Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI KOMUNIKASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

INFORMATIKA DALAM KAMPANYE NASIONAL PENURUNAN


PREVALENSI STUTNING

Ahmad Mulyadi1, Agus Naryoso2, Muchammad Yuliyanto3, Nurist Surayya Ulfa4


amdmulyadi028@gmail.com1

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407
Faksimile (024) 746504 Laman : https://www.fisip.undip.ac.id Email : fisip@undip.ac.id

ABSTRAK

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Salah satu penyebab tingginya
prevalensi stunting di Indonesia adalah karena ketidaksadaran dan ketidaktahuan masyarakat
tentang stunting. Pemerintah melalui Kementerian Kominfo menyusun strategi komunikasi
kampanye guna tercapainya target penurunan prevalensi stunting mencapai 14% di tahun 2024.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi komunikasi
kampanye nasional penurunan prevalensi stunting yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Adapun
konsep yang digunakan yakni konsep Perencanaan Kampanye PR, Public Information Model, dan
Multi Step Flow Communication Model.
Hasil penelitian didapat bahwa strategi komunikasi Kementerian Kominfo dalam kampanye
stunting telah melalui tahapan yang sesuai dengan konsep perencanaan kampanye PR yakni mulai
dari analisis masalah, menetapkan tujuan, publik, pesan, strategi dan taktik, skala waktu dan
sumber daya, serta evaluasi dan tinjauan. Tujuan dari kampanye stunting ialah untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait stunting. Untuk itu Kementerian
Kominfo melakukan diseminasi informasi yang bersifat informatif, edukatif, dan persuasif melalui
komunikasi multikanal (media massa, media luar ruang, media daring, media sosial, dan media
tatap muka) dengan fokus menyasar kepada remaja putri dan ibu-ibu usia produktif. Pelaksanaan
kampanye dilakukan di bawah koordinator Sub-direktorat Informasi dan Komunikasi Kesehatan
dengan melibatkan pihak ketiga untuk mengekseksui program. Evaluasi dilakukan untuk melihat
capaian kampanye terkait jangkauan dan pemahaman masyarakat. Serta tinjauan dilakukan untuk
mengidentifikasi perubahan strategis yang perlu dilakukan untuk kampanye tahun berikutnya.

Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Kampanye, Stunting, Perencanaan


ABSTRACT

Stunting is a condition of growth failure in children due to chronic malnutrition and


repeated infections in the First 1000 Days of Life (HPK). One of the causes of the high prevalence
of stunting in Indonesia is due to public awareness and ignorance about stunting. The government
through the Ministry of Communications and Informatics has developed a campaign
communication strategy to achieve the target of reducing stunting prevalence to reach 14% in
2024.
This study aims to describe and analyze the communication strategy of the national
campaign to reduce stunting prevalence carried out by the Ministry of Communications and
Informatics. This research uses a qualitative descriptive approach with a case study method. Data
collection techniques were carried out through in-depth interviews, documentation, and
observation. The concepts used are the concept of PR Campaign Planning, Public Information
Model, and Multi Step Flow Communication Model.
The results showed that the communication strategy of the Ministry of Communications
and Informatics in the stunting campaign has gone through stages that are in accordance with the
concept of PR campaign planning, starting from situation analysis, setting goals, public, messages,
strategies and tactics, time scale and resources, as well as evaluation and review. The purpose of
the stunting campaign is to increase public awareness and understanding of stunting. For this
reason, the Ministry of Communications and Informatics disseminates information that is
informative, educative, and persuasive through multi-channel communication (mass media,
outdoor media, online media, social media, and direct media) with a focus on targeting young
women and mothers of productive age. The implementation of the campaign is carried out under
the coordinator of the Sub-directorate of Health Information and Communication by involving a
third party to execute the program. The evaluation was carried out to see the campaign's
achievements related to the reach and understanding of the community. As well as a review carried
out to identify strategic changes that need to be made for the following year's campaign..

