Anda di halaman 1dari 14

BENTUK KEHIDUPAN DI KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI

KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA


BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Proposal

Oleh,

Kelompok 1:

 AlfiArdianNugraha
 AlifYasfi
 Candika
 MuhamadGilang Putra Suryama
 MunaRosidahLailatuhRobiah
 SyahrulRamadhan
 Windi Natalia

SMA Negeri 3 Tasikmalaya


Jl. LetnalKolonelBasir Surya
No.89,Sukanagara,Purbaratu,Tasikmalaya,JawaBarat,46196
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-
Nya kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah penelitian geografi
yang berjudul “Bentuk Kehidupan Di Kampung Naga”.
Tugas makalah ini merupakan sebagai salah satu tugas untuk memenuhi nilai Mata
Pelajaran Geografi
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki kami masih dalam tahap belajar. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Tasikmalaya,28 Oktober 2018


DAFTAR ISI
A. KATA PENGANTAR
B. DAFTAR ISI
C. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
D. D.BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Kampung Naga
B. Letak Geografis
E. BAB III METODE PENGUMPULAN DATA
A. Observasi Tidak Langsung
B. StudiDokumenter
C. StudiLiteratur
F. BAB IV PEMBAHASAN
A. Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga
B. Sistem Perekonomian Masyarakat Kampung Naga
C. Sistem Kemasyarakatan
D. Sistem Bahasa
E. Sistem Pendidikan ( Ilmu Pengetahuan )
F. Sistem Kepercayaan ( Religi )
G. Kesenian
H. Sistem Bangunan /Arsitek
I. Sistem Politik
J. Sistem Hukum
G. KESIMPULAN
H. SARAN – SARAN
I.
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung
Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan
Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa
Barat. Kampung Naga juga merupakan salah satu dari kampung yang masih
memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa hidup berdampingan dengan
kehidupan masyarakat lain yang lebih modern. Kampung Naga memang memiliki
keunikan tersendiri. Melihat dari dekat kehidupan sederhana dan bersahaja yang
masih tetap lestari di tengah peradaban modern
B.Rumusan Masalah

 Bagaimana Mata Pencaharian Di Kampung Naga


 Bagaimana Kehidupan Di Kampung Naga

C.Rumusan Masalah

 Untuk Mengetahui Mata Pencaharian Di Kampung Naga


 Untuk Mengetahui Kehidupan Di Kampung Naga

D.Manfaat Penulisan

Untuk memberikan informasi tentang Kampung Naga,meliputi


kehidupannya,mata pencaharian,dan sebagainya
Bab II
Kajian Pustaka
A.Sejarah Kampung Naga

Sejenak mungkin terlintas dalam pikiran kita, barangkali ketika mendengar


nama Kampung Naga. Ternyata bentuk asli dari kampung tersebut sangat berbeda
dengan namanya, dan gambaran kita tentang hal-hal yang berbau naga, karena tak
satupun naga yang berada di sana. Nama Kampung Naga tu sendiri ternyata
merupakan suatu singkatan kata dari Kampung diNa Gawir ( red. bahasa sunda ) yang
artinya adalah merupakan kampung yang berada di lembah yang subur.

Kampung Naga adalah sebuah kampung kecil, yang para penduduknya


patuh dan menjaga tradisi yang ada, hal inilah yang membuat kampung ini unik dan
berbeda dengan yang lain. Tak salah jika kampung ini menjadi salah satu warisan
budaya Bangsa Indonesia yang patut dilestarikan.Nenek moyang Kampung Naga
Sendiri konon adalah Eyang Singaparna yang makamnya sendiri terletak di sebuah
hutan di sebelah barat Kampung Naga. Yang membuat Kampung Naga ini unik
adalah karena penduduk ini seperti tidak terpengaruh dengan modernitas dan masih
tetap memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun. Kepatuhan warga
Sanaga ( red. Warga asli kampung Naga ) dalam mempertahankan upacara – upacara
adat, termasuk juga pola hidup mereka yang tetap selaras dengan adapt leluhurnya
seperti dalam hal religi da upacara, mata pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa
dan tata cara leluhurnya.Masyarakat Kampung Naga memilki tempat-tempat larangan
yaitu : 2 hutan larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki
oleh seorangpun kecuali pada waktu upacara atau berziarah.

Ada satu buah bangunan yang dianggap keramat yaitu “Bumi Ageung”
yaitu tempat pelaksanaan rutinitas upacara adat, tempat ini tidak boleh dimasuki
kecuali oleh Ketua Adat atau Kuncen.Hari yang diagungkan masyarakat Kampung
Naga diantaranya hari Selasa, Rabu dan Sabtu.Pada hari itu masyarakat dilarang
untuk menceritakan asal usul atau sejarah mengenai Kampung Naga dan pada bulan
Syafar tidak boleh melaksanakan upacara adat atau berziarah. Dalam pembangunan
rumah-rumah diatur sedemikian rupa yaitu dengan membujur Timur Barat
menghadap ke Selatan, setiap rumah harus saling berhadapan untuk menjaga
kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya pun mempunyai wawasan
lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya.

