Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA TENTANG MASALAH

PERKEMBANGAN ANAK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Hj. Lilis Lismayanti, M.Kep

Disusun Oleh :

Sri Harti Pebriani

Piky Widiawati

Kemal Tauziri

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum  Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga 
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini
kami membahas  “MASALAH PERKEMBANGAN ANAK”. Dalam menulis
makalah  ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
kesungguhan kami dalam mengerjakan penyusunan makalah ini akhirnya kami dapat
menyajikan makalah ini.
Kami  berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan
resiko dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Tim Penyusun
1. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
Perkembangan anak merupakan bagian dari perubahan yang dimulai
dari masa konsepsi dan berlanjut sepanjang rentang kehidupannya (Umi
Latifa, 2017).
Perkembangan anak yaitu bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Farida, 2014).
Perkembangan anak adalah suatu proses yang mula-mula global,
masif, belum terpecah atau terperinci dan kemudian semakin lama
semakin banyak, berdiferensiasi dan terjadi integrasi yang hierarkis
(Singgih D Gunarsa)
Jadi perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada
anak yang dilihat dari berbagai aspek
b. Epidemiologi
Deteksi dini tumbuh kembang anak terdiri dari pemantauan secara
cermat pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif
dan perkembangan psikososial. Aspek yang di ukur dalam pemantauan
deteksi dini perkembangan anak meliputi kemampuan motorik halus,
motorik kasar, bahasa dan bicara, sosial serta kemandirian. Sekitar 25%
anak menyandang gangguan koordinasi motorik pada usia sebelum
sekolah yaitu usia 3-5 tahun, sisanya 75% pada tahun pertama sekolah
yaitu umur 6-8 tahun (Sudgen, dkk 2005). Menurut Soetjiningsih dkk,
(2015), angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar antara 1%
sampai 32% pada populasi normal dan 60% dari anak yang mengalami
gangguan bicara dan bahasa membaik secara spontan pada umur kurang
dari 3 tahun.
Berdasarkan laporan Pan American Health Organization (paho) tahun
2012, ditemukan sebanyak 15% dari populasi anak di Amerika serikat
menunjukan adanya keterlambatan perkembangan (Amerika C dkk, 2012).
Berdasarkan data Centrers For Desease Control and Prevention (CDC,
2012), melaporkan sebanyak 13,6% anak mengalami beberapa gangguan
perkembangan dan sebanyak 7% anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Kemenkes RI (2010) melaporkan di DKI Jakarta sebanyak 38,6% anak
mengalami delayed development, serta mengalami penyimpangan
pertumbuhan. Penyimpangan ini di tandai dengan 17,5% anak mengalami
gizi kurang, 12,3% anak microcephaly, dan 12,3% tidak mengalami
kenaikan berat bdan dalam beberapa ulan terakhir.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan 2018 menunjukan 17,7% bayi usia dibawah 5 tahun (balita)
masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang
mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang
sebesar 13,8%. Dibanding hasil Riskesdas 2013, bayi yang mengalami
masalah gizi turun. Sementara dalam rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2019, bayi yang mengalami masalah gizi
ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi balita yang mengalami
stunting (tinggi badan di bawah standar menurut usia) sebesar 30,8%,
turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2%.
Sebagai informasi, dalam 1000 hari pertama (sejak janin dalam
kandungan hingga berusia dua tahun) kehidupan bayi merupakan usia
emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya anak-anak yang seharusnya
menjadi harapan masa depan bangsa indonesia masih banyak yang
mengalami masalah gizi (29,9%) di usia dini. Untuk itu, pemerintah
menganggarkan dana dalam APBN 2019 sebesar Rp. 123, 1 triliun guna
meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan serta penguatan
penanganan stunting.
c. Tanda dan gejala
Menurut (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016), pada gangguan tumbuh
kembang terdapat gejala dengan tanda mayor dan minor diantaranya:
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif, tidak tersedia
b) Objektif
- Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial)
- Pertumbuhan fisik terganggu
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif, tidak ada
b) Objektif
- Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
- Afek datar
- Respon sosial lambat
- Kontak mata terbatas
- Nafsu makan menurun
- Lesu mudah marah
- Regresi
- Pola tidur terganggu pada bayi
d. Penyebab / faktor resiko
Pada proses tumbuh kembang anak setiap individu akan mengalami
siklus yang berbeda-berbeda. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada anak menurut (Hidayat, 2012)
diantaranya :
1) Faktor Herediter
Faktor Herediter adalah faktor yang dapat diturunkan sebagai
dasar untuk mencapai tumbuh kembang anak jika dibandingkan
dengan factor lain. Faktor ini terdiri dari bawaan atau kelainan genetik
dan kromosom dari ayah dan ibu, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa.
Kelainan genetik dan kromosom pada ayah dan ibu akan menjadi
pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Faktor herediter
ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel
telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas,
dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam
menentukan tercapainya potensi yang sudah dimilki anak. Adapun
yang termasuk factor lingkunganya itu lingkungan pranatal dan
lingkungan postnatal.
a) Lingkungan prenatal adalah lingkungan pada saat dalam
kandungan, mulai dari konsep sihinggalahir yang meliputi gizi
sewaktu ibu hamil, lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam
uterus, zat-zat kimia atau toxin seperti pengguna obat-obatan atau
alkohol, kebiasaan ibu yang mungkin merokok saat hamil,
hormonal seperti adanya hormone somatrotopin, plasenta, tiroid,
insulin dan lain-lain yang mempengaruhi pertumbuhan janin.
Selain itu adanya tekanan mekanik pada beberapa organ tubuh
janin dan pemberian radiasi juga dapat menyebabkan kelainan
bawaan.
b) Lingkungan postnatal ialah lingkungan setelah lahir yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti misalnya, budaya
lingkungan, status social ekonomi, nutirisi, iklim/cuaca,
olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, dan status
kesehatan.
3) Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan penting dalam tumbuh
kembang anak antara lain: hormone somatrotopin yang memiliki peran
dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormontiroid yang
menstimulasi metabolism tubuh, sedangkan glukokortikoid
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan selinterstisal dari testis
untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi
esterogen, selanjutnya hormone tersebut akan menstimulsi seks pada
laki-laki maupun perempuan.
2. DATA FOKUS
a. Tipe Keluarga
Biasanya masalah perkembangan anak terjadi pada keluarga inti yaitu
yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarganya ada di tahap II, yaitu dimulai sejak
hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur
30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas perkembangannya :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Fungsi Perawatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Menurut jurnal ariani (2012), tingkat pendidikan orang tua
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tingkat pendidikan
orang tua yang rendah merupakan resiko untuk terjadinya
keterlambatan perkembangan anak. Hal ini disebabkan pengetahuan
dan kemampuan dalam memberikan stimulasi kurang dibandingkan
ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan
orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi pola asuh kepada
anaknya, perilaku hidup sehat, pendidikannya dan sebagainya.
2) Kemampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat
Menurut jurnal Sri Hadi Wuyaningsih, dkk (2016), fungsi ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat yang dilakukan oleh
keluarga agar masalah perkembangan dapat teratasi.
3) Kemampuan keluarga memberikan perawatan pada keluarga yang
sakit
Menurut jurnal Hari (2014), keluarga memiliki peranan yang
sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan
orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi
pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga di pandang
sebagai institusi yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi,
terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiaanya dan
pengembangan ras manusia.
4) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Menurut Ramlah (2011), untuk menstimulasi tahap
perkembangan balita memodifikasil ingkungan adalah sejauh mana
keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya higine sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