Keywords: Communication Strategy, Campaign, Stunting, Planning

PENDAHULUAN
Stunting bukanlah merupakan Anak yang menderita stunting pada
masalah kesehatan baru bagi Indonesia. umumnya akan memiliki postur tubuh
Karena tingginya angka kasus, stunting pendek, serta mengalami gangguan
dijadikan sebagai salah satu isu prioritas perkembangan motorik dan kognitif.
nasional. Stunting diartikan sebagai kondisi Kondisi ini tentunya selain akan
dimana anak mempunyai proporsi tinggi menurunkan tingkat kepercayaan diri, juga
badan yang tidak sesuai atau kurang memengaruhi kualitas hidup anak di masa
optimal jika dibandingkan dengan anak- depan. Produktivitas anak juga akan
anak seusianya. Stunting terjadi terpengaruh terutama pada masa bonus
dikarenakan anak mengalami kekurangan demografi, masa dimana jumlah populasi
gizi kronis dan infeksi berulang pada usia produktif (15-64 tahun) lebih tinggi
periode waktu yang panjang, yakni saat angkanya dibandingkan dengan populasi
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), usia non-produktif (lebih 64 tahun). Selain
yakni ketika terbentuknya janin pada saat itu, anak penderita stunting juga
kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. mempunyai resiko lebih besar terkena
penyakit yang tidak menular seperti
obesitas, diabetes, dan penyakit jantung disebabkan anak kekurangan asupan nutrisi
ketika ia dewasa. Jika stunting tidak dan cukup ditangani dengan memberikan
ditangani secara cepat dan tepat, maka akan makan saja.
mengancam kualitas generasi penerus di Untuk mengatasi ketidaktahuan dan
masa depan. (Kementerian Kesehatan, minimnya kesadaran masyarakat terkait
2018). stunting tersebut, upaya yang bisa
Berdasarkan SSGBI atau Survei dilakukan oleh Pemerintah untuk
Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019, menangani stunting salah satunya adalah
prevalensi stunting Indonesia ada di angka melalui komunikasi kesehatan.
27,7 %, dan prediksi tahun 2020 turun Rahmadiana (2012:88) menjelaskan bahwa
menjadi 26,9%. Kemudian berdasarkan komunikasi kesehatan dimaknai sebagai
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) studi yang mengkaji bagaimana
menunjukkan bahwa pada tahun 2021 penggunaan strategi komunikasi guna
prevalensi stunting ada di angka 24,4%. mendiseminasikan pesan-pesan kesehatan
(https://www.litbang.kemkes.go.id/) yang bisa mendorong serta memberikan
Meskipun terjadi tren penurunan dampak bagi komunitas masyarakat
prevalensi, stunting masih dianggap ataupun individu agar mengambil
sebagai permasalahan yang serius, sebab keputusan yang tepat terkait dalam
angka prevalensinya masih di atas ambang mengelola kesehatan.
maksimal yang ditentukan oleh WHO yaitu Kampanye adalah salah satu bentuk
20%. Di tahun 2024, sesuai arahan Presiden dari komunikasi kesehatan yang ditujukan
RI Joko Widodo, penurunan prevalensi untuk merubah perilaku kesehatan
stunting secara nasional ditargetkan masyarakat. Meta-analisis yang dilakukan
mencapai 14 %. Angka tersebut tentu di Amerika Serikat menemukan bahwa
merupakan tantangan yang berat, sebab jika kampanye memiliki efek yang sederhana,
merujuk pada empat tahun terakhir, namun jika dilihat dari sisi lain, ukuran efek
Indonesia hanya mengalami penurunan sederhana untuk kampanye skala besar
prevalensi rata-rata di angka 1,3 % per dapat diartikan ke dalam ribuan bahkan
tahun. (https://setkab.go.id//) jutaan orang yang merubah perilaku mereka
Wakil Presiden Republik Indonesia, menjadi lebih baik. Dari meta-analisis ini
Ma’ruf Amin, menyebutkan bahwa juga menemukan bahwa kampanye media
tingginya stunting di sebagian besar memiliki efek yang lebih besar untuk
provinsi di Indonesia disebabkan tidak mendorong perubahan perilaku (Zhao,
hanya karena kekurangan gizi, melainkan 2020 : 513).
juga dikarenakan ketidaktahuan Dalam rangka mengedukasi
masyarakat terkait stunting, terutama masyarakat terkait stunting, pada tahun
kesadarannya untuk menjaga kesehatan, 2017, Kementerian Komunikasi dan
kesiapan untuk melahirkan, mengasuh dan Informatika (Kominfo) ditugaskan untuk
membesarkan bayi, serta terkait pernikahan menjadi lead sektor pilar kedua aksi
dini. (https://www.kompas.id/). Ironisnya percepatan penurunan prevalensi stunting.
masih banyak masyarakat yang Komitmen dan instruksi itu ditegaskan
beranggapan bahwa masalah gizi pada kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam
anak, dalam hal ini stunting hanya ditandai Rapat Terbatas pada 5 April 2018, dengan
dengan kondisi fisik yang kurus, yang memberikan instruksi kepada Kementerian
Kominfo untuk menjadi Koordinator pelaksanaan program 2020 meliputi 260
Kampanye Nasional Penurunan Prevalensi kabupaten/kota dan bertahap pada seluruh
Stunting kabupaten/kota di seluruh Indonesia hingga
(https://stunting.go.id/program/pilar-2). tahun 2024.
Penugasan tersebut juga sesuai dengan Meskipun strategi nasional
INPRES No. 9 Tahun 2015 Tentang penurunan prevalensi stunting diluncurkan
Pengelolaan Komunikasi Publik, dimana pada tahun 2018, Kementerian Komunikasi
Kementerian Kominfo melalui Ditjen dan Informatika telah melakukan
Informasi dan Komunikasi Publik kampanye stunting ini sejak tahun 2017.
melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi Pada awal kampanye di tahun 2017,
kehumasan pemerintah yang bertujuan kampanye dilaksanakan melalui kampanye
untuk menyampaikan informasi tentang digital/media online. Namun disadari
program dan kebijakan pemerintah ke bahwa bagi masyarakat Indonesia terutama
masyarakat, dalam hal ini adalah bidang kelompok yang rentan terkena stunting,
kesehatan yakni stunting. apalagi keluarga miskin, akan sangat sulit
Kampanye komunikasi kesehatan mendapatkan akses informasi terkait cegah
yang dilakukan oleh Kementerian stunting jika hanya bertumpu pada media
Komunikasi dan Informatika terlaksana online atau digital. Maka dari itu, pada
berkat adanya strategi komunikasi yang tahun 2018 hingga 2021 Kementerian
mereka terapkan. Effendy (2015:33) Kominfo telah melaksanakan berbagai
mengemukakan bahwa strategi komunikasi program kampanye dan peningkatan literasi
merupakan upaya atau perencanaan yang publik untuk mencegah stunting yakni
digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi pertama dengan penguatan aset owned
komunikasi menjadi hal yang penting dari media sebagai pusat informasi melalui
suatu program kampanye, sebab dengan sosial media instagram, twitter, facebook,
perencanaan yang matang maka youtube, website, dan aplikasi mobile.
komunikasi yang dilakukan dapat Informasi tersebut terkait empat poin
menciptakan keteraturan dan kejelasan arah penting stunting, yaitu terkait kesehatan
tindakan (Gregory, 2004:143). dan sanitasi, tumbuh kembang, nutrisi, dan
Kementerian Kominfo menginisiasi reproduksi remaja. Berikut merupakan
sebuah kampanye dengan branding salah satu konten dari kampanye digital
“Genbest” yaitu “Generasi Bersih dan yaitu website genbest.id terkait tumbuh
Sehat” dengan tujuan untuk menciptakan kembang anak. (Kementerian Komunikasi
generasi Indonesia yang bersih dan sehat, dan Informatika, 2020).
serta bebas dari stunting, Kampanye yang Kampanye stunting juga dilakukan
dilakukan dibagi menjadi dua skala, yaitu melalui sosialisasi berbasis tatap muka
kampanye skala nasional dan skala daerah terutama pada wilayah prioritas stunting
prioritas dengan sasaran yaitu remaja putri, dengan menyelenggarakan forum
ibu usia produktif, komunitas, pengambil sosialisasi genbest. Forum sosialisasi
keputusan lokal serta masyarakat secara genbest ini berisi penyampaian materi dari
luas. Pada tahun 2018 kampanye dilakukan para ahli untuk mensosialisasikan pola
di 100 kabupaten/kota prioritas, dan pada hidup bersih dan sehat serta cara mencegah
tahun 2019 bertambah menjadi 160 stunting. Kegiatan ini dilaksanakan di
kabupaten/kota prioritas, serta untuk
Kota/Kabupaten yang prevalensi Rogers (1982) memberikan batasan
stuntingnya cukup tinggi. definisi strategi komunikasi sebagai suatu
Selain itu pula, Kementerian desain yang digunakan untuk mengubah
