Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TUGAS AKHIR KARYA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

Produksi ILM

Peran Penting Remaja Putri Cegah Stunting

dengan tagline “Hari ini Untuk Masa Depan”


BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Permasalahan gizi di Indonesia masih berdampak serius terhadap kualitas
sumber daya manusia (SDM). Salah satu permasalahan gizi yang menjadi perhatian
utama dan tinggi kejadiannya yaitu stunting. Menurut kemenkes tahun 2016 dalam
(Nurbaiti et al., 2019) stunting adalah kondisi tidak ada kesesuaian antara tinggi
badan anak dengan umurnya, hal ini bisa terjadi karena kekurangan gizi kronik
sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Indonesia sehat
merupakan salah satu program dari Kemenkes dalam upaya pembangunan nasional
terutama di bidang kesehatan. Kemenkes terfokus pada penurunan prevalensi balita
pendek sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam peningkatan status gizi di
Indonesia.
Menurut World Health Organization (WHO) (2018) prevalensi balita stunting
di dunia pada tahun 2017 sebesar 151 juta (22%), Indonesia sendiri menempati urutan
ketiga di kawasan Asia Tenggara sebesar (36,4%). Hasil Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 12.780 jiwa (42,6 %),
sedangkan WHO memberikan batasan untuk stunting adalah < 20% (Kemenkes RI,
2018). Pada tahun 2019 pemerintah Indonesia mentargetkan penurunan prevalensi
stunting pada anak bawah dua tahun (baduta) menjadi 28%. Namun, di tahun 2018
prevalensi stunting pada anak bawah dua tahun masih 30,8% dimana Provinsi Jawa
Timur menduduki peringkat ke tujuh terbanyak yang mengalami kejadian stunting.
Hasil dari PSG tahun 2018 angka kejadian stunting di Jawa Timur sebanyak 26,7%
dengan kategori pendek dan sangat pendek (Nurbaiti et al., 2019). Sementara itu, data
jumlah stunting di Kota Malang pada tahun 2019 yaitu dengan jumlah sebanyak
11.981 balita, sedangkan jumlah balita terpapar stunting sebanyak 2.360 balita. Maka,
jumlah persentase stunting sebanyak 19,7% (Dinkes Kota Malang, 2019).
Stunting terjadi akibat tidak terpenuhinya gizi kronis di 1000 hari pertama
kehidupan yang mengakibatkan perkembangan anak terganggu. Periode emas 1000
hari pertama kehidupan yang tidak bisa tergantikan dimana kebutuhan gizi anak harus
terpenuhi seperilaku anak bisa berkembang optimal dan perkembangan otak anak
terjadi pesat (Trihono et al., 2015). Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan
dimasa kehamilan, dan laktasi akan sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Remaja putri yang mengalami anemia akan menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan
prestasi menurun, termasuk juga masalah kesuburan. Remaja putri yang menderita
anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu
hamil anemia. Hal ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir
rendah dan stunting. Anemia pada remaja putri disebabkan gaya hidup yang kurang
sehat. Berdasarkan data dari Riskesdes tahun 2018, sekitar 65% remaja tidak sarapan,
97% kurang mengonsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik serta konsumsi gula,
garam dan lemak berlebihan. Maka diperlukan pula kecukupan gizi remaja putri agar
ketika dia dewasa dan mengandung tidak kekurangan gizi. Asupan zat-zat gizi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Dewi, 2014 : 95).
Faktor yang mempengaruhi status gizi salah satunya adalah pola makan. Pola
makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi.
Pola makan yang baik adalah berpedoman pada Gizi Seimbang (Kemenkes RI, 2014).
Selain pola makan remaja putri juga harus mengimbangi dengan pemberian zat besi
yang bisa didapatkan dari tablet zat besi (Fe) karena tablet zat besi (Fe) merupakan
tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau
hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk pembentukan sel darah
merah, sehingga remaja putri yang akan menjadi calon ibu diharuskan untuk
