Anda di halaman 1dari 8

A.

ANALISIS MASALAH
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak
serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah
gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita
pendek (Stunting). Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan karena asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama
sebagai akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi yang diperlukan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas toleransi stunting
paling tinggi 20 persen, atau seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Pada
tahun 2021, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama
dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan Tim Percepatan
Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) Sekretariat Wakil Presiden Republik
Indonesia melakukan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan
mengumpulkan data di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota dengan jumlah
blok sensus (BS) sebanyak 14.889 Blok Sensus (BS) dan 153.228 balita.
Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting secara nasional
mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun
2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34
provinsi menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5
provinsi yang menunjukkan kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
implementasi dari kebijakan pemerintah mendorong percepatan penurunan
stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik.
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan prevalensi
stunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia
(SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting mencapai 37,8 persen dan Lembata
menjadi salah satu dari 15 kabupaten dengan prevalensi tinggi dimana angka
stunting mencapai 1.985 kasus.
Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada
kegiatan yang dilaksanakan secara virtual Webinar Hari Keluarga Nasional
Ke-28 dengan tema Sobat Milenial, Yuks Cegah Stunting menyebutkan
intervensi harus dilakukan mulai dari ibu hamil, bahkan pada wanita (Remaja
perempuan) yang belum menikah, agar mendapat gizi yang cukup dan tidak
terjadi anemia atau terkena penyakit lain.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan, 8,7 persen remaja usia 13-15
tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 berada dalam kondisi kurus dan
sangat kurus. Hasil Global Health Survey 2015 menunjukkan, penyebab
tingginya angka stunting antara lain karena remaja jarang sarapan, dan 93
persen kurang makan serat sayur buah. Ditambah angka pernikahan remaja
di Indonesia tinggi, dimana menurut Susenas Tahun 2020 bahwa 3 dari 10
remaja putri menikah di usia 16-18 tahun, sedangkan angka kehamilan tidak
diinginkan (KTD) pada remaja berdasarkan data BKKBN di Tahun 2021
mencapai 19,6 persen, padahal beberapa hal tersebut berkontribusi pada
kejadian stunting.