Kominfo melakukan diseminasi konten perilaku manusia dalam ukuran yang lebih
informasi melalui penggunaan media besar melalui transfer ide-ide yang baru.
elektronik dan digital yakni televisi, media Pakar perencanaan komunikasi, Middleton
cetak, portal berita, iklan dan influencer (1980) juga mengemukakan pengertian
yang dianggap mewakili atau berpengaruh strategi komunikasi bahwasanya strategi
dalam memberikan informasi mengenai komunikasi ialah kombinasi terbaik dari
stunting bagi para perempuan, serta setiap unsur komunikasi baik dari
pemasangan billboard/baliho di beberapa komunikator, komunikan, pesan, kanal,
lokasi prioritas stunting. hingga efek yang dirancang guna mencapai
Berdasarkan paparan di atas, tujuan komunikasi yang optimal (Cangara,
penelitian ini akan berfokus pada 2014:61).
permasalahan penelitian yakni bagaimana Sukses atau tidaknya suatu aktivitas
strategi komunikasi yang dilakukan oleh komunikasi secara efektif tergantung oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika strategi komunikasi. Strategi komunikasi
dalam kampanye nasional penurunan baik secara mikro (single communication
prevalensi stunting. medium) ataupun makro (planned
multimedia strategy) memiliki fungsi ganda
TUJUAN PENELITIAN (Effendy, 2015:28), yakni pertama untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyebarluaskan pesan komunikasi yang
mendeskripsikan dan menganalisis strategi persuasif, instruktif, dan informatif secara
komunikasi Kementerian Komunikasi dan sistematis kepada sasaran guna
Informatika dalam melaksanakan mendapatkan hasil yang optimal. Kedua,
kampanye nasional penurunan prevalensi adalah menjembatani cultural gap atau
stunting. kesenjangan budaya, akibat kemudahan
diperoleh dan dioperasionalkannya media
KERANGKA TEORI massa yang begitu ampuh, yang apabila
Strategi Komunikasi diabaikan dapat merusak nilai-nilai budaya.
Menurut Onong Uchjana Effendy
(2015:29), strategi komunikasi ialah Kampanye Public Relations
perpaduan dari perencanaan dan Storey dan Rogers dalam Venus (2009
manajemen komunikasi guna mencapai : 7), menjelaskan kampanye merupakan
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam serangkaian aktivitas komunikasi, yang
mencapai tujuan itu, strategi tidak hanya memiliki rencana terstruktur bertujuan
berfungsi sebagai peta jalan untuk menciptakan influence tertentu pada
mengarahkan saja, namun juga harus sejumlah besar khalayak, dan berlanjut
mampu memperlihatkan bagaimana taktik untuk jangka waktu tertentu. Merujuk pada
operasionalnya. Dalam artian bahwa definisi tersebut, setidaknya ada empat
pendekatan (approach) bisa berbeda macam hal yaitu: 1) kegiatan komunikasi
sewaktu-waktu tergantung kondisi dan dirancang untuk menghasilkan suatu
situasi. dampak atau efek tertentu, 2) kepada
khalayak yang besar, 3) melalui
serangkaian tindakan yang terencana, dan
4) dilaksanakan pada periode waktu Tujuan
tertentu. Penetapan tujuan adalah kunci
Charles U. Larson menjelaskan jika kesuksesan rencana pelaksanaan
berdasarkan fungsinya jenis kampanye kampanye. Gregory menyebutkan tiga
dibagi menjadi tiga macam yaitu pertama tingkatan tujuan yang dapat diterapkan
product-oriented campaigns yang memiliki untuk program kampanye antara lain,
tujuan pemasaran suatu barang serta pertama kesadaran atau awareness,
menciptakan citra positif suatu maksudnya untuk publik mengenal dan
instansi/perusahaan. Kedua candidate- memahami suatu topik tertentu. Kedua,
oriented campaigns, jenis kampanye yang adalah sikap dan opini, artinya membuat
mengarah kepada pencalonan individu di publik membentuk suatu sikap atau opini
dunia politik guna meraih dukungan dalam mengenai suatu topik. Tujuan yang ketiga
suatu kontestasi politik demokrasi. Ketiga adalah untuk mendorong atau mengubah
cause or ideologically oriented campaigns, perilaku sesuai dengan pesan kampanye.
yang berfokus pada tujuan spesifik yang Tujuan kampanye komunikasi oleh humas
berdimensi di seputar perubahan sosial. lebih kepada kognitif dan afektif, tetapi
(Ruslan, 2008:25-26). juga memungkinkan untuk merubah
Ada 10 tahapan perencanaan perilaku jika pelaksana kampanye mampu
komunikasi kampanye yang dijabarkan akan hal tersebut (Gregory, 2004:65).
oleh Anne Gregory guna memastikan
bahwa suatu program kampanye yang Publik
dilakukan akan berjalan efektif yakni Gregory (2004:84) menerangkan
sebagai berikut : (Gregory, 2004 : 39). bahwasanya penentuan publik sasaran
tergantung kepada tujuan kampanye. Untuk
Analisis memudahkan mengidentifikasi dan
Analisis merupakan langkah awal dari mensegmentasi publik sasaran dibutuhkan
perumusan perencanaan yakni dengan pelapisan sasaran yakni sasaran utama,
mengidentifikasi masalah yang menjadi sasaran lapis satu, sasaran lapis dua dan
dasar pentingnya dilakukan kampanye. seterusnya. Selain itu, identifikasi dan
Tujuannya adalah agar pelaksana pengkategorian sasaran dipilih melalui atau
kampanye memahami dengan benar dan berdasarkan kondisi geografis, demografis,
mendalam permasalahan ini agar dapat perilaku, serta psikografis.
menyusun rencana yang efektif sekaligus
mencapai tujuan Di tahap ini terdapat dua Pesan
jenis analisis yang digunakan, yakni Setiap perencanaan kampanye
analisis PEST yakni Politik, Ekonomi, membutuhkan serangkaian pesan yang
Sosial dan Teknologi. Bisa juga menjadi inti dari komunikasi yang
berdasarkan analisis SWOT, yaitu dilakukan. Pesan yang dibentuk dapat
Kekuatan dan Kelemahan yang dapat bersifat umum, tetapi juga biasanya juga
diamati sebagai faktor khusus dan bersifat didukung oleh pesan-pesan yang lebih
internal dari organisasi. Dua yang lain mendalam dan spesifik. Umumnya diawali
Peluang serta Ancaman berasal dari faktor dengan penggunaan persepsi yang telah
luar organisasi (Gregory, 2004:40-47). ada, lalu menerangkan pergeseran yang bisa
dilakukan terkait persepsi tersebut. waktu ini harus ditentukan agar tugas-tugas
Kemudian, tentukan unsur-unsur persuasi yang terkait dengan proyek dapat
berdasarkan kebenaran fakta sebenarnya. diselesaikan tepat waktu. Kedua keahlian
Yang terakhir adalah memastikan bahwa pelaksana, ini perlu diperhatikan dengan
pesan tersebut kredibel dan dapat baik agar tugas-tugas dapat rampung
disebarkan melalui kegiatan komunikasi dengan lancar (Gregory, 2004:124).
(Gregory, 2004:95).
Sumber Daya
Strategi Sumber daya dibagi menjadi
Strategi merupakan faktor beberapa bentuk yang pertama adalah
pengkoordinasi utama, prinsip yang sumber daya manusia yang meliputi tenaga
menjadi penuntun, ide utama serta atau staff internal atau eksternal seperti
pemikiran di balik program taktis. Strategi konsultan. Dalam hal ini, sumber daya
memuat bagaimana cara-cara dalam tergantung kepada dua hal, yakni sifat
menggapai tujuan kampanye yang telah program dan ukuran program yang akan
ditetapkan sebelumnya, di dalamnya dikerjakan. Selanjutnya adalah biaya-biaya
termasuk pada perencanaan media atau operasional yang akan dikeluarkan pada
saluran yang akan dipakai dalam kampanye saat kampanye. Biaya operasional
(Gregory, 2004:98). tergantung kepada strategi dan taktik serta
SDM yang akan digunakan. Dan jenis
Taktik sumber daya yang terakhir yaitu peralatan
Bila strategi merujuk kepada cara atau biasa disebut logistik. Logistik ini
organisasi meraih tujuan yang ditetapkan dapat berupa transportasi, barang, lisensi
tadi, maka taktik ialah hal-hal yang teknologi, dan lain sebagainya (Gregory,
digunakan dalam rangka penerapan dari 2004:131).
strategi, yakni ketika pelaksanaan di
lapangan yang tentu saja situasinya bisa Evaluasi
berbeda dari apa yang telah direncanakan. Evaluasi didefinisikan sebagai
Sederhananya, taktik diartikan sebagai cara suatu proses pemantauan, penilaian, dan
untuk menerapkan strategi kampanye yang analisis terhadap keberhasilan atau muara
telah disusun sedemikian rupa sehingga akhir kampanye yang dilaksanakan. Jika
tujuan awal dapat tercapai dengan efektif terlaksana dengan tepat, evaluasi
(Gregory, 2004:100). memudahkan organisasi untuk mengelola
dan mengendalikan program kampanye
Skala Waktu humas. Evaluasi ini dapat dilakukan