mengonsumsi tablet Fe.
Remaja putri masih banyak yang tidak mengetahui tentang pentingnya
kecukupan gizi. Maka dari itu perlunya edukasi mengenai hal tersebut. Edukasi dapat
dilakukan dengan promosi kesehatan. Dalam mewujudkan promosi kesehatan dapat
dilakukan dengan Iklan Layanan Masyarakat (ILM). Iklan layanan masyarakat
digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi khalayak untuk orientasi
fungsi sosial bukan semata orientasi ekonomi seperti layaknya iklan komersial.
Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya pengetahuan, kesadaran sikap,
perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah atau informasi yang diiklankan.
Selain itu tujuan dari iklan layanan masyarakat adalah untuk mendapatkan citra baik
atas lembaga yang memasang iklan dari masyarakat atau stakeholders yang
mendengarnya (Mukaromah et al., 2018). Sehingga diharapkan pesan yang kreatif
dalam ILM dapat membantu mempersuasif target adopter secara lebih cepat dan tepat
sasaran (Nisa, 2015). Berdasarkan uraian di atas maka kami tertarik untuk membuat
Iklan Layanan Masyarakat mengenai peran penting remaja putri dalam mencegah
stunting.
B. Tujuan
Dengan adanya iklan layanan masyarakat ini bertujuan untuk memberikan
edukasi kepada remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu hingga dapat
mencegah lebih awal agar tidak terjadinya stunting pada anak.
C. Manfaat
C.1 Manfaat Akademis
 Memenuhi syarat nilai tugas akhir karya Iklan Layanan Masyarakat
 Diharapkan Iklan Layanan Masyarakata ini dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa lain yang ingin membuat ILM dari mulai pra produksi,
produksi, hingga pasca produksi.
C.2 Manfaat Praktis
 Dapat mengetahui bagaimana pembuatan Iklan Layanan Masyarakat
 Masyarakat khususnya remaja putri dapat memahami pentingnya
kecukupan gizi. Sehingga terciptanya generasi muda yang sehat guna
mempersiapkan kelahiran generasi baru yang sehat pula.
D. Tinjauan Pustaka
D.1 Tinjauan Perilaku
D.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah saksi dan reaksi makhluk hidup terhadap lingkungannya
(Irwan, 2017). Maka, maksud dari perilaku manusia adalah respon individu
ataupun seseorang pada tindakan yang bisa dilihat. Perilaku ini adalah kumpulan
dari faktor-faktor yang saling berinteraksi (A. Wawan dan Dewi M, 2018). Hal ini
dapat diartikan perilaku baru berwujud apabila terdapat suatu yang dibutuhkan
untuk menimbulkan suatu tanggapan yaitu rangsangan. Jadi, rangsangan tersebut
dapat menimbulkan perilaku tertentu (Irwan, 2017). Sedangkan, perilaku
kesehatan merupakan respons individu kepada stimulus yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, pola hidup, sistem pelayanan kesehatan, maupun lingkungan
yang mempengaruhi (A. Wawan dan Dewi M, 2018).
D.1.2 Pembentukan Perilaku
Perilaku terbentuk akibat dari beberapa hal, diantaranya karena terdapat
hubungan timbal balik antara stimulus dengan respons atau tanggapan. Hubungan
stimulus dengan respons ini dapat membentuk pola-pola perilaku baru. Sebagian
besar dari perilaku manusia adalah operant respons. Maka, agar terbentuk suatu
stimulus yang diinginkan agar terciptanya suatu keadaan dinamakan dengan
operant conditioning. Langkah-langkah pembentukan perilaku dalam operant
conditioning menurut Skinner yaitu (A. Wawan dan Dewi M, 2018):
1. Melakukan analisis agar dapat mempelajari stimulus untuk
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Lalu, stimulus itu dirangkai
mulai dari tahapan yang paling kecil agar terbentuknya perilaku
tersebut.
2. Memakai stimulus tersebut secara berurutan agar mencapai target
sementara, lalu mempelajari penguatan untuk setiap stimulus.
3. Membentuk perilaku dengan tahapan stimulus yang sudah tertata. Jika
stimulus dilakukan, maka hadiahnya dapat diserahkan. Kemudian,
individu dapat mencoba stimulus yang lainnya. Demikian hal ini
dilakukan secara berulang hingga stimulus atau perilaku yang
diinginkan terbentuk.

