Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PERSPEKTIF KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM

PENCEGAHAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN


STUNTING DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi UAS Mata Kuliah Penulisan Akademik


Dosen : Alvi Syahrina, S.T., M.Sc.

Oleh :
Hafizhah Suci Radhiyyah
( 23/514358/SP/31279 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2023
Indonesia merupakan negara dengan tingkat proporsi penduduk stunting yang
tinggi,yakni mencapai angka 36%. Berbagai macam tindakan yang telah diupayakan oleh
pemerintah untuk menanggulangi dan meminimalisir angka stunting melalui kebijakan
kebijakan dan regulasi serta banyak intervensi yang telah dilakukan pemerintah.

I. PENDAHULUAN
Stunting merupakan permasalahan gizi yang dimana keadaan tinggi seorang anak
lebih pendek dibanding dengan anak seusianya, atau yang lebih dikenal dengan kondisi
gagal tumbuh pada anak balita. Stunting diakibatkan oleh minimnya kandungan gizi yang
didapat oleh bayi/ janin ( dalam waktu 1000 hari pertama kehidupan), dimana hal ini dapat
beresiko hingga menyebabkan kematian pada janin. Bahkan hal ini memiliki efek samping
terhadap perkembangan otak, perkembangan tubuh dan gestur badan yang tidak sehat serta
memiliki gangguan metabolisme glukosa, protein dan hormone pada anak.
Situasi seperti ini jika diatasi dengan baik maka akan dapat mempengaruhi
kapabilitas pembangunan indonesia dan menjunjung cita-cita negara Indonesia dengan
memajukan kesejahteraan umum rakyat Indonesia. Dengan didukung oleh pendidikan yang
bermutu serta infrastruktur yang memadai maka generasi-generasi muda akan meningkatkan
mutu Sumber Daya Manusia dan menjunjung terhadap kesuksesan pembangunan Indonesia.
Hal sebaliknya jika rendahnya SDM dan infrastruktur yang kurang memadai serta
pendidikan yang tidak berkualitas maka akan berdampak pada penurunan IQ, Menurut Jalal
2007;Cahyono,Manongga dan Picauly 2016 Menurunya IQ pada anak di Indonesia sebesar
10 sampai dengan 15 poin. Prestasi akademik yang buruk serta diprediksi 20 % lebih rendah
di usia kerja, hal ini dapat memperparah kemiskinan dan dapat memperparah kelangsungan
hidup generasi yang akan datang.
Permasalahan gizi adalah hal yang sangat genting yang harus segera ditanggulangi
terkhusus di negara Indonesia, Menurut WHO indonesia sendiri merupakan salah satu
negara yang memiliki masalah stunting tertinggi di kawasan ASEAN. Seperti yang
dikemukakan oleh Saudale (2019), Berdasarkan data kesehatan dasar 2018 angka stunting di
Indonesia sendiri mencapai 30,8 persen. Sedangkan sasaran menurut WHO, stunting tidak
boleh melebihi 20 persen. Kementrian RI berharap supaya permasalahan stunting segera
turun yaitu 3 persen per tahun , dan ini terbukti pada Riskesdas 2013 stunting di Indonesia
sebesar 37,2 menjadi 30,8 persen di tahun 2018. Sehingga target untuk tahun 2024 dapat
tercapai menjadi 19 persen.
Penanganan stunting memerlukan keterlibatan lintas sektor dan koordinasi dari
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu masyarakat, pemerintah, dan dunia. Upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah lewat intervensi spesifik yang dilakukan
oleh Kemenkes, Pemerintah daerah dan Kota Madya terkait kesejahteraan masyarakat,
kesehatan lingkungan dan penanggulangan kemiskinan. Ada 3 hal yang mendasar mengapa
pentingnya pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia harus segera diatasi.
Pertama dari aspek kebijakan, di Indonesia sendiri indeks stunting masih diatas 20 % dan ini
menunjukan bahwa kebijakan pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan stunting
pemerintah belum berjalan semestinya. Yang dimana kebijakan yang diambil kurang
menyelesaikan permasalahan atau bisa juga permasalahan ini terjadi disaat kebijakan baru
dijalankan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terbaru untuk mencari akar dan jalan keluar
dari permasalahan ini.
Kedua, selain peran pemerintah dalam membuat kebijakan, peran masyarakat sangat
penting dalam mendukung kebijakan pemerintah. Karena masyarakatlah yang harus benar-
benar memahami situasi dan mengalami permasalahan stunting. Ketiga, seperti yang
dikemukakan oleh Putri (2019), dari salah satu isi visi Presiden RI adalah fokus terhadap
peningkatan SDM dengan memberikan layanan kesehatan pada ibu hamil, bayi,balita, dan
anak sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan.
Tulisan ini bertujuan untuk meninjau seberapa jauh kebijakan pemerintah dalam
menangani pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dari beberapa sektor kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan masyarakat sendiri juga
harus ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program-program yang dikeluarkan oleh
pemerintah.