Penting untuk memperkirakan biasanya sebelum, saat berlangsung, dan
waktu pelaksanaan program kampanye pasca kampanye (Gregory, 2004:138).
yang akan dijalankan. Skala waktu ini
berkaitan terutama dengan strategi dan Tinjauan
taktik yang disusun sebelumnya. Terdapat Jika sebelumnya dilakukan
dua faktor inti yang saling terkait dan evaluasi, ada juga istilah review atau
penting untuk diperhatikan saat tinjauan. Ini adalah langkah yang dilakukan
mempertimbangkan skala waktu. Yang bila kampanye yang sama nantinya akan
pertama adalah tenggat waktu, tenggat dilaksakanan di kemudian hari. Tinjauan
merupakan tahapan untuk mengidentifikasi METODE PENELITIAN
perubahan-perubahan strategis yang perlu Penelitian ini merupakan penelitian
dilakukan (Gregory, 2004:139). kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif
dilakukan dengan alasan peneliti ingin
mendeskripsikan serta menganalisis
Public Information Model
fenomena-fenomena yang tidak dapat
Grunig dan Hunt (1984) telah
dikuantifikasikan, dalam hal ini peneliti
berusaha menangkap keragaman kegiatan
berusaha untuk mendeskripsikan secara
public relations melalui kerangka kerja.
utuh kampanye komunikasi yang
Mereka memperkenalkan empat model
dijalankan oleh Kementerian Kominfo
public relations yang diidentifikasi
dalam upaya penurunan prevalensi stunting
berdasar dari cara kerja praktisi public
di Indonesia. Sedangkan pendekatan
relations dalam menjalankan fungsi
penelitian menggunakan metode studi
komunikasinya. Salah satunya adalah
kasus. Robert K Yin (2008:18) menjelaskan
public information model. Dalam public
bahwa studi kasus digunakan sebagai
information model, public relations
penjelasan menyeluruh terkait berbagai
bertujuan untuk menyebarluaskan
aspek individu, organisasi, kelompok, suatu
informasi kepada publik. yang berisi
program, maupun kondisi kemasyarakatan.
kebenaran. Komunikasi dalam model ini
Data primer diperoleh melalui
adalah satu arah, yakni dari organisasi
wawancara mendalam dengan tiga
kepada publiknya (penerima). Model ini
informan yang berasal dari Direktorat
sedikit berfokus untuk mempersuasi dan
Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
lebih banyak sebagai penyediaan informasi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Model ini biasanya digunakan oleh
meliputi : 1)Kasubdit Informasi dan
pemerintah, organisasi non-profit, asosiasi
Komunikasi Kesehatan; 2)Subkoordinator
dan bisnis (Fill & TurnBull, 2016:397).
Produksi Konten dan Diseminasi Informasi
Multi Step Flow Communication Model Kesehatan; 3)Subkoordinator Penyusunan
Multi step flow communication Program dan Pemantauan Kesehatan.
model dikemukakan pertama kali oleh Paul Kemudian data sekunder diperoleh melalui
Lazarsfeld (1944) dan kemudian observasi dan dokumentasi. Analisis data
dikembangkan oleh Elihu Katz dan yang dilakukan menggunakan analisis data
Lazarfeld pada tahun 1955. Model ini kualitatif Miles dan Huberman. Adapun
menjelaskan bahwa pesan media massa pengukuran keabsahan data menggunakan
sampai kepada publik melalui interaksi triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
yang begitu kompleks. Pada model ini,
publik dapat menerima pesan-pesan media HASIL DAN PEMBAHASAN
massa secara langsung, namun dapat juga Kampanye nasional penurunan
secara tidak langsung. Tidak langsung prevalensi stunting merupakan bagian dari
berarti mereka menerima pesan-pesan pilar strategi nasional pemerintah untuk
media bisa melalui pemimpin opini dan menurunkan prevalensi stunting guna
bisa mendapatkan informasi dari individu membentuk dan mempersiapkan generasi
yang lain (Nuruddin, 2004:135). penerus untuk menghadapi masa bonus
demografi. Dalam menyelenggarakan
program tersebut tentu diperlukan strategi
komunikasi yang tepat dan efektif agar yang dilakukan tidak sesuai dengan analisis
tujuan penurunan prevalensi stunting yang seharusnya digunakan dalam
tercapai. merencanakan suatu program kampanye
Dalam penelitian ini, peneliti menurut Gregory yaitu analisis PEST dan
menggunakan konsep perencanaan analisis SWOT.
kampanye PR dari Anne Gregory untuk PEST membagi lingkungan dalam
menguraikan strategi komunikasi yang empat area dan membahas hampir segala
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi hal yang dapat memengaruhi organisasi.
dan Informatika dalam melaksanakan Empat area tersebut adalah Politik,
kampanye nasional penurunan prevalensi Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Analisis
stunting. Menurut Gregory (2004:35), PEST, membantu mengidentifikasi faktor
perencanaan diterapkan untuk segala hal, penggerak terjadinya perubahan yang
baik untuk melaksanakan program atau bersifat jangka panjang. Proses analisis
kampanye yang berakhir dalam satu atau PEST juga dapat mengidentifikasi
lima tahun, atau bahkan lebih lama dari itu, bagaimana pengaruh eksternal membawa
atau untuk aktivitas-aktivitas tunggal akibat yang berbeda bagi organisasi
seperti konferensi pers dan lain sebagainya. (Gregory, 2004:41-43). Sedangkan analisis
SWOT, dua elemen pertama, Strengths dan
Analisis Weakness dapat dilihat sebagai faktor yang
Analisis merupakan langkah awal digerakkan secara internal dan bersifat
ketika merencanakan sebuah program khusus terhadap organisasi. Dua elemen
kampanye yang bertujuan agar pelaksana lain yakni Opportunities dan Threats
program benar-benar memahami pokok biasanya bersifat eksternal. Strengths dan
permasalahan yang terjadi.(Gregory, Opportunities dapat dikelompokan sebagai
2004:40). Dari hasil temuan penelitian, pertimbangan-pertimbangan positif yang
dijelaskan bahwa Kementerian Kominfo mendukung terlaksananya program
melakukan pengumpulan hasil-hasil riset kampanye, sedangkan Weakness dan
dari para stakeholder untuk melihat dan Threats dikelompokan pada kondisi-
memahami pokok permasalahan yang kondisi negatif yang harus dihadapi dalam
menjadi landasan dilaksanakannya penyelenggaraan kampanye (Gregory,
program kampanye stunting ini. Dari riset- 2004:46-47).
riset tersebut, Kementerian Kominfo
melihat bahwa intervensi berupa edukasi Tujuan
terkait stunting perlu dilakukan. Hal ini Menentukan tujuan merupakan hal
disebabkan karena masih minimnya yang sangat penting agar program
pengetahuan dan kesadaran masyarakat kampanye yang diselenggarakan
terkait stunting mempunyai arah serta dapat menunjukkan
Peneliti melihat bahwa proses suatu keberhasilan tertentu (Gregory
analisis yang dilakukan masih kurang (2004:65). Tujuan dari kampanye nasional
mendalam dan sekedar di permukaan saja. penurunan prevalensi stunting adalah untuk
Meskipun Kementerian Kominfo sudah meningkatkan kesadaran dan pemahaman
memahami permasalahan yang menjadi masyarakat terkait stunting. Menurut
landasan dilakukannya kampanye, analisis Gregory (2004:78-79) bahwa suatu
organisasi dapat memilih efek yang
diinginkan dari komunikasi yang mengantisipasi stunting agar tidak terjadi
dilakukan. Jadi jika sedang pada keturunan maupun keluarganya di
memperkenalkan suatu ide baru atau ide kemudian hari. Selanjutnya yang kedua
yang sulit kampanye dapat berkonsentrasi adalah sasaran sekunder yakni kampanye
pada tingkat kesadaran atau awareness menyasar pasangan calon pengantin, bidan,
terlebih dahulu. Penting untuk diingat tokoh masyarakat, pemuka agama,
bahwa membuat seseorang bertindak komunitas Dan terakhir sasaran tersier dari
adalah lebih sulit daripada mendorong kampanye adalah masyarakat Indonesia
mereka untuk berpikir tentang suatu hal secara keseluruhan.
Hal yang terpenting di dalam Namun, berdasarkan temuan
penyusunan tujuan adalah organisasi harus penelitian, Kementerian Kominfo
mampu mencapai apa yang disebut konsep memfokuskan sasaran kepada remaja putri
SMART (specific, measureable, terkhusus pada program unggulan
achievable, relevant, dan time-bound). kampanye yaitu forum genbest. Sebab
Konsep ini digunakan individu maupun menurut Kementerian Kominfo intervensi
organisasi karena dianggap mampu kepada remaja putri lebih mudah
memberi kerangka yang jelas untuk jejaringnya dibandingkan mengintervensi