D.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku


Lawrence Green (dalam Priyoto, 2020) mengemukakan teori mengenai
aspek yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. Kesehatan individu dapat
dipengaruhi dua faktor utama, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
bukan perilaku (non-behavior causes). Perilaku dapat dibentuk dari tiga faktor
sebagai berikut:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terdiri dari


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tingkat
pendidikan, tingkat sosial, faktor demografi seperti umur, jenis
kelamin, status ekonomi dan lainnya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terdiri dari
lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau sarana kesehatan seperti
puskesmas, alat kontrasepsi, jamban, dan lainnya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terdiri dari sikap
dan perilaku petugas kesehatan.

D.2 Tinjauan Pengetahuan


Pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi yang bisa
mempengaruhi terciptanya perilaku individu. Pengetahuan ialah hasil yang
didapat dari “tahu” karena individu sudah mengidentifikasi sebuah objek
tertentu. Pengindraan yang dimaksud ialah mengidentifikasi dengan panca
indra manusia seperti melihat, mendengar, mencium, merasakan maupun
meraba. Pengetahuan ini menjadi faktor yang krusial untuk menciptakan
perilaku individu. Pengetahuan memiliki enam tingkatan dalam domain
kognitif sebagai berikut (A. Wawan dan Dewi M, 2018):

1. Tahu (know)
Tahu ialah materi yang sudah didapatkan sebelumnya dan
masih diingat. Tahu merupakan mengingat lagi sesuatu yang telah
dipelajari dengan rinci. Maka dari itu, tahu adalah tingkatan
terendah dari pengetahuan. Agar dapat menilai apakah seseorang
mengetahui mengenai materi yang sudah dipelajari bisa
menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mengartikan,
menyatakan, dan lainnya.