II. LITERATURE REVIEW


Menurut Coveney (2010), dalam menganalisis sebuah kebijakan digunakan beberapa
pendekatan,yaitu menggunakan pendekatan WPR ( What Is The Problem Represented To Be
? ), yang dimana pendekatan WPR ini menekankan kepada analisis gambaran masalah yang
dimana bergantung kepada kebijakan. Kebijakan yang dimaksud seperti keputusan, atau
peraturan dan hukum yang perlu diselesaikan terhadap suatu permasalahan. Selain itu
Governmentality yang dimana pendekatan ini digunakan untuk menguji apakah kebijakan
yang dibuat sudah berjalan dengan semestinya dan sudah diimplementasikan secara baik.
Selanjutnya pendekatan Policy Cycle yang dimana pendekatan ini bertujuan untuk
mengetahui proses-proses perumusan kebijakan ini dibuat. Pendekatan ini berfungsi untuk
melihat isu permasalahan yang muncul dan solusi terhadap isu tersebut di dalam suatu
kebijakan yang dibuat, apakah kebijakan yang dibuat sudah bisa menjadi resolusi dan
penanganan terhadap permasalahan yang ada.

III. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan WPR yang dimana metode
ini digunakan sebagai metodologi post struktural untuk menganalisis suatu kebijakan yang
dibuat. Menurut Bacchi, C, (2009) maksud dari penelitian menggunakan metode pendekatan
WPR adalah memahami kebijakan yang lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari
pembuat kebijakan. Selain itu metode ini juga menggunakan Literature review yang dimana
peneliti menelusuri penelitian ini dengan cara menganalisa suatu fakta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Persoalan Stunting Di Indonesia

Kekurangan gizi pada masa anak-anak selalu dikaitkan dengan kurangnya vitamin
mineral yang ada pada tubuh seorang anak. Beberapa tahun terakhir ini banyak penelitian
menangani kasus dari kurangnya zat gizi pada anak, mulai dari meningkatkannya penyakit
infeksi dan kematian yang dapat menyebabkan pertumbuhan seorang anak menjadi lama
serta perkembangan mental yang buruk. Stunting masih merupakan satu problem
kekurangan gizi di Indonesia yang belum terselesaikan.
Di Tahun 2011 Indonesia berada diposisi 5 dari 81 negara dengan jumlah anak yang
kekurangan gizi terbesar didunia yaitu mencapai 7.547.000 anak. Sehingga pada waktu
itu Indonesia lah yang memiliki kasus stunting tertinggi dari pada negara seperti Afrika,
Ethiopia, Kenya,dll.Pada tahun 2017 UNICEF dan WHO mengeluarkan statement bahwa
jumlah kasus stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lainnya dengan
persentase 36 % dengan jumlah balita stunting sebanyak 8,8 juta jiwa (S.W. TNP2K 2018).
Indeks tersebut menempatkan Indonesia menjadi posisi ke 2 dengan persentase jumlah
stunting tertinggi setelah Laos untuk kawasan ASEAN.