mencapai sasaran. (Doran, 1981:36). kepada ibu-ibu usia produktif. Padahal
Kementerian Kominfo sudah menetapkan permasalahan stunting ini secara nyata
tujuan secara spesifik dimana tujuan terjadi pada masa 1000 HPK, dimana
disertai dengan target-target angka yang seharusnya jika mengacu kepada strategi
harus dicapai, sehingga tujuan dapat diukur komunikasi yang dirumuskan oleh
nantinya melalui evaluasi. Tujuan Kementerian Kesehatan, seharusnya
kampanye stunting ini sudah realistis dan sasaran utama ditujukan kepada ibu hamil,
sangat mungkin untuk dicapai. Tujuan yang ibu menyusui, dan tenaga kesehatan.
ditetapkan berkaitan dengan salah satu Menurut peneliti, pemfokusan sasaran
tugas Kementerian Kominfo sebagai kepada remaja putri tidak memberikan
pelaksana komunikasi publik. Selain itu, solusi jangka pendek jika menargetkan
Kementerian Kominfo telah menentukan prevalensi stunting turun mencapai 14% di
batas waktu untuk mencapai target-target tahun 2024.
tersebut yaitu dalam kurun waktu satu Arens (1999) dalam Venus (2009:150)
tahun, selalu ditingkatkan setiap tahunnya memaparkan bahwasanya segmentasi atau
serta dilakukan sampai dengan tahun 2024. pengelompokan dipilah pertama
berdasarkan kondisi geografis, demografis,
Publik perilaku, dan psikografis. Kementerian
Kementerian Kominfo membagi Kominfo belum menentukan secara
publik sasaran menjadi tiga kategori yakni spesifik kriteria atau karakteristik publik
sasaran primer yang menyasar kepada yang disasar. Padahal jika Kementerian
remaja putri usia 15-25 tahun dan ibu-ibu Kominfo melakukan segmentasi terperinci
usia produktif. Sasaran primer tersebut mulai dari demografis, geografis,
dipilih karena Kementerian Kominfo psikografis, dan perilaku, akan
berharap perempuan baik itu remaja putri memudahkan perumusan pesan, pemilihan
dan ibu-ibu usia produktif dapat sumber/komunikator, pemilihan media,
hingga teknis pelaksanaan kampanye.
Pesan tujuan, sedangkan taktik adalah tentang apa
Tahapan selanjutnya adalah yang akan dipakai (Gregory, 2004:98-100).
penyusunan pesan. Pesan merupakan kunci Strategi Kementerian Kominfo dalam
penting, dimana pesan sebagai sarana yang kampanye stunting ini adalah dengan
akan mengarahkan sasaran untuk mengikuti menggunakan komunikasi multikanal.
apa yang diharapkan dari kegiatan Pemilihan strategi ini merupakan adopsi
kampanye, yang akan membawa kepada dari konsep pemasaran. Menurut Kotler &
pencapaian tujuan. Agar hasil yang dicapai Keler (2008:147-148) komunikasi
sesuai apa yang diharapkan, pesan harus multikanal didefinisikan sebagai
disusun berdasarkan tujuan yang sudah penggunaan dua atau lebih saluran
ditetapkan sebelumnya. Pesan ialah komunikasi yang berbeda guna
pernyataan spesifik yang mengandung ide menjangkau segmen sasaran yang berbeda
atau tema utama pesan yang kemudian guna menjangkau lebih banyak publik.
diturunkan atau didukung dengan subpesan Karena pada prinsipnya suatu program
yang lebih rinci dan bervariasi dengan yang mempunyai publik yang beragam,
menunjuk pada informasi tertentu serta maka akan memerlukan taktik yang
disesuaikan pada kondisi kelompok sasaran beragam pula.
(Gregory, 2004:151). Pemilihan taktik atau media yang tepat
Kementerian Kominfo merumuskan akan berpengaruh besar pada tingkat
setidaknya ada empat pilar utama pesan kesadaran dan pemahaman sasaran
yakni pertama tentang kesehatan dan terhadap stunting. Selain itu, penggunaan
sanitasi yang meliputi pemeliharaan taktik dalam kampanye nasional stunting
kesehatan hingga kebersihan MCK. Kedua ini turut menentukan keefektifan dari pesan
adalah nutrisi, berkaitan dengan makanan yang disampaikan. Secara rincinya,
dan asupan gizi terbaik terutama untuk kampanye penurunan prevalensi stunting
bayi, anak-anak dan remaja putri. Ketiga menggunakan konsep metode bauran
adalah tumbuh kembang anak mulai dari promosi yang terdiri dari tiga kategori,
janin, bayi, balita hingga remaja. Terakhir pertama adalah above the line (ATL). ATL
adalah reproduksi remaja yang berkaitan pada dasarnya merupakan aktivitas
dengan pemeliharaan kesehatan reproduksi, kampanye yang ditujukan untuk publik
menstruasi, dan termasuk persiapan yang luas yang semata-mata ditujukan
menikah. Metode penyampaian pesan untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu
bersifat informatif, persuasif, dan edukatif tertentu. Pada ATL ini kampanye
melalui berbagai macam bentuk konten dan menggunakan media massa nasional dan
pendekatan. Bentuk konten dapat berupa lokal seperti koran, portal berita online,
artikel, foto, audio, infografis, motion radio berjejaring dan televisi, serta
grafis, komik, dan audio visual serta pemanfaatan media luar ruang dengan
penggunaan bahasa disesuaikan dengan memasang baliho dan billboard.
sasaran. Penggunaan media-media tersebut dalam
kampanye stunting ini dapat menjangkau
Strategi dan Taktik banyak publik, namun hanya pada tahap
Secara singkat, strategi ialah pengenalan terkait stunting saja.
bagaimana suatu organisasi akan meraih Kemudian below the line (BTL),
dimana kampanye dilakukan terhadap
audiens yang spesifik yaitu dengan dilakukan penyesuaian program dan
mengadakan forum tatap muka (forum anggaran.
generasi bersih dan sehat), serta kolaborasi
dengan tokoh agama. Ketiga adalah Sumber Daya
through the line dengan melakukan Sumber daya dalam konteks
kampanye digital melalui media sosial kampanye diartikan sebagai unsur yang
(Instagram @genbest.id, facebook, twitter, digunakan untuk menyokong
youtube), website genbest.id, serta aplikasi penyelenggaran kampanye. Sumber daya
anak sehat. pada program kampanye dikategorikan ke
dalam tiga bentuk antara lain sumber daya
Skala Waktu manusia, dana atau biaya operasional, dan
Kampanye selalu diselenggarakan terakhir adalah peralatan atau logistik.
pada rentang waktu tertentu. Ada kalanya Sumber daya manusia dapat berasal dari
penetapan rentang waktu berasal dari pihak tenaga internal ataupun tenaga eksternal
luar, ada pula yang ditetapkan sendiri seperti biro konsultan, yang tentu waktu
(Gregory, 2004:124). Waktu dan keahlian orang-orang yang terlibat
penyelenggaraan kampanye penurunan harus dibayar. Mereka yang professional,
prevalensi stunting ini dimulai dari tahun berpengalaman dan ahli akan lebih mahal.
2017 dan berlanjut hingga tahun 2024. Ukuran dan sifat program berpengaruh
Rentang waktu tersebut ditetapkan oleh kepada level sumber daya yang dibutuhkan
pihak eksternal yakni arahan Presiden Joko (Gregory, 2004:131). Dikarenakan ukuran
Widodo yang telah disepakati berbagai program yang bersifat luas yakni secara
stakeholder serta telah dicantumkan dalam nasional, serta sifat program kampanye ini
Rencana Pembangunan Jangka Menengah kompleks, maka dibutuhkan banyak tenaga
Nasional Tahun 2020-2024. eksternal yang memiliki skill dan
Dalam merencanakan skala waktu pengalaman di bidang komunikasi
kampanye, Kementerian Kominfo memiliki terkhusus pada praktik kampanye.
perencanaan jadwal pada periode satu tahun Kategori sumber daya yang kedua
sekali yang dilakukan secara terstruktur dan adalah biaya operasional atau. Perumusan
dituangkan dalam tabel perencanaan waktu anggaran yang tepat merupakan salah satu
atau disebut dengan timetable. Ini bertujuan syarat kesuksesan kegiatan kampanye.
sebagai pengendali dan pengingat agar Anggaran ini bergantung kepada strategi
implementasi kampanye sesuai dengan apa taktik serta SDM yang diperlukan. Perlu
yang direncanakan di awal, sehingga tidak dipahami bahwasanya ketika menyusun
ada kegiatan atau program yang terlewat biaya harus menimbang aspek efisiensi dan
atau tertunda. Walaupun sudah disusun efektivitas (Ruslan, 2007:104). Anggaran
dengan baik dan rapi, terdapat perubahan kampanye penurunan prevalensi stunting
atau dinamika saat pengimplementasian rata-rata setiap tahun berkisar antara 14
program di lapangan. Tetapi hal ini hingga 15 milliar rupiah, yang bersumber
dimitigasi oleh Kementerian Kominfo dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
dengan baik melalui penjadwalan ulang, (APBN). Dalam proses perancangan