2. Memahami (comprehension)\
Memahami yaitu potensi untuk menjabarkan dengan tepat
mengenai suatu objek dan bisa menginterpretasikan materi secara
tepat. Seseorang yang sudah mengerti tentang objek harus bisa
menjelaskan, menyebutkan contoh, mengambil kesimpulan,
memprediksi, dan lainnya pada objek yang telah diketahui.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kecakapan untuk memakai suatu materi yang
sudah diketahui pada suatu keadaan yang sesungguhnya. Aplikasi
artinya penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
lainnya dalam suatu konteks.
4. Analisis (analysis)
Analisis ialah kecakapan dalam menjelaskan materi objek ke
dalam stimulus, namun tetap berada di satu struktur organisasi dan
saling berhubungan. Kecakapan analisis bisa dinilai dari
menggunakan kata kerja, contohnya yaitu bisa menggambarkan,
membedakan, membedakan, mengolongkan, dan lainnya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis untuk menyatukan penggalan-penggalan menjadi
keseluruhan yang baru. Sintesis mempunyai arti lain yaitu
kecakapan dalam menata rumusan baru dari rumusan yang sudah
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berhubungan dengan kecakapan dalam menjustifikasi
pada objek tertentu. Penilaian dilakukan berdasarkan syarat yang
telah ditetapkan sendiri atau memakai syarat yang sudah ada.
D.3 Tinjauan Remaja
D.3.1 Definisi Remaja
Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks
sekunder dan primer, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan perubahan
emosional, fisiologi maupun psikologi. Perubahan fisiologi diantaranya
ditandai dengan berfungsinya organ reproduksi seperti menstruasi (Rohan &
Siyito, 2013). Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang 10-19
tahun. Kemenkes RI mengartikan remaja adalah penduduk dari usia 10-18
tahun. Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ini
ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2013). Masa remaja disebut juga
sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik
(Pratiwi, 2012).
D.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
1. Pertumbuhan Fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada masa remaja. Kematangan
seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan
sekunder. Fokus utama perubahan fisik khususnya pada remaja putri adalah
pertumbuhan tulang dan otot, payudara membesar, pinggang dan pinggul
melebar, perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder
yang ditandai dengan menarche, pertumbuhan rambut diketiak maupun pubis.
Untuk mendukung pertumbuhan jasmani yang optimal, perlu diperhatikan
masalah gizi pada remaja, supaya memenuhi semua unsur gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Selain
itu remaja putri juga memerlukan tambahan makanan yang banyak
mengandung zat besi karena remaja putri akan mengalami perdarahan setiap
bulan melalui proses menstruasi (Kozier, 2011; Soetjingsih, 2010).
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada pikiran dan lingkungan sosial remaja akan
menghasilkan tingkat perkembangan intelektual tertinggi. Remaja dapat
berpikir abstrak dan dapat mengatasi masalah hipotesis. Saat menghadapi
suatu masalah, remaja akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan
penyebab dan penyelesaiannya sehingga dengan kemampuannya tersebut
remaja akan memperoleh identitas diri (Kozier, 2011; Soetjingsih, 2010).
3. Perkembangan Psikososial
Pencarian jati diri merupakan tugas utama remaja pada perkembangan
psikososial. Remaja dapat membentuk kelompok yang erat atau memilih
untuk tetap terisolasi. Remaja berusaha memisahkan unsure emosional dari
pihak orang tua sambil tetap mempertahankan hubungan keluarga. Selain itu,
remaja membangun sistem etis yang berdasarkan nilai-nilai pribadi antara lain
mengambil keputusan mengenai karier, pendidikan dimasa depan dan gaya
hidup (Kozier, 2011).
4. Perkembangan Moral
Remaja muda biasanya berada pada tingkat konvensional
perkembangan moral. Sebagian bear mereka masih mau menerima Golden
Role (kaidah agung) dan bertindak menurut tata tertib sosial serta hokum yang
berlaku. Remajamenguji nilai-nilai, standar, serta moral yang mereka miliki.
Mereka mungkin membuang nilai-nilai yang mereka adopsi dari orang tua dan
menggantikannya dengan nilai-nilai yang mereka anggap lebih sesuai (Kozier,
2011).
5. Perkembangan Spiritual
Remaja akan menghadapi berbagai kelompok dimasyarakat. Remaja
akan terpapa berbagai jenis pendapat, keyakinan, dan prilaku terkait masalah
agama. Remaja sering kali percaya bahwa berbagai keyakinan dan agama
lebih memiliki kesamaan daripada perbedaan. Pada tahap ini remaja berfokus
pada persoalan interpersonal bukan konseptual (Kozier, 2011).

