Oleh :
Hafizhah Suci Radhiyyah
( 23/514358/SP/31279 )
I. PENDAHULUAN
Stunting merupakan permasalahan gizi yang dimana keadaan tinggi seorang anak
lebih pendek dibanding dengan anak seusianya, atau yang lebih dikenal dengan kondisi
gagal tumbuh pada anak balita. Stunting diakibatkan oleh minimnya kandungan gizi yang
didapat oleh bayi/ janin ( dalam waktu 1000 hari pertama kehidupan), dimana hal ini dapat
beresiko hingga menyebabkan kematian pada janin. Bahkan hal ini memiliki efek samping
terhadap perkembangan otak, perkembangan tubuh dan gestur badan yang tidak sehat serta
memiliki gangguan metabolisme glukosa, protein dan hormone pada anak.
Situasi seperti ini jika diatasi dengan baik maka akan dapat mempengaruhi
kapabilitas pembangunan indonesia dan menjunjung cita-cita negara Indonesia dengan
memajukan kesejahteraan umum rakyat Indonesia. Dengan didukung oleh pendidikan yang
bermutu serta infrastruktur yang memadai maka generasi-generasi muda akan meningkatkan
mutu Sumber Daya Manusia dan menjunjung terhadap kesuksesan pembangunan Indonesia.
Hal sebaliknya jika rendahnya SDM dan infrastruktur yang kurang memadai serta
pendidikan yang tidak berkualitas maka akan berdampak pada penurunan IQ, Menurut Jalal
2007;Cahyono,Manongga dan Picauly 2016 Menurunya IQ pada anak di Indonesia sebesar
10 sampai dengan 15 poin. Prestasi akademik yang buruk serta diprediksi 20 % lebih rendah
di usia kerja, hal ini dapat memperparah kemiskinan dan dapat memperparah kelangsungan
hidup generasi yang akan datang.
Permasalahan gizi adalah hal yang sangat genting yang harus segera ditanggulangi
terkhusus di negara Indonesia, Menurut WHO indonesia sendiri merupakan salah satu
negara yang memiliki masalah stunting tertinggi di kawasan ASEAN. Seperti yang
dikemukakan oleh Saudale (2019), Berdasarkan data kesehatan dasar 2018 angka stunting di
Indonesia sendiri mencapai 30,8 persen. Sedangkan sasaran menurut WHO, stunting tidak
boleh melebihi 20 persen. Kementrian RI berharap supaya permasalahan stunting segera
turun yaitu 3 persen per tahun , dan ini terbukti pada Riskesdas 2013 stunting di Indonesia
sebesar 37,2 menjadi 30,8 persen di tahun 2018. Sehingga target untuk tahun 2024 dapat
tercapai menjadi 19 persen.
Penanganan stunting memerlukan keterlibatan lintas sektor dan koordinasi dari
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu masyarakat, pemerintah, dan dunia. Upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah lewat intervensi spesifik yang dilakukan
oleh Kemenkes, Pemerintah daerah dan Kota Madya terkait kesejahteraan masyarakat,
kesehatan lingkungan dan penanggulangan kemiskinan. Ada 3 hal yang mendasar mengapa
pentingnya pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia harus segera diatasi.
Pertama dari aspek kebijakan, di Indonesia sendiri indeks stunting masih diatas 20 % dan ini
menunjukan bahwa kebijakan pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan stunting
pemerintah belum berjalan semestinya. Yang dimana kebijakan yang diambil kurang
menyelesaikan permasalahan atau bisa juga permasalahan ini terjadi disaat kebijakan baru
dijalankan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terbaru untuk mencari akar dan jalan keluar
dari permasalahan ini.
Kedua, selain peran pemerintah dalam membuat kebijakan, peran masyarakat sangat
penting dalam mendukung kebijakan pemerintah. Karena masyarakatlah yang harus benar-
benar memahami situasi dan mengalami permasalahan stunting. Ketiga, seperti yang
dikemukakan oleh Putri (2019), dari salah satu isi visi Presiden RI adalah fokus terhadap
peningkatan SDM dengan memberikan layanan kesehatan pada ibu hamil, bayi,balita, dan
anak sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan.
Tulisan ini bertujuan untuk meninjau seberapa jauh kebijakan pemerintah dalam
menangani pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dari beberapa sektor kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan masyarakat sendiri juga
harus ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program-program yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan WPR yang dimana metode
ini digunakan sebagai metodologi post struktural untuk menganalisis suatu kebijakan yang
dibuat. Menurut Bacchi, C, (2009) maksud dari penelitian menggunakan metode pendekatan
WPR adalah memahami kebijakan yang lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari
pembuat kebijakan. Selain itu metode ini juga menggunakan Literature review yang dimana
peneliti menelusuri penelitian ini dengan cara menganalisa suatu fakta
Kekurangan gizi pada masa anak-anak selalu dikaitkan dengan kurangnya vitamin
mineral yang ada pada tubuh seorang anak. Beberapa tahun terakhir ini banyak penelitian
menangani kasus dari kurangnya zat gizi pada anak, mulai dari meningkatkannya penyakit
infeksi dan kematian yang dapat menyebabkan pertumbuhan seorang anak menjadi lama
serta perkembangan mental yang buruk. Stunting masih merupakan satu problem
kekurangan gizi di Indonesia yang belum terselesaikan.