serta jika terjadi penambahan kegiatan anggaran, Kementerian Kominfo sudah
mempertimbangkan berbagai macam hal
mulai dari tujuan dengan indikator- riset masalah, desain efektif, tulisan, dan
indikatornya, jumlah jangkauan, serta penentuan saluran komunikasi. Kedua
berdasar dari strategi dan taktik-taktik yang output, evaluasi yang melibatkan
akan digunakan. Sementara itu, untuk perhitungan sejumlah hal seperti jumlah
peralatan yang dipakai oleh tenaga internal pembaca, jumlah pendengar, dan lainnya.
Kominfo adalah peralatan atau aset yang Ketiga yaitu outcome, sebagai pengukuran
dimiliki oleh Kantor Kementerian Kominfo efek akhir dari suatu program komunikasi.
sendiri seperti Alat Tulis Kantor (ATK), Dan keempat adalah out-take, yang
komputer, laptop dan lain sebaganya. digunakan untuk menunjukkan keadaan di
Sedangkan peralatan untuk eksekusinya antara output dan outcome, serta
disesuaikan dengan kebutuhan masing- menjelaskan apa yang mungkin ditarik oleh
masing taktik yang tentunya mendukung individu dari suatu program kampanye.
pelaksanaan program agar menghasilkan Aspek yang dievaluasi pada
capaian yang efektif dan efisien. kampanye penurunan prevalensi stunting
ini hanya terdiri dari dua jenis evaluasi,
Evaluasi dan Tinjauan pertama output pengukuran berdasarkan
Tahapan yang tidak boleh terlewat total jangkauan kampanye, kedua outcome
dalam kampanye adalah evaluasi serta terkait pemahaman tentang stunting yang
review atau tinjauan. Evaluasi berfungsi diukur melalui riset secara ilmiah.
untuk mengetahui capaian hasil dari Sedangkan evaluasi input dan out-take
pelaksanaan kampanye yang sudah tidak dilakukan oleh Kementerian
diselenggarakan. Hasil dari evaluasi Kominfo. Padahal dengan mengevaluasi
kemudian akan digunakan pula untuk input dapat diketahui kualitas dari analisis
tinjauan terhadap program kampanye riset, kefektifan desain pesan yang
kedepannya, oleh karenanya proses disampaikan, hingga pemilihan media.
evaluasi harus dilakukan sebenar-benarnya Kemudian, jika melakukan evaluasi out-
serta terstruktur. Evaluasi umumnya take pada kampanye ini, maka akan
diselenggarakan sebelum kampanye, saat teridentifikasi taktik atau media apa yang
berlangsung, dan pasca kampanye (Venus, menjangkau banyak sasaran, namun juga
2009:158). Kementerian Kominfo efektif diterima oleh sasaran.
melakukan evaluasi pada dua sesi yakni Setelah evaluasi, terdapat review
saat pelaksanaan program berlangsung dan atau tinjauan yang merupakan tahapan yang
capaian bulanan. Selain itu, bersama Biro dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai
Perencanaan juga dilakukan monitoring macam perubahan strategis yang
per-triwulan untuk melihat sejauh mana diperlukan agar dapat lebih efektif lagi
target tercapai serta pada akhir tahun untuk mencapai tujuan kampanye di
dievaluasi dengan membuat laporan periode pelaksanaan kampanye berikutnya
evaluasi. (Gregory, 2004:139). Tinjauan pada
Menurut Gregory (2004:144), ada kampanye ini dilakukan melalui rapat
empat hal dalam evaluasi yang perlu diskusi internal yang biasanya dilakukan
mendapat keterangan. Pertama adalah pada akhir tahun. Beberapa hasil tinjauan
input, terkait bagaimana pesan disebarkan, yang diungkapkan, pada kampanye
unsur-unsur yang diukur berupa kualitas selanjutnya terdapat perubahan strategi
berupa perluasan wilayah kampanye sesuai
data wilayah Badan Perencanaan diberikan didapat melalui proses ilmiah dan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan hasil koordinasi dengan para ahli terutama
metodologi dan media yang sama hingga di dengan Kementerian Kesehatan.
tahun 2024. Kemudian akan dilakukan Kementerian Kominfo menurut model ini
penyesuaian pada pilar konten kampanye bertindak sebagai journalist in resident
dan key message bersifat dinamis. Selain itu yang artinya sebagai wartawan dalam
kedepannya perlu mempersiapkan menyebaluaskan informasi kepada publik
perencanaan alternatif lain sebagai mitigasi dan mengendalikan berita atau informasi
kegiatan-kegiatan insidentil baik yang yang akan disebarkan.
berasal dari kebijakan pimpinan maupun Pada praktiknya, Kementerian
permintaan-permintaan khusus dari Kominfo dalam menentukan sasaran tidak
lembaga tertentu. berdasar kepada riset, namun hanya
berdasar intuisi, yang mana menyasar
Analisis Teoritis pada Kampanye kepada remaja putri karena merasa berat
Nasional Stunting dam tidak mempunyai jejaring. Selain itu,
Public information model komunikasi yang terjadi pada kampanye ini
dikemukakan oleh Grunig dan Hunt pada bersifat satu arah saja, tidak ada timbal
tahun 1984. Mereka menyatakaan bahwa balik dari penerima pesan. Dapat dilihat
praktik public relations bertujuan untuk pada kampanye digital di media sosial,
menyebarluaskan informasi kepada publik. tidak terjadi interaksi pada konten yang
Pada model ini ditekankan untuk diunggah. Dalam artian sasaran bersifat
memberikan informasi yang berisi pasif terhadap pesan yang diberikan.
kebenaran kepada publik. Komunikasi Begitupun juga Kementerian Kominfo
dalam model ini adalah satu arah, sedikit tidak interaktif terkhusus dalam menjawab
berfokus untuk mempersuasi dan lebih pertanyaan-pertanyaan oleh followers
banyak sebagai penyediaan informasi. Para terkait stunting. Kementerian Kominfo
praktisi public relations yang mengadopsi hanya dapat memastikan pesan diterima
model ini sedikit sekali melakukan riset dan dipahami dengan baik oleh sasaran
terkait sasaran mereka dalam menguji hanya pada penyampaian melalui Forum
kejelasan pesan. Model ini biasanya Genbest dengan melakukan pre-test dan
digunakan oleh pemerintah, organisasi non- post-test. Sedangkan untuk penyampaian
profit, asosiasi dan bisnis (Fill & TurnBull, pesan melalui kanal-kanal yang lain
2016:397). Kementerian Kominfo hanya berfokus
Merujuk kepada paparan di atas, kepada banyaknya jumlah jangkauan.
kampanye stunting yang dilakukan oleh Peneliti juga menggunakan multi
Kementerian Kominfo termasuk ke dalam step flow communication model yang
public information model. Berdasarkan dikemukakan oleh Paul Lazarsfeld (1944)
temuan penelitian, kampanye stunting ini untuk menganalisis bentuk komunikasi
bertujuan untuk mendiseminasikan atau yang terdapat dalam kampanye nasional
menyebarluaskan informasi tentang stunting. Model ini merupakan
stunting dalam rangka meningkatkan penggabungan antara one step flow dan two
kesadaran dan pemahaman masyarakat step flow communication model. Model ini
terkait stunting. Informasi-informasi yang menjelaskan bahwa pesan media massa
sampai kepada publik melalui interaksi
yang begitu kompleks. Pada model ini, akan menyisipkan informasi tentang
publik dapat menerima pesan-pesan media stunting.
massa secara langsung, namun dapat juga Komunikasi dua tahap juga terjadi
secara tidak langsung. Tidak langsung pada penyampaian pesan-pesan stunting
berarti mereka menerima pesan-pesan melalui Forum Genbest. Dimana peserta
media bisa melalui pemimpin opini dan diberikan materi-materi tentang stunting
bisa mendapatkan informasi dari individu maupun pencegahannya dari para ahli.
yang lain (Nuruddin, 2004:135). Setelah mengikuti Forum Genbest,
Berdasarkan temuan penelitian, berdasarkan data keikutsertaan, para
kampanye stunting yang dilakukan oleh peserta dimasukkan ke dalam grup
Kementerian Kominfo ini menyasar publik Whatsapp Komunitas Genbest yang
secara nasional yang tentunya memiliki nantinya akan membantu menyebarkan
karakteristik yang beragam. Penyampaian pesan-pesan stunting kepada kerabat,
pesan-pesan terkait stunting disampaikan keluarga dan masyarakat di lingkungan
melalui interaksi yang kompleks. Sasaran sekitar, dan diharapkan pesan-pesan
dapat menerima pesan secara langsung tersebut disebarkan seterusnya untuk
melalui kanal-kanal yang digunakan untuk menjangkau lebih banyak sasaran. Namun
mendiseminasikan informasi stunting yakni demikian, mengingat sifatnya yang
tentang kesehatan dan sanitasi, nutrisi, berantai, maka bisa saja terjadi suatu miss
tumbuh kembang, dan kesehatan komunikasi. Ini terjadi apabila adanya