Menurut Sri Hadi Wuyaningsih dkk (2016), memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi gangguan
perkembangan yang dialami balita merupakan kemampuan keluarga
dalam mengetahui apakah keberadaan fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, berkaitan dengan memfasilitasi stabilisasi kepribadian
anak, memenuhi kebutuhan psikologis anak dengan anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi, berkaitan dengan memfasilitasi sosialisasi primer
anak yang bertujuan untuk menjadikan anak sebagai anggota
masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota.
3) Fungsi perawatan kesehatan
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah, keluarga harus lebih
mengenal tentang masalah perkembangan anak dengan mencari
informasi tentang perkembangan anak.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan, upaya keluarga
dalam upaya pertolongan yang utama yang mempunyai keputusan
untuk memutuskan tindakan yang tepat khususnya pada masalah
perkembangan anak.
c) Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit, kemampuan
keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit secara tepat disertai pengetahuan yang cukup khususnya
untuk perkembangan keluarga.
d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga, berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam
memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan
khususnya pada perkembangan anak.
e) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, berkaitan dengan
kemampuan keluarga dalam pemanfaatan fasyankes guna
mengetahui perkembangan anak minimal 1 bulan sekali.
4) Fungsi reproduksi, berkaitan dengan upaya keluarga untuk
mempertahankan generasi, menjaga kelangsungan keluarga dengan
tetap mempertahankan perkembangan anak.
5) Fungsi ekonomi, menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan
alokasi efektif guna mencapai perkembangan anak yang efektif
3. Diagnosa Keperawatan Nanda
a) Resiko Keterlambatan Perkembangan
1) Definisi : beresiko mengalami keterlambatan 25% mengalami atau
lebih pada satu atau lebih area social atau perilaku regulasi diri, atau
pada keterampilan kognitif, bahasa, motorik kasar atau halus.
2) Faktor resiko prenatal : kemiskinan, gangguan endokrin, buta huruf,
nutrisi tidak adekuat, asuhan prenatal tidak adekuat, infeksi, kurang
perawatan prenatal, perawatan prenatal yang telat, usia ibu < 15 tahun,
usia ibu > 35 tahun, subtance abuse, kehamilan yang tidak
direncanakan, kehamilan yang tidak di inginkan.
3) Individual : anak yang diadopsi, gangguan perilaku, kerusakan otak
(misal perdarahan pada periode post natal, bayi yang diayun,
penganiayaan, kecelakaan), penyakit kronis, gangguan
kongenital,kegagalan untuk tumbuh, anak asuh, sering mengalami
otitis media, gangguan genetik, gangguan pendengaran, nutrisi yang
tidak adekuat, keracunan timbale, bencana alam, penampisan obat
tergolong positif, prematuritas, kejang, penyalahgunaan zat,
bergantung pada teknologi, efek samping terkait pengobatan (misal
kemoterapi, terapi radiasi, agens farmaseutikal), gangguan
penglihatan.
4) Lingkungan : kemiskinan, perilaku kekerasan
b) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
1) Definisi : pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses
keluarga suatu program untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya
yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu.
2) Batasan karakteristik : akselerasi gejala penyakit seorang anggota
keluarga, kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor resiko,
kesulitan dengan regimen yang ditetapkan, ketidakefektifan aktivitas
keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan, kurang perhatian pada
penyakit.
3) Faktor yang berhubungan : kerumitan regimen teurapeutik, kerumitan
sistem pelayanan kesehatan, kesulitan ekonomi, konflik keluarga,
konflik pengambilan keputusan.
c) Ketidakmampuan menjadi orang tua
1) Definisi : ketidakmampuan pengasuh primer untuk menciptakan,
mempertahankan atau memperbaiki lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan optimum anak
2) Batasan karakteristik : gangguan fungsi sosial, gangguan perilaku
(misal defisit perhatian, penyimpangan oposisi), kegagalan tumbuh
kembang, keterlambatan perkembangan kognitif, kurang perlekatan,
melarikan diri, penurunan ansietas akibat perpisahan, performa
akademik rendah, riwayat penganiayaan (misal fisik, psikologis,
seksual), riwayat trauma (misal fisik, psikologis, seksual), sering