b. Kebijakan Pemerintah dalam meminimalisir problematika stunting di Indonesia

Didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Upaya Perbaikan Gizi terdiri dari 10 Bab dan 35 pasal. Makna dari tujuan kebijakan
(pasal 2) adalah setiap orang dapat memiliki akses terhadap informasi gizi , pendidikan
tentang gizi dan pangan serta mendapatkan bantuan gizi dan kesehatan. Menurut Kemenkes
RI (2014), Agar hal ini tercapai diperlukan eskalasi akses berkualitas dan peningkatan
terhadap pelayanan gizi sesuai dengan tingkat kemajuan ilmu teknologi terhadap pangan
dan gizi. Hal ini menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat dan daerah supaya perbaikan gizi
masyarakat segera terpenuhi, maka dari itu pemerintah diharapkan dapat menyusun dan
merumuskan program-program kebijakan dalam bentuk koordinasi, fasilitas dan evaluasi
terhadap kewaspadaan gizi skala nasional, serta mencari jalan keluar tentang gizi buruk
dengan melakukan upaya pemenuhan kecukupan perbaikan gizi pada masyarakat indonesia
terutama kalangan masyarakat miskin.
Dalam rangka penanggulangan stunting pemerintah juga mengeluarkan berbagai
kebijakan, diantaranya :
1. Penerbitan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019,
3. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015
4. Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif
6. Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
7. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/ IV/2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia
8. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
9. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
10. Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
11. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
12. Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Penurunan angka stunting di Indonesia.

Ada beberapa peraturan dan Undang-Undang yang dikeluarkan untuk mengatasi


permasalah stunting ini, dimana terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012
yang berisikan tentang pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pengaturan tentang pemberian ASI dibuat
untuk pemenuhan hak bayi dalam menerima ASI selama 6 bulan dan ini sangat
direkomendasikan oleh UNICEF Dan WHO. Hal ini diketahui berpengaruh terhadap adanya
kejadian gizi buruk yang menimpa pada seorang anak, yang dimana pemberian ASI
eksklusif menjadi salah satu pemicu stunting pada anak. Pemberian ASI sangat dianjurkan
karena pada ASI terdapat berbagai kandungan gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi.
Dalam misi peningkatan pengetahuan akan pentingnya kesadaran terhadap perbaikan
gizi, presiden mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 42 Tahun 2013 yang
merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah terhadap masalah stunting di Indonesia.
Gerakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut ialah berupa Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi, yang dimana isi dari Perpres tersebut diharapkan dapat mengurangi
prevalensi stunting di Indonesia.
Program ini harus tetap dilaksanakan sampai mencapai target sesuai dengan WHO.
Program pencegahan stunting ini merupakan program yang sangat diprioritaskan sehingga
memerlukan budget yang besar untuk alokasikan dana stunting tersebut untuk kebutuhan
masyarakat. Selain itu keberhasilan pemerintah dalam mengatasi pencegahan ini
tergantung seberapa seriusnya pemerintah tersebut dalam melakukan programnya.
Contohnya saja di negara negara Brazil, menurut Satriawan (2018), Besarnya komitmen
Presiden Brazil dalam mengupayakan peningkatan gizi yaitu yang dari nya 37 % menjadi
7% dalam waktu 30 tahun saja.
Badan Riset kesehatan Dasar (RISKESDAS) mengatakan bahwa pada tahun 2013
prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2% dengan berbagai upaya yang dilakukan
oleh pemerintah,angka tersebut berhasil diturunkan menjadi 30,8% pada tahun 2018.
Kemenkes RI berharap angka tersebut dapat turun 3% setiap tahun nya dengan target 19%
pada tahun 2024 dapat tercapai. Diagram presentasi data stunting di Indonesia dapat di lihat
pada gambar di bawah ini

Menurut Riset proporsi status balita sangat pendek dan pendek serta kurang
pemerataan pengalokasian tentang stunting menyebabkan Disparitas antar provinsi yang
tinggi. Kawasan yang kurang mendapatkan pantauan yang maximal menjadikan Nusa
Tenggara Timur menjadi provinsi dengan jumlah stunting tertinggi mencapai angka 42,6%
sedangkan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan angka stunting terendah yaitu 17,7%.
Proporsi status gizi balita dapat di lihat pada gambar di bawah ini
c. Problematika stunting dari berbagai aspek