reproduksi remaja melalui sosial media kesalahan penyampaian informasi tertentu.
cetak, media elektronik, media online Efeknya juga bisa menjadi lebih panjang
maupun media sosial. Dalam kasus ini, bila rantai tersebut tetap diteruskan.
komunikasi tersebut dikategorikan ke
dalam komunikasi satu tahap. SIMPULAN
Selain sasaran dapat menerima Strategi komunikasi Kementerian
pesan stunting secara langsung, beberapa Kominfo dalam kampanye nasional
pendekatan komunikasi yang dilakukan penurunan prevalensi stunting telah melalui
dalam kampanye stunting ini juga beberapa tahapan sesuai dengan konsep
memanfaatkan opinion leader untuk kampanye PR dari Anne Gregory. Pertama
memberikan informasi kepada sasaran. dilakukan analisis masalah, yakni dengan
Misalnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), pengumpulan data-data dari hasil riset yang
Kementerian Kominfo melibatkan tokoh dilakukan oleh stakeholder. Meskipun
agama untuk memberikan penyuluhan sudah memahami alasan atau latar belakang
tentang stunting. Hal ini dikarenakan NTT stunting, tetapi Kementerian Kominfo tidak
basis keagamannya tinggi dan tokoh agama melakukan analisis dalam bentuk SWOT
memiliki pengaruh yang cukup kuat, Dalam ataupun PEST. Tujuan dari kampanye
prosesnya, Pastor ataupun Pendeta akan adalah meningkatkan kesadaran dan
diinformasikan terlebih dahulu mengenai pemahaman masyarakat terkait stunting.
stunting berupa pemberian buku panduan Kementerian Kominfo juga telah
ataupun mereka dapat mencari sendiri menentukan objektif yang menjadi
informasi dari website genbest.id maupun indikator keberhasilan dalam pelaksanaan
artikel-artikel yang tersedia di internet. evaluasi.
Selanjutnya diharapkan pada saat Khutbah
Adapun sasaran kampanye kampanye stunting ini. Kementerian
difokuskan kepada remaja putri. Kominfo melakukan review yang menjadi
Pemfokusan ini tidak sesuai dengan tujuan acuan untuk perencanaan kampanye
kampanye untuk mendukung prevalensi selanjutnya. Perubahan strategi pada
stunting turun 14% di tahun 2024. Selain kampanye berikutnya di antaranya berupa
itu, Kementerian Kominfo belum perluasan wilayah kampanye, penyesuaian
melakukan segmentasi sasaran secara pada pilar konten, dan pesan kunci bersifat
spesifik terutama pada aspek perilaku dan dinamis.
aspek psikografis. Terdapat empat pesan Sesuai dengan public information
utama di antaranya terkait dengan model. Kampanye stunting dilakukan
kesehatan dan sanitasi, nutrisi, reproduksi dengan diseminasi informasi terkait
remaja, dan tumbuh kembang anak. Metode stunting dengan bentuk komunikasinya
penyampaian pesan bersifat informatif, dominan satu arah, dimana cenderung tidak
edukatif dan persuasif. Strategi yang dipilih ada interaksi dengan sasaran. Kementerian
adalah dengan menggunakan komunikasi Kominfo masih berfokus kepada jangkauan
multikanal dengan taktik-taktik yang kampanye tidak pada tingkat penerimaan
digunakan mengadopsi konsep dari bauran ataupun pemahaman pesan oleh sasaran.
promosi pemasaran yaitu above the line, Pemahaman sasaran terkait stunting hanya
through the line dan below the line. diukur pada forum sosialisasi genbest saja.
Pada tahapan skala waktu, Selain itu pula, kampanye nasional
ditetapkan bahwa pelaksanaan kampanye prevalensi stunting menerapkan multi step
berlangsung hingga tahun 2024, flow communication sebagai model
menyesuaikan dengan periode komunikasinya, sebab kampanye menyasar
pemerintahan Presiden Joko Widodo. secara nasional tentunya memiliki
Sumber daya manusia berasal dari tenaga karakterisitik yang beragam dan interaksi di
internal yakni Sub-Direktorat Informasi dalamnya sangat kompleks. Sasaran
dan Komunikasi Kesehatan Direktorat menerima pesan secara langsung melalui
IKPMK Ditjen IKP dan juga tenaga kanal-kanal diseminasi informasi, melalui
eksternal dari agensi/vendor untuk opinion leader dan bisa mendapatkan
membantu eksekusi program kampanye. informasi dari individu yang lain. Hal ini
Biaya operasional berasal dari APBN memungkinkan terjadi miss komunikasi
(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) karena model ini sifatnya berantai.
yang berjumlah rata-rata pertahun berkisar
antara 14-15 milliar rupiah. Peralatan yang SARAN
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan Berdasarkan penelitian yang telah
masing-masing taktik kampanye. dilakukan, maka peneliti memberikan saran
Kementerian Kominfo melakukan yang diharapkan dapat dijadikan bahan
evaluasi pada akhir tahun dengan mengukur masukan dan pertimbangan sebagai berikut
level output yaitu jangkauan tiap taktik :
serta level outcome yakni pemahaman a) Dalam menganalisis situasi sebaiknya
masyarakat dengan melakukan survei menggunakan metoda analisis SWOT
secara metode ilmiah. Namun, dan atau PEST agar dapat mengetahui
Kementerian Kominfo tidak melakukan faktor internal dan eksternal organisasi
evaluasi input dan out-take dalam
yang dapat berpengaruh terhadap f) Penelitian selanjutnya dapat
pelaksanaan kampanye mengembangkan model maupun teori-
b) Dalam menentukan publik sasaran teori lain untuk mendeskripsikan dan
sangat penting untuk melakukan menganalisis program kampanye, serta
segmentasi secara spesifik mulai dari menambah responden dari pihak
aspek demografis, geografis, eksternal. Jika menggunakan metode
psikografis dan perilaku. Hal ini kualitatif akan lebih bagus jika disertai
dilakukan agar bahasa, pesan, dan dengan metode survei kuesioner
kanal media yang dipilih sesuai dengan kepada sasaran untuk melihat
karakteristik sasaran sehingga bagaimana pesan kampanye yang
kampanye lebih efektif dalam disampaikan dapat diterima secara
mencapai tujuan efektif
c) Evaluasi seharusnya dilakukan secara g) Peneliti yang ingin mengambil
menyeluruh, bukan hanya pada output penelitian sejenis dapat memfokuskan
untuk mengukur jangkauan dan pada kajian yang lain, misalnya
outcome untuk mengukur pemahaman mengenai unsur-unsur kampanye
sasaran terkait stunting, tetapi juga seperti komunikator, pesan, media,
input dan out-take. Dengan hingga efek kampanye
mengevaluasi input dapat diketahui
kualitas dari analisis riset, kefektifan DAFTAR PUSTAKA
desain pesan yang disampaikan, hingga Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan &
pemilihan media. Kemudian, jika Strategi Komunikasi Edisi Revisi.
melakukan evaluasi out-take, maka Jakarta : Rajawali Pers
akan teridentifikasi taktik atau media
Doran, George T. (1981). There’s SMART
apa yang menjangkau banyak sasaran, Way to Write Management’s Goals
namun juga berpengaruh terhadap and Objectives. Ama FORUM
pencapaian tujuan
Effendy, Onong Uchjana. (2015). Dinamika
d) Dalam menyampaikan pesan-pesan
Komunikasi Ed. 9. Bandung : PT
stunting kepada sasaran terutama Remaja Rosdakarya
dalam multi step communication
model. Penting untuk mengantisipasi Fill, Chris dan Sarah Turnbull. (2016).
Marketing Communication
terjadinya miss komunikasi atau Discovery, Creation, and
penyampaian informasi yang salah, Conversations. United Kingdom :
yakni dengan menyertakan rujukan Pearson Education
atau sumber yang jelas ketika
Gregory, Anne. (2004). Perencanaan dan
memberikan informasi Manajemen Kampanye Public
e) Disarankan kepada Kementerian Relations. Jakarta : Erlangga
Kominfo melakukan riset terlebih
Nurudin. (2014). Pengantar Komunikasi
dahulu terkait konten seperti apa yang
Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
menarik sasaran, selain itu perlu
menciptakan komunikasi yang Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen Public
interaktif agar pesan-pesan terkait Relations & Media Komunikasi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
stunting dapat diterima dan dipahami
secara efektif oleh sasaran
Venus, Antar. (2009). Manajemen Kementerian Kesehatan. (2018). Situasi
Kampanye : Panduan Teoretis dan Balita Pendek (Stunting) di
Praktis dalam Mengefektifkan Indonesia.
Kampanye Komunikasi Publik https://pusdatin.kemkes.go.id/article/vie
cetakan ke-3. Bandung : Simbiosa w/18102500001/situasi-balita-pendek-
Rekatama Media di-indonesia.html