Di Tahun 2011 Indonesia berada diposisi 5 dari 81 negara dengan jumlah anak yang
kekurangan gizi terbesar didunia yaitu mencapai 7.547.000 anak. Sehingga pada waktu
itu Indonesia lah yang memiliki kasus stunting tertinggi dari pada negara seperti Afrika,
Ethiopia, Kenya,dll.Pada tahun 2017 UNICEF dan WHO mengeluarkan statement bahwa
jumlah kasus stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lainnya dengan
persentase 36 % dengan jumlah balita stunting sebanyak 8,8 juta jiwa (S.W. TNP2K 2018).
Indeks tersebut menempatkan Indonesia menjadi posisi ke 2 dengan persentase jumlah
stunting tertinggi setelah Laos untuk kawasan ASEAN.
Menurut Riset proporsi status balita sangat pendek dan pendek serta kurang
pemerataan pengalokasian tentang stunting menyebabkan Disparitas antar provinsi yang
tinggi. Kawasan yang kurang mendapatkan pantauan yang maximal menjadikan Nusa
Tenggara Timur menjadi provinsi dengan jumlah stunting tertinggi mencapai angka 42,6%
sedangkan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan angka stunting terendah yaitu 17,7%.
Proporsi status gizi balita dapat di lihat pada gambar di bawah ini
c. Problematika stunting dari berbagai aspek
Indonesia
Gizi buruk pada seorang anak merupakan masalah yang sangat diawasi, karena
kurang nya gizi pada seorang anak akan memberikan dampak yang sangat besar yaitu
keterlambatan masa kembang tumbuh anak, lamanya perkembangan otak yang dapat
mengganggu belajar si anak menjadi tidak maksimal dan kurang fokus yang
menghasilkan nilai si anak kurang berprestasi. Menurut penelitian di Peru stunting pada
kembang tumbuh anak sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif berpikir pada
anak.
V. SARAN
Aurima, J., Susaldi, S., Agustina, N., Masturoh, A., Rahmawati, R., & Madhe, M. T. M. (2021). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Open Access
Jakarta Journal of Health Sciences, 1(2), 43-48.
Fikawati, S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di
Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pambagio, A. (2020) ‘Kelanjutan Program Cegah Stunting di Masa Corona Agus Pambagio’. detikNews.
Available at: https://tender.pengadaan.com/ index.php/news/view/15695/Catatan-agus-
pambagioKelanjutan-program-cegahstunting-di-masa-coronaAgus-pambagio-detiknews.
Peters,G, B. (2005) ‘The Problem of Policy Problems’, Journal of Comparative Policy Analysis: Research
and Practice.
Prastyani (2019) ‘Memburu stunting: Wacana pembangunan kesehatan Jokowi dan diskriminasi fisik
untuk pekerjaan’. Available at: https://theconversation .com/memburu-stuntingwacana-
pembangunan-kesehatan-jokowi-dan-diskriminasi-fisik-untuk-pekerjaan116184.
Putri, B. (2019) ‘Jokowi Sampaikan Lima Visi Pemerintahannya di Periode Kedua’. Jakarta: Tempo.Co.
Available at: https://pilpres.tempo.co/ read/1224532/jokowi-sampaikan lima-visi-
pemerintahannya-di-periode-kedua/full view=ok.
Rahayu, Atikah, D. (2014) ‘RISIKO PENDIDIKAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
6-23 BULAN’, Penelitian Gizi Makan, 37, p. 134. Available
at:https://media.neliti.com/media/publications/223548-none.pdf.
Ricci KA, Girosi F, Tarr PI, LimYW, Mason C, Miller M, Hughes J, Seidlein L, Agosti JM, G. R. (2013)
‘Reducing stunting among children: the potential contribution of diagnostics’, Nature Publishing
Group, pp. 29–38. Available at: http://www.nature.com/diagnosticstan ggal 27 Desember 2013.
Rizki, A. (2019) ‘Stunting Ancaman Bagi Ekonomi Indonesia’. Surabay: Joss Today.Com, p. 3. Available
at: https://josstoday.com/read/2019/ 11/19/53880/ Stunting_Ancaman_bagi_Ekonomi_Indonesia
Satriawan, E. (2018) ‘Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Pokja Kebijakan
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia’. Available at: http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi 1_01_
RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf.
Saudale, V. (2019) ‘Kasus Stunting di Indonesia Masih Tinggi’. Jakarta: Berita Satu. Available at:
https://www.beritasatu.com/ekonomi/581125/kasus-stunting-di-indonesia-masih-tinggi.
Sudiono, L. (2016) Model Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pendidikan. Pertama.
Sulistyawati (2018) ‘Stunting Disebabkan Faktor Multidimensi’. Jakarta: Republika.co.id, p. 1. Available
at: https://republika.co.id/berita/nasional/ umum/18/01/25/p3434k359- stunting-disebabkan-faktor-
multidimensi.
Tania Li (2003) ‘Bekerja Terpisah Tetapi Makan Bersama: Kodrat, Kekayaan, dan Kekuasaan Dalam
Hubungan Perkawinan’, Jurnal Analisis Sosial, 8. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/489-ID-perempuan-kemikinan-danpengambilan-keputusan.pdf
Vieira, et al (2007) ‘Stunting: its relation to overweight, global or localized adiposity and risk factors for
chronic non-communicable diseases’, Rev. Bras. Saúde Matern. Infant., Recif, 7, p. 370