tuntas. Pemaduan kedua mata pelajaran itu menambah beban yang sangat
berat bagi madrasah, meskipun diharapkan dapat tercapai secara optimal.

3. Madrasah berorientasikan kepada pendidikan manusia seutuhnya, antara kedalaman spiritual,


keagungan akhlak, kemampuan ilmu/intelektualitas dan keterampilan.

Dengan prinsip ketiga ini madrasah berusaha mewujudkan keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan Tekhnologi dengan Iman dan Taqwa.

Perwujudan madrasah terpadu menuntut adanya manajemen pada setiap madrasah yang solid dan
satu sama lain saling membantu. Perencanaan kebutuhan pendidikan bagi madrasah dari berbagai
jenjang dalam satu lokasi itu dapat dilakukan secara bersama. Begitu juga dalam hal kurikulum,
konsep madrasah terpadu mengusahakan adanya integrasi dan penyelarasan kurikulum dari
ketiga jenjang madrasah tersebut.

Kehadiran madrasah terpadu ini ditawarkan untuk saling mengisi, mengembangkan dan
membatasi antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama. Dengan demikian akan lahirlah
pribadi-pribadi yang berimbang yaitu yang menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan sekaligus manusia yang terus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena salah satu
faktor penyebab atau biang keladi terjadi dan berkembangnya krisis multidimensional negara
Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat “amburadul” dan tidak “karu-karuan”.

3. Langkah-langkah atau Sistem Pendidikan Alternatif

Untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional, maka pemerintah perlu mengambil langkah-
langkah pembaharuan secara substansial baik dari dalam bidang manajemen, perencanaan,
sampai pada praksis pendidikan ditingkat makro. Berikut ini adalah usulan mengenai langkah-
langkah reformasi pendidikan untuk masa depan.

1. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi bangsa
sehingga memungkinkan terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara
demokratis.

2. Pendidikan Nasional hendaknuya memiliki misi agar tercapainya partisipasi masyarakat


secara menyeluruh sehingga secara mayoritas seluruh komponen bangsa yang ada dalam
masyarakat menjadi terdidik.

3. Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada pengembangan potensi dan kreativitas
siswa dalam totalitasnya.

4. Substansi pendidikan nasional di jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi


hendakya membuka kemungkinan terjadinya Pengembangan individu secara horizontal.

10
5. Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai agar
dapat mengembangkan program-program yang berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi,
efisiensi, dan pemerataan.

6. Guru harus diberdayakan secara sistematik dengan emlihat aspek-aspek antara lain;
kesejahteraan, rekrutmen dan penempatan, pembinaan dan pengembangan karier dan
perlindungan Profesi.

7. Perlunya penetapan model rekruitmen pejabat pendidikan secara profesional sehingga dapat
memperoleh the right man in the right Place

8. System pendidikan nasional yang menyeimbangkan antara pendidikan sekolah dan luar
sekolah.

Saat ini pemerintah memiliki program pendidikan nasional yang amat strategis, yaitu
peningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas pendidikan. Dari program itu memang bisa
diyakinkan bahwa pendidikan nasional kita secara makro cukup menjanjikan bagi penyediaan
sumber daya manusia yang benar-benar kompetitif. Namun demikian, pelaksanaan program itu
tidak semudah rumusannya. Untuk dapat meningkatkan relevansi, eisiensi dan kualitas
pendidikan, kita harus melakukan inovasi dunia pendidikan dalam arti yang luas secara terus
menerus dengan langkah-langkah seperti yang diungkapkan diatas.

11
BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup individu atau
masyarakat. Baik buruknya kualitas pendidikan menjadi faktor penentu baik buruknya kualitas
masyarakat.

SARAN

Permasalahan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan indonesia saat ini adalah kurang
berfungsinya pendidikan naional dalam meningkatkan sumber daya manusia indonesia untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional yang berbasis sumber daya alam indonesia. Mode
penyeragaman pendidikan sangat tepat dikembangkan pemerintah bagi komunitas pengguna
pendidikan yang homogen atau berorientasi pada kebutuhan peserta didik atau pengguna yang
sama.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://pkn-ips.blogspot.com/2015/08/pengertian-keadilan.html

https://cynthiadevinapynki.wordpress.com/2016/06/01/makalah-pendidikan-inklusi/

http://www.academia.edu/5611095/Sistem_Pendidikan_Alternatif_di_Indonesia

https://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/

http://blog.unnes.ac.id/warungilmu/2015/12/17/kesetaraan-dan-hubungannya-dengan-perubahan-
sosial-budaya-antropologi-sma-kelas-xi/

13

Anda mungkin juga menyukai