Yin, Robert K. (2008). Case Study Kementerian Kesehatan. (2021). Buku Saku
Research : Design and Methods Hasil Studi Status Gizi Indonesia
(Applied Social Research Methods. (SSGI) Tahun 2021.
Illinois : Sage Publications, Inc. https://www.litbang.kemkes.go.id/buku-
saku-hasil-studi-status-gizi-indonesia-
ssgi-tahun-2021/
Jurnal/Skripsi
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Rahmadiana, Metta. (2012). Komunikasi (2020). Buku Komunikasi Stunting
Kesehatan : Sebuah Tinjauan. Jurnal Strategi dan Aksi.
Psikogenesis. Universitas YARSI. https://stunting.go.id/buku-komunikasi-
1(1) : 88-94 stunting-strategi-dan-aksi/
Zhao, Xiaoquan. (2020). Health Kementerian Sekretariat Negara. (2018).
Communication Campaigns : A Brief Pilar 2 Kampanye Nasional
Introduction and Call for Dialogue. Penurunan prevalensi Stunting.
International Journal of Nursing https://stunting.go.id/program/pilar-2/
Sciences. 7(1) : 511-515
Suhartono. (2020). Ketidaktahuan
Internet Pengetahuan Jadi Penyebab Kekerdilan
Humas Sekretariat Kabinet RI. (2021). Masa Tumbuh Anak.
Presiden Minta BKKBN Tingkatkan https://www.kompas.id/baca/polhuk/2020/02/2
Kualitas Manajemen Program 7/ketidaktahuan-pengetahuan-jadi-penyebab-
Penurunan Stunting. kekerdilan-masa-tumbuh-anak
https://setkab.go.id/presiden-minta-
bkkbn-tingkatkan-kualitas-manajemen-
program-penurunan-stunting/

Anda mungkin juga menyukai