kecelakaan, sering sakit.
3) Faktor yang berhubungan : gangguan perilaku (misal, kurang
perhatian, penyimpangan oposisi), jenis kelamin tidak sesuai harapan,
kelahiran kembar, kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan,
kondisi cacat, konflik tempramental dengan harapan orang tua,
penyakit, perpisahan lama dari orang tua, perubahan kemampuan
persepsi, temperamen sulit.
4. Intervensi Keperawatan (NIC)
a) Fokus
1) Resiko keterlambatan perkembangan
Pendidikan orang tua : masa bayi
 Ajarkan kepada orang tua tentang penanda perkembangan
normal
 Demonstrasikan aktivitas yang menunjang perkembangan
 Tekankan pentingnya perawatan prenatal sejak dini
 Ajarkan ibu mengenai pentingnya berhenti mengkonsumsi
alkohol, merokok, dan obat-obatan selama kehamilan
 Ajarkan cara-cara memberikan rangsangan yang berarti untuk
ibu dan bayi
 Ajarkan tentang perilaku yang sesuai dengan usia anak
 Ajarkan tentang mainan dan benda-benda yang yang sesuai
dengan usia anak
 Berikan model peran intervensi perawatan perkembangan
untuk bayi kurang bulan (prematur)
 Diskusikan hal-hal terkait kerja sama antara orang tua dan anak
2) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
 Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer dan ajarkan
pentingnya pencegahan sekunder
 Berikan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah
yang diperlukan untuk mengatasi masalah
 Bantu anggota komunitas mengidentifikasi sumber lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan, contohnya kelompok grup
senior mungkin membutuhkan pelayanan dukungan nutrisi,
keluarga yang mempunyai bayi yang membutuhkan informasi
mengenai imunisasi dan keamanan anak
3) Ketidakmampuan menjadi orang tua
 Parenting Promotion : melakukan kunjungan rumah,
mendampingi orang tua untuk mendapatkan harapan terkait
perkembangan dan level perkembangan anak, ajarkan orang tua
untuk merespon tingkah laku anak
 Parenting promotion : mendampingi orang tua dengan peran
transisi dan penghargaan sebagai orang tua, diskusikan strategi
manajemen tingkah laku, mendukung interaksi orang tua dan
anak, mendampingi orang tua dalam mngembangkan.
 Abuse protection support child : identifikasi krisis situasional
yang memungkinkan terjadinya kekerasan, identifikasi
kebutuhan perawatan anak (ex : ketidakmampuan
perkembangan anak), monitor interaksi anak dan orang tua
selama observasi, ajarkan, ajarkan orang tua untuk tidak
melakukan hukuman untuk mendisiplinkan anak.
 Role enhancement : mendampingi keluarga untuk
mengidentifikasi peran dalam kerangka keluarga, mendampingi
keluarga untuk mengidentifikasi perubahan peran secara
spesifik pada sakit dan ketidakmampuan, fasilitasi keuntungan
keluarga dalam melaksanakan peran baru, mendukung keluarga
untuk mengidentifikasi deskripsi dari perubahan peran.
 Health care : mendeskripsikan intervensi keperawatan yang
akan dilakukan
 Health care information exchange : mendeskripsikan intervensi
keperawatan yang akan di implementasikan, membagi
informasi kepada keluarga mengenai penyedia layanan
kesehatan lain.
b) Terapi komplementer
1) Intervensi keperawatan bayi prematur untuk mencegah komplikasi dan
merangsang pertumbuhan serta perkembangan bayi dilakukan dengan
terapi komplementer. Salah satu terapi komplementer yang dapat
digunakan adalah terapi musik. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Apolonia (2019) mengenai “Pengaruh Pemberian
Terapi Musik Lullaby Terhadap Vital Signs Pada Bayi Prematur”
terdapat pengaruh terapi musik lullaby terhadap vital signs yang
meliputi heart rate, temperatur dan saturasi oksigen pada bayi
prematur sebelum dan sesudah diberikan terapi musik lullaby.
2) Ilmu kesehatan moderen telah membuktian secara ilmiah bahwa terapi
sentuhan dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama
terhadap kenaikan berat badan bayi. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Aryunistya Afenti (2017) mengenai “ Pengaruh Baby
SPA dan Baby Masssage Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi
Berusia 3-6 Bulan” mengatakan adanya pengaruh antara baby spa dan
baby massage terhadap peningkatan berat badan bayi yang
membuktikan bahwa baby spa lebih cepat meningkatkan berat badan
pada bayi.
3) Salah satu faktor terjadinya masalah gizi karena kekurangan asupan
nutrisi. Masa balita merupakan masa periode emas pada pertumbuhan
dan perkembangan. Menurut hasil penelitian Inayati Ceria dkk (2019)
mengenai “Pengaruh Pemberian Pijat Tuina Dengan Berat Badan