B. PENDEKATAN STRATEGIS
Dari permasalahan di atas mendorong Dinas Sosial Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana sebagai Leading Sector dalam
Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Lembata berinovasi melakukan
sebuah perubahan, dimana fokus penanganan stunting yang selama ini
hanya berpusat pada perbaikan gizi sasaran, haruslah mulai bergeser pada
upaya pencegahan sejak dini yang dimulai dari remaja.
Remaja sangat penting diedukasi terkait kesehatan reproduksi dan
stunting, karena stunting adalah sebuah siklus. Sebagai contoh jika calon ibu
punya asupan gizi kurang sejak remaja akan berisiko punya anak kurang gizi
dan si anak akan mencontoh pola makan ibunya dan terus berputar.
Siklusnya dimulai dengan kondisi kesehatan remaja putri, maka masalah
stunting harus jadi perhatian sejak remaja. Hal inilah yang kemudian
mendorong lahirlah inovasi HALO REMAJA (Kegiatan Konsultasi, Edukasi
dan Informasi On Line terkait kesehatan reproduksi dan stunting).
Halo Remaja bertujuan untuk mengatasi masalah utama yaitu stunting
dengan memberikan informasi yang baik dan benar terkait kesehatan
reproduksi dan stunting sehingga remaja diharapankan mampu
mempersiapkan diri menjadi calon orang tua masa depan yang tidak saja
sehat secara fisik dan mental tetapi juga memiliki pemahaman yang baik
sehingga dapat memutus siklus stunting. Remaja juga diberi keluasan untuk
berkonsultasi tentang masalah kesehatan reproduksi tanpa harus khawatir
info pribadinya diketahui karena layanan konsultasi dilakukan secara on line
dengan tidak menampilkan data pengguna, hal ini diharapkan bisa membuat
remaja lebih terbuka untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapinya
ataupun bertanya tentang Kesehatan Reproduksi dan Stunting.
Strategi yang dilakukan dalam melaksanakan inovasi ini adalah:
1. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para pemangku
kepentingan/stake holders untuk memecahkan masalah. Pemangku
kepentingan tersebut diantaranya: Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas P2A, Pastor Paroki, Kepala KUA, Camat dan Lurah/Kader.
Masing-masing pemangku kepentingan berpartisipasi sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang dimilikinya.
2. Menentukan design inovasi yang akan dilaksanakan yang dapat
menjawab dan menyelesaikan permasalahan utama yang dihadapi
dengan didukung penggunaan Teknologi Informasi sehingga dapat
mempermudah pelaksanaan edukasi dan pendampingan serta
pemberian tablet tambah darah.
3. Melaksanakan uji coba kegiatan, hal ini juga sekaligus dievaluasi untuk
mengatasi permasalahan yang muncul dan dilakukan pengembangan
terus menerus hingga menghasilkan metode yang tepat dalam
mengedukasi, mendampingi dan memberikan tablet tambah darah
pada remaja.
4. Melakukan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan dan
masyarakat agar kemanfaatannya dapat dirasakan oleh lebih banyak
masyarakat
C. KREATIF DAN INOVATIF
Inovasi ini bersifat spesifik karena langsung diarahkan bagi remaja
sebagai upaya menjawab permasalahan stunting dan inovatif dengan cara -
cara yang baru dapat mempermudah pelaksanaan konseling, edukasi dan
pendampingan, penyebaran infromasi terkait kesehatan reproduksi dan
stunting termasuk mendorong remaja putri tentang pentingnya mengkonsumsi
tablet tambah darah secara rutin.
Sebelum inovasi ini dilakukan pelaksanaan konseling, edukasi dan
penyebaran informasi kesehatan reproduksi dan stunting masih monoton
menggunakan metode lama dimana sasaran harus bertatap muka dengan
pemberi informasi atau konselor baik itu di balai KB, fasilitas kesehatan,
posyandu atau tempat penyelenggara kegiatan lainnya. Dengan adanya
inovasi ini, sasaran bisa mendapatkan edukasi, informasi dan bahkan
konsultasi serta pendampingan secara on line kapanpun dan dimanapun
karena didukung penggunaan Teknologi Informasi yang handal.

D. PELAKSANAAN PENERAPAN
Untuk melaksanakan inovasi ini, Dinas Sosial Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kabupaten Lembata telah menyusun tahapan-
tahapan dalam rencana aksi yang akan dilaksanakan. Pada tahap pertama
adalah Perencanaan Kegiatan, dimana dalam tahap ini terdapat beberapa
kegiatan yaitu : Penyusunan Tim Inovasi, Koordinasi dan kerjasama dengan
Organisasi Perangkat Daerah yang lain dan juga dengan stakeholders atau
para pemangku kepentingan, menyiapkan aplikasi Halo Remaja
(android/mobile & Website), serta Sumber Daya Manusia dengan bimbingan
teknis konselor remaja dan operator terkait penggunaan aplikasi.
Pada Tahap kedua dari rencana aksi dilakukan uji aplikasi, dimana
setelah semua proses pada tahap pertama telah selesai dilaksanakan, maka
selanjutnya remaja bisa langsung mengakses aplikasi/alamat website yang
telah disiapkan, memilih layanan yang dibutuhkan, bila remaja memilih
layanan konsultasi, informasi permintaan akan dikirim ke nomor whatsapp
petugas/konselor dan selanjutnya konsultasi akan terjadi via aplikasi/website.
Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga
bertugas sebagai koordinator dan mengawasi jalannya pelayanan.
Setelah melalui beberapa kali ujicoba dan penyempurnaan Tahap
selanjutnya adalah Pelaksanaan dari inovasi Halo Remaja. Aplikasi ini bisa
diakses selama 24 jam, sedangkan untuk layanan konsultasi on line
dilaksanakan setiap hari dari pukul 08.00 – 22.00 WITA.
Tahapan berikutnya, Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten Lembata mensosialisasikan layanan Halo
Remaja ke para remaja yang ada di sekolah, karangtaruna, organisasi Orang
Muda Katolik, Remaja Masjid dan Remaja GMIT. Penyebaran infromasi juga
akan dilakukan memalui media sosial dinas dan melalui petugas lapangan KB
yang ada di kecamatan dan desa sehingga semakin banyak remaja yang
mengetahui dan memanfaatkan pelayanan tersebut.
Jenis pelayanan yang diberikan pada situs Halo Remaja ini meliputi:
1. KIE Kesehatan Reproduksi :
 Hak Reproduksi
 Mengenal & Merawat Organ Reproduksi
 Pubertas
 Aktifitas Seks, Hamil dan melahirkan
 IMS, PMS dan HIV AIDS
2. KIE Gizi & Stunting
3. KIE Perlindungan Anak dan Perempuan