D.4 Tinjauan Tablet Fe


D.4.1 Pengertian tablet Fe
Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh
tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Unsur Fe
merupakan unsur paling penting untuk 11 pembentukan sel darah merah. Zat
besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika ibu hamil kekurangan zat
besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan
gangguan anemia gizi (kurang darah). Tablet zat besi (Fe) sangat dibutuhkan
oleh ibu hamil, sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe
minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilannya (Kemenkes, 2018).
D.4.2 Kandungan tablet Fe
Kandungan Tablet Fe yaitu zat besi (ferrous fumarate yang setara
dengan 60 mg besi elemental), asam folat 0,400 mg (Kemenkes, 2018).
D.4.3 Sasaran Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)
Sasaran program ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS)
Tahun 2018 yaitu:
a. Pengelola program, terdiri dari Tenaga kesehatan, Kepala sekolah dan
guru UKS serta Pengelola klinik kesehatan di tempat kerja.
b. Penerima program, terdiri dari Remaja Putri dan WUS, Orang tua dan
masyarakat.
D.4.4 Kebutuhan Tablet Tambah Darah (Fe) Bagi Remaja Putri
Kebutuhan atau dosis zat besi dari setiap tingkat umur dan jenis
kelamin berbeda-beda.Wanita membutuhkan zat besi lebih tinggi dari laki-laki
karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50–80 cc setiap bulan
dan kehilangan zat besi. Dosis yang dianjurkan untuk diminum adalah 1 tablet
per minggu dan 1 tablet perhari selama masa menstruasi selama 7 hari. Jadi
dalam satu bulan setiap remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah
sebanyak 10 butir.
D.4.5 Cara Pemberian
Pemberian TTD dilakukan secara blanket approach atau dalam bahasa
Indonesia berarti “pendekatan selimut”, berusaha mencakup seluruh sasaran
program dengan cara pemberian yang berpedoman pada 23 Buku Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia
Subur (WUS) Tahun 2018 yaitu :
a. TTD Program
TTD program diberikan kepada remaja putri usia 12-18 tahun
disekolah dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.
Pemberian TTD pada remaja putri di sekolah dapat dilakukan dengan
menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai
kesepakatan di masing-masing sekolah.Saat libur sekolah TTD
diberikan sebelum libur sekolah.
b. TTD Mandiri
Pemberian TTD Mandiri dilakukan di tempat kerja dilakukan melalui
klinik perusahaan, UKBM, dan kelompok lainnya seperti karang
taruna, LSM, dan lain-lain.TTD dapat diperoleh secara mandiri dari
apotek/toko obat.TTD dikonsumsi 1 tablet setiap minggu sepanjang
tahun.
D.4.6 Ketepatan Cara Konsumsi Tablet Tambah Darah
Waktu yang tepat untuk minum tablet tambah darah adalah pada
malam hari menjelang tidur, hal ini untuk mengurangi rasa mual yang timbul
setelah meminumnya. Jika minum tablet tambah darah pada pagi hari maka
akan mual muntah karena salah satu efek samping dapat menimbulkan rasa
eneg (rasa tidak enak pada perut) (Almatsier, 2014). Tablet tambah darah
seharusnya diminum dengan menggunakan air jeruk atau air putih karena
membantu proses penyerapan zat besi. 24 Hindari minum tablet tambah darah
bersamaan dengan air teh, susu atau kopi karena akan menghambat proses
penyerapan zat besi (Almatsier, 2014).
D.4.7 Manfaat Tablet Tambah Darah
Tablet ini bagus diminum oleh wanita dan remaja putri karena wanita
yang sedang hamil, menyusui membutuhkan zat besi sangat tinggi yang perlu
disiapkan sedini mungkin semenjak remaja.Mengobati remaja putri dan ibu
hamil yang menderita anemia.Wanita yang mengalami haid sehingga
memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.Meningkatkan status
gizi dan kesehatan gizi manusia.Meningkatkan kemampuan belajar,
kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus
(Sani, 2010). Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi
adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi
biasanya juga merupakan sumber vitamin A(Almatsier, 2014).
1. Sumber Makanan Yang Mengandung Zat Besi
Sumber makan yang mengandung zat besi menurut (Almatsier,
2014) yaitu sebagai berikut :
a. Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan,
telur.
b. Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan,
sayuran hijau, dan pisang ambon.
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran 25 protein
hewani, vitamin C, vitamin A, asam folat, zat gizi mikro lain dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Almatsier, 2014).
D.5 Tinjauan Gizi
D.5.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah ekpresi dari keseimbangan dalam bentuk
variablevariabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut
atau keadaan fisikologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh.
(Supariasa I. D., 2016). Gizi menjadi salah satu kebutuhan penting dalam
kehidupan manusia, manusia yang kekurangan gizi akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal. Gizi merupakan suatu zat
yang terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia unutuk sebagai penyedia
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Adelina, 2016).