Anak Balita” mendapatkan hasil terdapat pengaruh yang signifikan
pemberian pijat tuina dengan berat badan anak balita sebelum dan
sesudah pijat tuina. Pijat tuina mampu meningkatkan berat badan
balita secara signifikan.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Resiko keterlambatan perkembangan
1) Pendidikan Kesehatan masalah tentang:
a) Tanda-tanda pekerbangan anak yang normal
b) Pentingnya perawatan prenatal sejak dini
c) Resiko ibu konsumisi alcohol, merokok, obat-obatan selama
kehamilan
d) Mendiskusikan hal-hal terkait kerjasama dengan anak
2) Demonstrasi
a) Aktivitas menunjang perkembangan bayi : Massage dll
b) Cara-cara member rangsangan yang berat bagi bayi :Responsif
terhadap tangisan anak dan lain-lain
c) Mengajarkan tentang prilaku, mainan, benda-benda yang sesuai
dengan usia anak
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
1) Mengkaji pencegahan primer dan mengajakarkan pentingannya
pencegahan sekunder
2) Membantu anggota komunitas sumber lingkungan seperti
posyandu
c. Ketidakmampuanmenjadi orang Tua
1) Pendidikan Kesehatan
a) Melakukan kunjungan rumah, mendampingi orang tua untuk
mendapatkan harapan terkait perkembangan dan level
perkembangan anak, ajarkan orang tua untuk merespon tingkalh
laku anak
b) Mendampingi orang tua dengan peran transisi dan penghargaan
sebagai orang tua, diskusikan strategi manajemen tingkalh laku,
mendukung interaksi orang tua dan anak, mendampingi orang tua
dalam mngembangkan.
c) Menjelaskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan dan
mendeskripsikan intervensi keperawatan yang akan di
implementasikan, membagi informasi kepada keluarga mengenai
penyedia layanan kesehatan lain.
2) Abuse protection support child
a) Mentifikasi krisis situasional yang memungkinkan terjadinya
kekerasan, identifikasi kebutuhan perawatan anak (ex :
ketidakmampuan perkembangan anak), monitor interaksi anak dan
orang tua selama observasi, ajarkan, ajarkan orang tua untuk tidak
melakukan hukuman untuk mendisiplinkan anak.
b) Role enhancement
Mendampingi keluarga untuk mengidentifikasi peran dalam
kerangka keluarga, mendampingi keluarga untuk mengidentifikasi
perubahan peran secara spesifik pada sakit dan ketidakmampuan,
fasilitasi keuntungan keluarga dalam melaksanakan peran baru,
mendukung keluarga untuk mengidentifikasi deskripsi dari
perubahan peran.
6. EVALUASI
Evaluasi di bagi menjadiFormatif (tujuan khusus atau jangka pendek) dan
sumatif (tujuan umum atau jangka panjang), adapun evaluasi berdasarkan
implementasi di atas:
a. Orang tua mengetahui tentang pengertian keterlambatan
perkembangan, ketidaefektifan manajemen kesehatan keluarga, dan
ketidakmampuan menjadi orang tua.
b. Orang tua mampu mengambil keputusan pada kesehatan anak
c. Orang tua mampu memberikan perawatan kepada anak aktivitas yang
harus diberikan, respon terhadap anak, prilaku dan mainan yang sesuai
dengan usia anak.
d. Keluarga mampu mencegah resiko yang menghabat perkembangan
anak, tidak konsumsi obat-obtan, alcohol dan merokok, tidak
terjadinya kekerasan terhadap anak, dan penyesuian peran kedua orang
tua terhadap anak.
e. Orang tua mampu untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
mendukung perkembangan anak, mengikuti posyandu, mengikutii
pelatiha-pelatihan parenting dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Apolonia Antonilda Ina, M. S. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Lullaby Terhadap
Vital Signs Pada Bayi Prematur. Jurnal Kesehatan, Vol 10 No 01.

Ariani, M. Y. (2012). Usia Anak Dan Pendidikan Ibu Sebagai Faktor Resiko Gangguan
Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27 No 2.

Dewi Sri Handayani, A. S. (2017). Penyimpangan Tumbuh Kembang Pada Anak Dari Orang
Tua Yang Bekerja. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol 20 No 1.

Fenty, A. (2017). Pengaruh Baby SPA dan Baby Massage Terhadap Peningkatan Berat
Badan Bayi Usia 3-6 Bulan.

Gunarsa, S. D. (2008). Dasar Dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.

H, N. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC
NOC. Jogjakarta: Media Action.

Harjanto, H. (2014). Pola Pengasuh Keluarga Dalam Proses Perkembangan Anak. Informasi,
Vol 19 No 3.

Inayati Ceria, F. A. (2019). Pengaruh Pemberian Pijat Tuina Dengan Berat Badan Anak
Balita. Seminar Nasional.

Sri Hadu Wuryaningsih, R. A. (2016). Pelaksanaan Tugas Perawatan Keluarga Dengan


Pencapaian Perkembangan Balita. Jurnal Keperawatan, Vol IX No 3.

Anda mungkin juga menyukai