Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Rezhy Darmayanti Purba,A.Md.

Gz
NIP : 19950125 202203 2 002
AKT/KEL : IV/II
NDH : 18

BAB II.
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Isu

1) Isu Ke-1 : Belum Optimalnya Pelayanan Konsultasi Terhadap Orang Tua Anak 0-
23 Bulan Terkait PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) dalam Upaya
Pencegahan Stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Mentarau
Mengacu pada WHO Global Report tahun 2020, Secara global, terdapat prevalensi
stunting anak dibawah umur 5 Tahun adalah 22% (WHO, 2020). Berdasarkan hasil SSGI
tahun 2021 angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per
tahun dari 27.7% tahun 2019 menjadi 24,4% tahun 2021. (SSGI,2021) Di beberapa daerah
capaian prevalensi sudah dibawah 20% namun masih belum memenuhi target dari RPJMN
tahun 2024 sebesar 14%. Bahkan seandainyapun sdh tercapai 14% bukan berarti Indonesia
sudah bebas stunting tetapi target selanjutnya adalah menurunkan angka stunting sampai
kategori rendah atau dibawah 2,5%. Data stunting Tahun 2021 di Kepulauan Riau adalah
17,6%, sedangkan data stunting Kota Batam Tahun 2021 adalah 17.5%.3 Pada tahun 2021
terdapat 88 anak dengan kategori stunting dari 1609 anak yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Mentarau.4
UPTD Puskesmas Mentarau adalah Puskesmas yang berdiri sejak bulan Februari 2020.
Puskesmas Mentarau adalah puskesmas ketiga di Kecamatan Sekupang, selain Puskesmas
Sekupang dan Puskesmas Tiban Baru. Wilayah Kerja Puskesmas Mentarau adalah Kelurahan
Patam Lestari dan Kelurahan Tiban Indah. Jumlah Penduduk di kedua kelurahan tersebut
adalah 30.000 penduduk. Akibat Pandemi Covid – 19 di awal tahun 2020, Puskesmas
Mentarau menemukan banyak kesulitan dalam hal pelayanan dan pelaksanaan program.
Kekurangan Tenaga Kesehatan, Minimnya Sarana dan Prasarana, serta pandemi Covid-19
membuat pelaksanaan program puskesmas belum optimal., salah satunya pelayanan
konsultasi sebagai upaya pencegahan stunting.
Berdasarkan deskripsi Isu diatas, isu mengenai belum optimalnya pelayanan konsultasi
terhadap orang tua anak 0-23 bulan terkait PMBA (Pemberian Makan Bayi Dan Anak) dalam
upaya pencegahan stunting di wilayah kerja UPTD puskesmas mentarau berasal dari unit
kerja atau instansi UPTD Puskesmas Mentarau.
Kota Batam ditetapkan sebagai salah satu Kota lokasi fokus penanganan Stunting di
Indonesia sejak tahun 2020 berdasarkan Keputusan Kepala Bappenas Nomor KEP
42/M.PPN/HK/04/2020 tentang Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus
Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2021, sehingga diperlukan intervensi
secara terkoordinir, terpadu dan bersama sama (konvergensi stunting terintegrasi), mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive, termasuk mendorong Peran Kelurahan di Kota
Batam yang diatur menurut Perwako Tahun 2021 tentang Konvergerensi Pencegahan
Stunting di Kota Batam. Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan
anak berumur 7 bulan - 23 bulan, mendorong penerusan pemberian ASI sampai dengan umur
23 bulan dan pendampingan tentang pemberian makanan pendamping ASI merupakan salah
satu upaya intervensi pelaksanaan konvergensi percepatan pencegahan stunting.
Sehingga ruang lingkup isu adalah Tusi unit Gizi UPTD Puskesmas Mentarau dalam
mendukung pelaksanaan konvergensi percepatan pencegahan stunting di daerah dilakukan
dengan berasaskan bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya pelaksanaan Konvergensi
percepatan pencegahan stunting tenaga gizi terlatih harus bertindak sesuai prosedur tentang
pelayanan gizi dan kode etik profesi. Salah satu wujud dari terlaksananya tusi unit kerja
adalah memenuhi upaya intervensi pelaksanaan konvergensi percepatan pencegahan stunting
sesuai dengan Perwako 24 Tahun 2021. Untuk Tusi Jabatan yang menyangkut pelayanan isu
diatas terdiri dari tenaga kesehatan dan Non kesehatan. Tenaga kesehatan salah satunya
adalah Nutrisionist Terampil. Menurut KEMENPAN No 23 tahun 2001 jabatan fungsional
Nutrisionis Terampil daam pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang
berkaitan dengan penerapan prinsip, konsep, dan metode operasional kegiatan di bidang
pelayanan gizi.
Dampak yang disebabkan oleh isu ini bagi instansi adalah belum optimalnya dalam
mewujudkan misi instansi dalam upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang sehat, mandiri dan
berkualitas, Dampak yang ditimbulkan adalah tidak terlaksananya tusi jabatan yang
merupakan bagian dari Sasaran Kinerja Pegawai dan tidak terwujudnya penerapan nilai –
nilai dasar BerAKHLAK. Dampak ditimbulkan di masyarakat adalah upaya pencegahan
stunting tidak optimal akibat kurangnya kampanye nasional dan komunikasi perubahan
perilaku terkait Pemberian Makanan Bayi dan Anak.
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting untuk Pilar 2 yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat bentuknya dengan
meningkatkan komunikasi antar pribadi bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk memotivasi
perubahan perilaku di tingkat rumah tangga dalam mendukung ibu hamil dan pengasuhan
anak 0-23 bulan. Untuk itu diperlukan inovasi dalam pencegahan stunting dengan pendekatan
keluarga, untuk mencari penyebab dan gambaran intervensi yang bisa dilakukan.
Media digital adalah bentuk media baru yang muncul sejak era internet. Prinsipnya
adalah interkonekvitas yaitu menghubungkan satu perangkat ke perangkat yang lain dan
membuka peluang untuk melakukan interaksi antar individu atau pengguna. Dengan media
digital,banyak orang dapat saling terhubung tanpa dibatasi batas geografis, ruang, dan waktu.
Bentuk media digital adalah blog, sosial media (twitter, instagram, facebook, youtube, dll),
forum, aplikasi chat (WhatsApp,Telegram), website.Cara pemanfaatan media digital (sebagai
penyampai pesan) yaitu melalui foto, gambar, tulisan, serta video.
Ditinjau dari segi mata pelatihan Manajemen ASN, Isu diatas berkaitan dengan fungsi
dan tugas ASN sebagai pelaksana kebijakan publik dan pelayan publik. ASN melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah yang tertuang dalam peraturan
peraturan yang telah ditetapkan seperti Perwako No. 24 Tahun 2021, selain itu, Penilaian
Kinerja Individu, Kode etik dan kode perilaku dalam pelaksanaan seluruh kegiatan sesuai
diatur dalam UU ASN No 5 Tahun 2014. Ditinjau dari mata Pelatihan Smart ASN, isu
tersebut akan mempengaruhi keefektifan dan keefisienan komunikasi dalam upaya
pencegahan stunting. Sesuai dengan arahan presiden untuk percepatan transformasi digital
yaitu, perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital, persiapan roadmap transportasi
digital di sektor-sektor strategis salah satunya yaitu sektor kesehatan.

2) Isu Ke–2 : Belum Optimalnya Upaya dalam Peningkatan Minat Remaja Putri
Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data
Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja
menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal
dan kurangnya aktifitas fisik. Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
penderitanya mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas
dan produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan penyakit pada
saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah gizi. Intervensi pada rematri dan
WUS sangat penting dilakukan karena akan menentukan kualitas sumber daya manusia
generasi berikutnya. Rematri yang sehat dan tidak anemia akan tumbuh dan berkembang
menjadi calon ibu yang sehat dan melahirkan bayi sehat. Upaya ini mendukung Gerakan
1000 HPK.
Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik dengan pemberian Tablet
Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil. Selain itu, Kemenkes juga
melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi
zat besi pada bahan makanan serta penerapan hidup bersih dan sehat.7
Belum optimalnya upaya dalam peningkatan minat remaja putri terhadap konsumsi tablet
tambah darah (TTD) di UPTD Puskesmas Mentarau. Di dalam Permenkes No 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Pelayanan kesehatan UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan prinsip teknologi tepat guna sebagaimana dimaksud Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
Keberhasilan pencegahan dan penanggulangan anemia pada rematri dan WUS perlu
dukungan manajemen yang SMART. Intervensi perubahan perilaku dimulai dari penyediaan
pedoman tata laksana serta pengembangan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Kepatuhan masih menjadi tantangan program suplementasi TTD (WHO, 2007). Kepatuhan
konsumsi TTD sejalan dengan minat remaja putri dalam mengkonsumsinya. Distribusi tablet
TTD bagi Remaja Putri sudah dilakukan oleh unit gizi UPTD Puskesmas Mentarau, namun
belum optimal karena masih rendahnya minat remaja putri terhadap konsumsi tablet tambah
darah (TTD). Penyuluhan gizi di sekolah terkait bahaya anemia, dan pentingnya konsumsi
TTD, yang di lakukan dengan media poster, brosur dan leaflet yang menarik belum
dijalankan dengan optimal.
Tabel 2. Uraian kegiatan pemberian TTD pada Remaja Putri
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ada Belum ada
1 Distribusi TTD √
2 Penyuluhan Anemia dan pentingnya TTD √
3 Pembaharuan Media Promosi Kesehatan √

Dampak yang disebabkan oleh isu ini adalah tidak terwujudnya Misi Puskesmas dalam
hal meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan.
Dampak yang ditimbulkan bagi unit Gizi UPTD Puskesmas Mentarau adalah pelaksanaan
sasaran kinerja tidak optimal dan hambatan dalam menerapkan nilai-nilai dasar
BerAKHLAK. Bagi masyarakat, dampak yang ditimbulkan adalah akibat distribusi TTD
kurang optimal sebab kurangnya minat rematri dalam mengkonsumsi Tablet Tambah Darah
tersebut sehingga akan meningkatkan resiko anemia pada rematri.
Ditinjau dari segi mata pelatihan Manajemen ASN, Isu diatas berkaitan dengan fungsi
dan tugas ASN sebagai pelaksana kebijakan publik dan pelayan publik. ASN melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah yang tertuang dalam peraturan
peraturan yang telah ditetapkan, seperti Indikator Nasional Mutu Puskesmas. Selain itu,
Penilaian Kinerja Individu, Kode etik dan kode perilaku dalam pelaksanaan seluruh kegiatasn
sesuai diatur dalam UU ASN No 5 Tahun 2014. Ditinjau dari mata Pelatihan Smart ASN, isu
tersebut akan mempengaruhi minat dan pengetahuan rematri terhadap konsumsi Tablet
Tambah Darah sebagai salah satu upaya untuk mencegah resiko anemia. Sesuai dengan
arahan presiden untuk percepatan transformasi digital yaitu, peningkatan infrastruktur digital
dan roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis salah satunya yaitu sektor
kesehatan.
3) Isu Ke-3 : Belum Optimalnya Pelayanan Konseling dan Penyuluhan Gizi
Masyarakat di UPTD Puskesmas Mentarau Terkait Kelengkapan Form dan Media
Edukasi
Layanan konsultasi gizi melayani serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan. Dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi,
monitoring dan evaluasi gizi kepada pasien dewasa, lansia, anak maupun balita.
Pendidikan Gizi individu/perorangan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru.
Pendekatan individual ini digunakan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan permasalahan yang dihadapinya. Dengan pendekatan
individual ini petugas kesehatan/gizi akan mengetahui secara tepat permasalahan dan
memberikan solusi yang tepat pula untuk pemecahan masalahnya. Penerapan dari pendidikan
gizi individual ini adalah konseling dan konsultasi. Dengan cara ini akan terjadi kontak yang
lebih intensif antara petugas gizi (konselor) dengan sasaran (klien).8 Unit Gizi UPTD
Puskesmas Mentarau sudah mengaktifkan konsultasi gizi namun belum optimal, karena
konsultasi gizi belum dilengkapi dengan pembaharuan media konseling, form rujukan
internal dari poli umum maupun poli KIA serta form asuhan gizi terstandar.
Tabel 2.Kelengkapan Form dan Media Konsultasi
Pelaksanaan
No Kegiatan Form
Ada Belum ada
1 Alur Rujukan Internal √
2 Pengkajian Skrinning √
Asuhan Gizi Terstandar √
3 ADIME
Monev √
Leaflet √
Lembar balik √
4 Media
Poster √
Alat ukur antropometri √

Sehingga ruang lingkup isu adalah Tusi unit Gizi UPTD Puskesmas Mentarau dalam
kelengkapan metode dalam layanan konsultasi gizi terhadap pasien. Menurut KEMENPAN
No 23 tahun 2001 jabatan fungsional Nutrisionis Terampil dalam pelaksanaan tugasnya
meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan prinsip, konsep, dan
metode operasional kegiatan di bidang pelayanan gizi.
Dampak yang disebabkan oleh isu ini bagi UPTD Puskesmas Mentarau adalah
mempengaruhi kualitas pelayanan gizi dan mutu pelayanan. Dampak bagi masyarakat adalah
dengan keterbatasan media akan menyebabkan penyampaian informasi yang tidak efektif.
Ditinjau dari segi mata pelatihan Manajemen ASN, Isu diatas berkaitan dengan fungsi dan
tugas ASN sebagai pelaksana kebijakan publik dan pelayan publik secara profesional. Isu
diatas juga berkaitan dengan SMART ASN yang dituntut untuk memiliki jiwa
entrepreneurship yang mampu melihat peluang untuk melakukan pembaharuan.

Anda mungkin juga menyukai