Tahapan selanjutnya dari rencana aksi adalah Tahap Pengawasan.


Pengawasan diperlukan karena untuk menjaga komitmen bersama dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, memastikan setiap komponen
berjalan sesuai tugas dan fungsinya sehingga kualitas pelayanan tetap
terjaga.
Tahap akhir dari rencana aksi adalah melakukan evaluasi. Kendala
yang muncul selama pelaksanaan inovasi baik dari peralatan, sistem aplikasi,
koneksi jaringan maupun sumber daya manusianya menjadi bahan evaluasi
untuk perbaikan dan pengembangan pelayanan yang lebih baik.
E. KELUARAN / OUT PUT
Keluaran dari pelaksanaan inovasi yang diharapkan antara lain adalah :
1. 7 dari 10 Remaja di Kabupaten Lembata teredukasi dan terpapar
informasi tentang kesehatan Reproduksi & Stunting.
2. 5 dari 10 remaja mendapatkan pelayanan Konsultasi kesehatan
Reproduksi & Stunting.
3. Terbangunnya database Remaja yang mendapat KIE Kesehatan
Reproduksi dan Stunting di Kabupaten Lembata yang valid dan up to
date.
4. Semakin banyak Remaja beresiko yang memanfaatkan pelayanan KIE
terkait Kesehatan Reproduksi dan Stunting.
5. Meningkatnya Angka Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah bagi
remaja putri dan Calon Pengantin.
6. Membangun citra positif Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten Lembata.

F. MANFAAT
Ada banyak manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan inovasi HALO
REMAJA, yaitu :
1. Bagi remaja ini akan sangat diuntungkan yaitu mendapatkan
pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi dengan cepat, mudah,
pasti, rahasia terjamin, bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja.
2. Memberikan rasa keadilan, semua remaja berhak mendapatkan
Konseling, Informasi dan Edukasi terkait kesehatan reproduksi dan
stunting tanpa harus ke balai KB dan Fasilitas Kesehatan pada hari
dan jam kerja reguler karena kesibukan, tidak punya waktu dan tidak
dapat meninggalkan aktifitasnya, dapat memanfaatkan pelayanan Halo
Remaja.
3. Bagi perangkat daerah dalam hal ini Dinas Sosial Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lembata akan dapat
meningkatkan cakupan pelayanan Remaja sehingga Dinas mempunyai
data laporan yang akurat yang dapat digunakan dalam pengambilan
kebijakan dan perencanaan pembangunan oleh pemerintah.
4. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kabupaten Lembata.
G. RENCANA ANGGARAN
H. TIMELINE KEGIATAN
I. PENUTUP
Menjadi harapan besar Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kabupaten Lembata agar Inovasi Pelayanan Publik dimaksud
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, khususnya pada remaja
terkait permasalahan kesehatan reproduksi dan stunting di Kabupaten
Lembata. Terima kasih

Lewoleba, April 2023


Kepala Dinas Sosial-P2KB
Kabupaten Lembata

Wenseslaus Ose, S.Sos, M.AP


Pembina Utama Muda
NIP. 19680819 199903 1 005

Anda mungkin juga menyukai