D.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita


1. Penyebab Langsung
a. Asupan Makanan
Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet
yang dapat menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2013).
b. Pola Makan
Pola makan yang baik, frekuensi yang sesuai dengan kebutuhan, jadwal
makan yang teratur dan hidangan yang bervariasi dapat terpenuhinya
kecukupan sumber tenaga, asupan zat pembangun, zat pengatur bagi
kebutuhan gizi anak balita sehingga proses tumbuh kembang anak
balita tetap sehat (Almatsier, 2014).
c. Pemberian ASI Ekslusif
ASI ekslusif yang dimaksud adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
makanan dan cairan lain sampai berusia 6 bulan kecuali obat dan
vitamin. Menurut Giri, dkk (2013) dalam Novitasari, dkk (2016)
menyebutkan bahwa balita yang diberikan ASI ekslusif cenderung
berstatus gizi bak atau tidak BGM sedangkan yang tidak diberikan ASI
ekslusif cenderung berstatus gizi kurang.
d. Penyakit Infeksi
Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi merupakan
suatu hal yang saling berhubungan satu sama lain karena anak balita
yang mengalami penyakit infeksi akan membuat nafsu makan anak
berkurang sehingga asupan makanan untuk kebutuhan tidak terpenuhi
yang kemudian menyebabkan daya tahan tubuh anak balita melemah
yang akhirnya mudah diserang penyakit infeksi (Almatsier, 2014).
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya
asupan gizi dalam waktu lama, sehingga mengganggu pertumbuhan,
perkembangan, kesehatan dan produktivitas anak. Stunting adalah bentuk lain
dari kegagalan pertumbuhan yang diakibatkan karena adanya malnutrisi
kronik. Stunting mencerminkan pertumbuhan linear yang buruk dan
terakumulasi selama periode pra dan pasca melahirkan, dikarenakan asupan
gizi yang kurang serta adanya infeksi kronis maupun berulang. (Kemenkes RI,
2018). (dalam jurnal Nurul Hidayah)
Beberapa penyebab stunting adalah kurangnya asupan zat gizi yang
diserap oleh tubuh sejak dalam kandungan sampai dengan setelah lahir,
minimnya akses pelayanan kesehatan, akses air bersih dan sanitasi. Stunting
juga dapat disebabkan oleh status gizi ibu saat hamil, riwayat panjang badan
lahir pendek, riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), riwayat ASI, riwayat
MPASI, tinggi badan ibu, jumlah keluarga, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan pekerjaan orangtua serta tidak lepas dari pola asuh. (Siti
Nurkomala)
D.6 Tinjauan Anemia
D.6.1 Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2021). Hemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan
tubuh.Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala
antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan
aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan
membentuk sel darah merah/eritrosit.Anemia merupakan suatu gejala yang
harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya (Kemenkes, 2018).
D.6.2 Penyebab Anemia
Anemia Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018)
bahwa Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Ada tiga penyebab anemia,
yaitu:

1) Defisiensi zat gizi


● Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting
untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah
merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam
pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
● Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC,
HIV/AIDS,dan keganasan seringkali disertai anemia, karena
kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2) Perdarahan (Loss of blood volume)
● Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
● Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan.30
3) Hemolitik
● Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai
karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat
besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
● ada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetic
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit
cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam
tubuh.
D.6.3 Bahaya anemia
Menurut Sediaoetama (2014), dampak anemia bagi remaja putri
adalah:
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahraga.
d. Mengakibatkan muka pucat.
D.6.4 Pencegahan Anemia
Menurut Almatzier (2014), cara mencegah dan mengobati anemia
adalah:
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan,
tempe).
b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD).
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 60 mg besi elemental dan 400 mg asam folat. Wanita dan
Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah karena wanita
mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah
yang hilang.Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan
zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin
semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan
remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta
generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri
dan wanita.
D.7 Tinjauan Iklan Layanan Masyarakat
D.7.1 Definisi Iklan
Dalam kehidupan milenial seperti saat ini, media audio visual menjadi
salah satu cara efisien untuk mengirimkan informasi kepada khalayak banyak.
Sebuah video bisa menjadi media yang baik untuk dapat di terima pesannya
kepada masyarakat umum segala umur, mulai dari anak anak hingga orang
dewasa sekalipun. Salah satu contoh penyebaran informasi menggunakan
video atau audio visual adalah Iklan. Iklan merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan
produknya. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari
pada informasi tentang keunggulan atas keuntungan suatu produk, yang
disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang
akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian (Sri Hastuti).
Iklan menjadi salah satu cara komunikasi jarak jauh atau komunikasi yang
mencakup khalayak banyak. Menjelaskan produk menjadi salah satu kerja
sebuah Iklan, oleh karena itu Iklan menjadi sebuah cara promosi yang
memiliki target dan memiliki teknik teknik tertentu agar dapat tercapai sesuai
dengan apa yang di harapkan. Iklan bukan hanya tentang menjelaskan produk,
seperti Iklan Komersil yang mempromosikan produk agar nilai jualnya
meningkat, tetapi Iklan bisa di jadikan sebagai cara mengedukasi yaitu dengan
menggunakan Iklan Layanan Masyarakat (ILM).
D.7.2 Definisi Iklan Layanan Masyarakat
Dalam kehidupan ini masyarakat juga membutuhkan sebuah informasi
yang mengedukasi agar apa yang di lakukan kedepannya bisa menjadi lebih
baik, salah satu media yang di gunakan adalah Iklan Layanan Masyarakat
(ILM). Pujiyanto (2013) mendefinisikan Iklan Layanan Masyarakat adalah
iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mengajak atau
mendidik khalayak di mana tujuan akhirnya bukan keuntungan ekonomi,
melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial itu meliputi munculnya
penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku terhadap
masalah yang di iklankan yang mana kesemua keuntungan itu sangat penting
bagi kualitas hidup masyarakat itu sendiri. (Nisa, 2015).
D.7.3 Manfaat Iklan Layanan Masyarakat
Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bermanfaat untuk memberikan
penambahan pengetahuan masyarakat, kesadaran atas sikap, dan perilaku
masyarakat terhadap masalah yang diiklankan. ILM merupakan hasil
konstruksi budaya berkaitan dengan proses representasi, proses produksi, dan
proses implementasinya di masyarakat. Menurut Kamus Istilah Periklanan
Indonesia, ILM merupakan jenis iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
suatu organisasi atau lembaga komersil maupun nonkomersil untuk mencapai
sebuah tujuan dalam sosial maupun sosio-ekonomis untuk meningatkan
kesejahteraan masyarakat (Rudianto et al., 2018). Dalam hal ini Iklan Layanan
Masyarakat menjadi sebuah media atau cara untuk merubah pemikiran
penontonnya agar teredukasi dengan tujuan utama merubah perilaku
penontonnya menjadi lebih baik sesuai dengan pesan-pesan yang di
sampaikan.
Iklan Layanan Masyarakat adalah media untuk melakukan
Komunikasi Massa dengan cara membuat video Audio Visual yang berisi
pesan-pesan edukasi yang bertujuan merubah perilaku. Dapat dikatakan
berhasil apabila penonton Iklan Layanan Masyarakat bisa merubah
perspektifnya sesuai dengan pesan-pesan yang ada. Target dari Iklan Layanan
Masyarakat juga berbeda beda dari setiap pembuat Iklan tersebut, tetapi target
yang dituju di harapkan dapat tersampaikan dengan jelas oleh masyarakat atau
khalayak banyak. Iklan Layanan Masyarakat dapat di publish di media
internet seperti Youtube, Instagram, Facebook dan lainnya sesuai dengan
target utama yang di tuju dari setiap Iklan Layanan Masyarakat tersebut.