B. Letak Geografis

Kampung Naga secara administratife berada di wilayah Desa Neglasari,


Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung
Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota
Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di
sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di hutan tersebut
terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh
sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan
yang bermata air dari Gunung Cikuray.
Bab III

METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan fakta dilapangan
supaya penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan peneliti melakukan pengumpulan
data dengan beberapa teknik :
 ObservasiTidakLangsung
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung melalui
internet/perantara

 Studi Dokumenter
Studi Dokumenter (Documentary Study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik
dokumen tertulis gambar maupun elektronik
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah. Dokumen tersebut diurutkan berdasarkan tingkatan/hirarki sejarah
kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isi dengan tujuan pengkajian.
 Studi Literatur
Studi litelatur yaitu cara mengumpulkan data sekunder dengan mempelajari
masalah yang di teliti dari buku-buku, majalah, laporan-laporan penelitian terdahulu,
jurnal dan berkas-berkas lain yang menunjang terhadap masalah yang sedang
diteliti.Dan juga dari internet (Blog)
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga

Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih


menggunakan peralatan ataupun perlengakpan hidup yang sederhana, non teknologi
yang kesemua bahannya tersedia di alam. Seperti untuk memasak, masyarakat Sanaga
menggunakan tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk
membajak sawah mereka tidak menggunkan traktor melainkan menggunakan
cangkul. Dan masih banyak hal lainnya, yang pasti masayarakat Sanaga tidak
menggunakan peralatan canggih berteknologi tinggi, dan kampung mereka pun tidak
ada listrik.

B. Sistem Perekonomian Masyarakat Kampung Naga

Dalam sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian


dimana mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok
yaitu bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah
membuat kerajinan, beternak dan berdagang.

C. Sistem Kemasyarakatan

Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya


gotong royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan
diatas kepentingan pribadi.

Lebih jauh menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga, kita akan
mendapatkan dua pemimpin dengan tugasnya masing –masing yaitu pemerintahan
desa dan pemimpin adat atau yang oleh masyarakat Kampung Naga disebut Kuncen.
Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga
Sanaga. Sang Kuncen yang meski begitu berkuasadalam hal adapt istiadat jika
berhubungan dengan system pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT

 Lembaga Pemerintahan

Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-


lembaga pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :

 Lembaga Pemerintahan
 RT
 RK / RW
 Kudus ( Kepala Dusun )
 Lembaga Adat

Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku
adat dan memimpin upacara adat dalam berziarah.

Punduh dijabat oleh Bapak Ma’mun

Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal
sampai akhir sesuai dengan syariat Islam.

D. Sistem Bahasa

Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan


bahasa Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan.
Adapula yang bisa berbahasa Indonesia itupun hanya digunakan apabila bercakap –
cakap dengan wisatawan dari luar jawa barat.

E. Sistem Pendidikan ( Ilmu Pengetahuan )


Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai
jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih
pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya
pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik
belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa
dilakukan di mesjid atau aula.

F. Sistem Kepercayaan ( Religi )

Penduduk Kampung Naga Mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam,


akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang
adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan


adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun.
Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan
sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-
hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak
menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetakaMasyarakat
Sanaga pun masih mempercayai akan takhayul mengenai adannya makhluk gaib yang
mengisi tempat – tempat tertentu yang dianggap angker.

Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih


dipegang kuat. Percaya adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang menempati air atau
sungai terutama bagian sungai yang dalam (“leuwi”). Kemudian “ririwa” yaitu
mahluk halus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam
hari, ada pula yang disebut “kunti anak” yaitu mahluk halus yang berasal dari
perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang
atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal
mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang
angker atau sanget. Demikian juga tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang
Singaparna, Bumi ageung dan masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi
masyarakat Kampung Naga

Adapun upacara – upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Sanaga


yang bertepatan dengan hari besar Islam yaitu :

Bulan Muharam untuk menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah

Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah

Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan

Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri

Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha

G. Kesenian

Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau


tabu mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang
golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra
goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung
Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah
jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama
oleh kalangan generasi muda. Namun bagi masyarakat Kampung Naga yang hendak
menonton kesenian wayang, pencak silat, dan sebagainya diperbolehkan kesenian
tersebut dipertunjukan di luar wilayah Kampung Naga.

Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya :


Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas
biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta
kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu.

Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu


upacara pernikahan atau khitanan massal.

Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal

H. Sistem Bangunan /Arsitek

Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga


semuanya beratap ijuk, dan menghadap ke arah kiblat, terdapat kurang lebih 113
bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 110 rumah warga dan 1 tempat ibadah,
selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) dan Bumi Ageung
yang kesemua bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-
lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan
bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan
keselarasan yang ada di daerah tersebut.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah


dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai
rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah
utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah
dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat,
kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok,
walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong).

Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan
tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan.
Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam
rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam
memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar
dalam satu garis lurus.

I. Sistem Politik

Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh


ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang
diperoleh adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka.

J.Sistem Hukum

Seperti kebanyakan kampung adat lainnya, masyarakat Sanaga juga


memiliki aturan hukum sendiri yang tak tertulis namun masyarakat sangat patuh
akan keberadaan aturan tersebut. Kampung Naga memang memiliki Larangan namun
tidak memiliki banyak aturan. Prinsip yang mereka anut adalah Larangan, Wasiat dan
Akibat.

Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada kata pamali,


yakni sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang Kampung Naga
yang tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang dilakukan tidaklah jelas,
mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat Sanaga memegang prinsip
bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia sendiri yang akan menerima
akibatnya.

Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih


dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang
berkenaan dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan
ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh
setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah
rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa ternyata


keberadaan Kampung Naga selain menarik karena keunikan kebudayaan
masyarakatnya, namun juga ternyata dapat menjadi icon bagi masyarakat Kampung
Naga Khususnya dan bagi masyarakat Jawa Barat umumnya bahwa primitifitas atau
adat istiadat asli peninggalan nenek moyang itu harusnya bisa menjadi treadceneter
dan suatu kebanggan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya tarik bagi
turis lokal maupun dari luar negri untuk di adikan bahan observasi.

B. SARAN – SARAN

Demikianlah penulisan makalah kami, apabila masih terdapat kesalahan atau


kekurangan dalam pembahasan makalah kami ini, terutamanya kami mohon maaf
yang sebesar – besarnya dan kami juga harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat
membangun dalam perbaikan pembuatan makalah kami ini.

Anda mungkin juga menyukai