1. Tingkat pengetahuan seorang ibu terhadap gizi anak

Peneliti mengatakan bahwa hubungan antara pengetahuan gizi dan kesehatan


keluarga tergantung dari tingkat kepandaian pendidikan seorang ibu. Menurut dahlia
tingkat ilmu pengetahuan seorang ibu menentukan peran dan pertumbuhan seorang anak
terhadap yang tampak dari status gizi anak. rahayu menyatakan bahwa, walaupun tidak
tampak sinergi yang berhubungan antara pengetahuan seorang ibu tentang gizi
dan masalah stunting,namun ada 24 orang (92,3%)baduta mengidap stunting memiliki
ibu dengan pengetahuan akan gizi yang rendah, semakin tinggi ilmu seorang ibu tentang
gizi maka akan semakin baik perhitungan dan pemilihan akan asupan yang diberikan
untuk konsumsi keluarga yang berdampak untuk masa depan keluarga itu sendiri

2. Kesenjangan ekonomi yang memperburuk kesejahteraan masyarakat

Indonesia

Di dalam program Sustainable Development Goals ( SDGs) menyebutkan bahwa


adanya kemiskinan dan gizi buruk merupakan bentuk prioritas dalam program ini
dijalankan. Adanya kesenjangan ekonomi atau kemiskinan inilah yang dapat
mempengaruhi tingkat kualitas dari seberapa sejahteranya masyarakat Indonesia yang
akhirnya mempengaruhi produktivitas ekonomi. Salah satu masalahnya yaitu Stunting,
masalah stunting di Indonesia menjadi isu lemahnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia Selain itu pendekatan budaya sangat penting untuk menanggulangi
stunting,menurut (Peters, G, 2005 ) untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi
atau sosial budaya maka diperlukan sikap saling menghormati atau saling
memanusiakan manusia lainnya.

3. Problematika pada masa depan generasi penerus

Gizi buruk pada seorang anak merupakan masalah yang sangat diawasi, karena
kurang nya gizi pada seorang anak akan memberikan dampak yang sangat besar yaitu
keterlambatan masa kembang tumbuh anak, lamanya perkembangan otak yang dapat
mengganggu belajar si anak menjadi tidak maksimal dan kurang fokus yang
menghasilkan nilai si anak kurang berprestasi. Menurut penelitian di Peru stunting pada
kembang tumbuh anak sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif berpikir pada
anak.

V. SARAN

Pemerintah harus menjaga komitmen dan tanggung jawabnya terhadap permasalahan


tersebut. Regulasi yang baik dari pusat terus di iringi ke pemerintah daerah dan sampai
kepada masyarakat,akademisi dan swasta.Terlebih di zaman serba canggih saat
ini,dibutuhkan nya digitalisasi terkait permasalahan stunting agar pengetahuan dan dampak
terhadap stunting ini dapat menyebar kepada seluruh masyarakat. Keterlibatan dari sektor
pertanian juga diperlukan adanya peningkatan hasil dari produksi pertanian melalui
ekstensifikasi pembudidayaan hasil pertanian guna meningkatkan kualitas kandungan gizi
yang menjadi sumber pangan konsumsi publik. Juga perlu adanya peningkatan lapangan
kerja guna meningkatkan pendapatan masyarakat agar masyarakat mampu membeli pangan
yang berkualitas.
VI. SIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas,dapat kita simpulkan bahwasanya kebijakan terhadap


pencegahan dan penanggulangan stunting perlu memperkuat komitmen dan tanggung jawab
pemerintah daerah seran peran aktif dari masyarakat. Meskipun ada peraturan dan perundang
undangan,implementasi dan faktanya masih belum sepenuhnya menangani seluruh
permasalahan. Peran media massa dan dukungan regulasi juga menjadi tonggak penting untuk
menambah keefektivitasan dan kebijakan yang telah dibuat. Beberapa faktor yang berdampak
akibat stunting cukup buruk terhadap berbagai bidang terkhusus di bidang ekonomi diantaranya
masalah kemiskinan,tingkat GDP yang rendah,dan pendapatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Sugianto, M. A. (2021). ANALISIS KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING


DI INDONESIA: Dengan Pendekatan What Is The Problem Represented To Be?. JURNAL
EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS, DAN SOSIAL (EMBISS), 1(3), 197-209.

Aurima, J., Susaldi, S., Agustina, N., Masturoh, A., Rahmawati, R., & Madhe, M. T. M. (2021). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Open Access
Jakarta Journal of Health Sciences, 1(2), 43-48.

Nisa, L. S. (2018). Kebijakan penanggulangan stunting di Indonesia. Jurnal Kebijakan Pembangunan,


13(2), 173-179.

Fikawati, S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di
Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Pambagio, A. (2020) ‘Kelanjutan Program Cegah Stunting di Masa Corona Agus Pambagio’. detikNews.
Available at: https://tender.pengadaan.com/ index.php/news/view/15695/Catatan-agus-
pambagioKelanjutan-program-cegahstunting-di-masa-coronaAgus-pambagio-detiknews.

Peters,G, B. (2005) ‘The Problem of Policy Problems’, Journal of Comparative Policy Analysis: Research
and Practice.

Prastyani (2019) ‘Memburu stunting: Wacana pembangunan kesehatan Jokowi dan diskriminasi fisik
untuk pekerjaan’. Available at: https://theconversation .com/memburu-stuntingwacana-
pembangunan-kesehatan-jokowi-dan-diskriminasi-fisik-untuk-pekerjaan116184.

Putri, B. (2019) ‘Jokowi Sampaikan Lima Visi Pemerintahannya di Periode Kedua’. Jakarta: Tempo.Co.
Available at: https://pilpres.tempo.co/ read/1224532/jokowi-sampaikan lima-visi-
pemerintahannya-di-periode-kedua/full view=ok.

Rahayu, Atikah, D. (2014) ‘RISIKO PENDIDIKAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
6-23 BULAN’, Penelitian Gizi Makan, 37, p. 134. Available
at:https://media.neliti.com/media/publications/223548-none.pdf.

Renyoet, D. (2016) ‘POTENSI KERUGIAN EKONOMI KARENA STUNTING PADA BALITA DI


INDONESIA TAHUN 2013’, Jurnal Gizi dan PanganGizi Pangan, 11, p. 253.

Ricci KA, Girosi F, Tarr PI, LimYW, Mason C, Miller M, Hughes J, Seidlein L, Agosti JM, G. R. (2013)
‘Reducing stunting among children: the potential contribution of diagnostics’, Nature Publishing
Group, pp. 29–38. Available at: http://www.nature.com/diagnosticstan ggal 27 Desember 2013.

Rizki, A. (2019) ‘Stunting Ancaman Bagi Ekonomi Indonesia’. Surabay: Joss Today.Com, p. 3. Available
at: https://josstoday.com/read/2019/ 11/19/53880/ Stunting_Ancaman_bagi_Ekonomi_Indonesia

Satriawan, E. (2018) ‘Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Pokja Kebijakan
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia’. Available at: http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi 1_01_
RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf.

Saudale, V. (2019) ‘Kasus Stunting di Indonesia Masih Tinggi’. Jakarta: Berita Satu. Available at:
https://www.beritasatu.com/ekonomi/581125/kasus-stunting-di-indonesia-masih-tinggi.
Sudiono, L. (2016) Model Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pendidikan. Pertama.
Sulistyawati (2018) ‘Stunting Disebabkan Faktor Multidimensi’. Jakarta: Republika.co.id, p. 1. Available
at: https://republika.co.id/berita/nasional/ umum/18/01/25/p3434k359- stunting-disebabkan-faktor-
multidimensi.

Tania Li (2003) ‘Bekerja Terpisah Tetapi Makan Bersama: Kodrat, Kekayaan, dan Kekuasaan Dalam
Hubungan Perkawinan’, Jurnal Analisis Sosial, 8. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/489-ID-perempuan-kemikinan-danpengambilan-keputusan.pdf

Vieira, et al (2007) ‘Stunting: its relation to overweight, global or localized adiposity and risk factors for
chronic non-communicable diseases’, Rev. Bras. Saúde Matern. Infant., Recif, 7, p. 370

Anda mungkin juga menyukai