E. REVIEW KARYA SEJENIS


E.1 ILM Konsumsi Tablet Tambah Darah
Sebuah iklan layanan masyarakat tahun 2017 dari Direktorat Promkes
dan PM Kemenkes RI mengenai penggunaan obat tambah darah untuk remaja
putri yang terkena anemia. Melalui ILM ini bertujuan untuk menyadarkan
para remaja putri akan pentingnya menjaga gizi mereka dengan memakan
makanan yang bergizi dan mengkonsumsi obat Tablet Tambah Darah (TTD)
agar tidak terjadinya anemia.
Link : ( https://www.youtube.com/watch?v=dFZzHgtS5_4 )
E.2

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D Sediaoetama. (2014). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Almatsier, S. 2014. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

A. Wawan dan Dewi M. 2018. “Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia.” in Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Elsa Damayanti, Adelina, 2016. Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan
Pengetahuan gizi Seimbang Dengan Status Gizi Remaja Putri. Skripsi.
Universitas Airlangga, Surabaya.

Irwan. 2017. Etika Dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media, hal
105-199.

Kemenkes, RI. (2018). ini penyebab Stunting pada anak. Tersedia di


https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180524/4125980/
penyebab-stunting-anak/ (Diakses: 17 April 2021)

Kemenkes, RI. (2016). Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia


Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat. Tersedia di https://doi.org/10.22435/mgmi.v11i1.2166
(Diakses: 20 April 2021)

Mukaromah, Yanuarsari, D. H., & Pratiwi, M. R. (2018). Iklan Layanan Masyarakat


Dan Respon Khalayak. Islamic Communication Journal, 2(2), 219.
https://doi.org/10.21580/icj.2017.2.2.2170 (Diakses: 30 Maret 2021)

Nisa, N. K. (2015). PEMASARAN SOSIAL Naima Khoiru Nisa. Ilm.

Nurbaiti, P., Suharno, B., & Cahyani, D. D. (2019). Faktor Determinan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 13-24 Bulan Di Desa Wilayah Kerja Puskesmas
Poncokusumo Kab. Malang. Majalah Kedokteran Andalas, 8(2), 201–217.

Pratiwi, Anggun Ari. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang


Dampak Seks Bebas Dengan Perilaku Seksual Remaja di Desa Kweni Sewon
Bantul Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Priyoto. 2020. “Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan : Dilengkapi Contoh
Kuesioner / Priyoto.” in ISBN: 978-602-1547-53-3. Edisi ke-1, Yogyakarta:
Nuha medika, hal 1-95.

Pujianto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Rohan HH., dan Siyoto S. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Nuha Medika

Rudianto, Bayu Aji, B., Aulia Nurdini, R., & Fadilah. (2018). Perancangan animasi
multimedia iklan layanan masyarakat tentang proses pembuatan e-ktp.Yayasan
Akrab Pekanbaru

Sarwono WS. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih. 2010.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


SagungSeto.

Supariasa, I.D.N. dkk. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Trihono et al. (2015) Pendek (stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusi, Lembaga
Penerbit Balitbangkes. Doi: hrfh.

World Health Organization (WHO). 2018. Child stunting. Tersedia di:


https://www.who.int/nutrition/team/prevalence-thresholds-wasting-overweight-
stunting-children-paper.pdf (Diakses: 4 April 2021)

World Health Organization (WHO). 2018. Anaemia. Tersedia di:


https://www.who.int/health-topics/anaemia#tab=tab_1 (Diakses: 4 April 2021)

Zuhdy, Nabila, 2015. Hubungan Pola Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Status
Gizi pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 di Denpasar Utara. Tesis. Universitas
Udayana. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai