Anda di halaman 1dari 15

PRA-PROPOSAL PENELITIAN TESIS PENDAFTARAN MAHASISWA

BARU PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
oleh
Giovanny Yan Mario Paridy Man

A. Judul
Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Mengenai
Pencegahan Stunting Pada Wilayah Kerja Puskesmas Baumata, Kecamatan
Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang menganggu perkembangan
generasi yang akan datang adalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada
anak akan berdampak besar pada generasi yang akan datang. Salah satu
masalah kesehatan yang harus ditangani secara serius di Indonesia adalah
kasus stunting. Menurut Supariasa & Purwaningsih (2019), stunting
merupakan kondisi perkembangan anak balita yang gagal karena adanya
kekurangan gizi kronis, faktor rendahnya stimulus psikososial, serta
paparan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (1.000 HPK) (Yuliastini & Sudiarti, 2020). Hal ini sering
terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Selama ini, stunting
masih belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas. Masih banyak
masyarakat yang menganggap stunting sebagai hal biasa, dan sebagian
lainnya juga menganggap stuntung adalah masalah genetik.
Stunting adalah ganguan pertumbuhan anak secara linier akibat
adannya kekurangan asupan zat gizi secara kronis. Stunting juga dapat
dikatakan sebagai penyakit infeksi kronis yang ditunjukkan dengan nilai
z-skor tinggi badan untuk umur (TB/U) < -2SD. Berdasarkan data
tersebut, maka balita dikatakan stunting apabila memliki nilai z skor
dibawah garis normal, yaitu kurang dari 2SD, dapat dikatakan balita
pendek. Sedangkan apabila kurang dari -3SD, maka balita dikategorikan
sangat pendek (Kemenkes, 2018).
Menurut WHO, stunting adalah kondisi anak yang mengalami cacat
pertumbuhan dan perkembangannya. Anak mengalami kekurangan gizi
buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikologisosial yang tidak memadai
(Kwami, Godfrey, Gavilan, Lakhanpaul, & Parikh, 2019).
Stunting memiliki konsekuensi pada anak, yaitu kemampuan kognitif
dan perkembangan fisik yang rendah, sehingga berdampak pada kapasitas
anak saat dewasa nanti. Stunting dapat berdampak pada produktivitas
anak setelah dewasa. Anak yang stunting rentan terhadap berbagai
penyakit degeneratif. Stunting juga dapat menimbulkan kerugian
psikososial dan kesehatan mental pada anak-anak. Hal ini menjadi
masalah serius terhadap masa depan bangsa dan negara, karena anak-anak
adalah masa depan bangsa dan negara (Yuliastini & Sudiarti, 2020).
Faktor utama stunting adalah kurang pangan atau gizi. Faktor lainnya,
antara lain pemberian makanan yang tidak tepat, layanan kesehatan yang
buruk, dan sanitasi yang buruk (Dimitrova & Muttarak, 2020).
Dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan
tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21.6% sedangkan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 35.3%. Persentase stunting di
provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2022 sebesar 17,7%. Persentase
terbesar terdapat di kabupaten Timor Tengah Selatan (28,3%), diikuti
kabupaten Timor Tengah Utara (24,4%), kabupaten Sumba Barat Daya
(24,3%), kabupaten Sumba Barat (23,3%), kabupaten Rote Ndao (22,3%),
kota Kupang (21,5%), dan kabupaten Kupang (19,9%).
Kabupaten Kupang menduduki peringkat ke-7 pada balita yang
mengalami stunting dari 22 kabupaten/ kota di Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 2022 tercatat pada data oleh Badan Pusat Statistik Provinsi
Nusa Tenggara Timur, sebanyak 6.674 anak di Kabupaten Kupang
mengalami stunting. Sedangkan pada tahun 2021, berdasarkan laporan
dari instansi yang sama, tercatat 6.118 anak di Kabupaten Kupang
mengalami stunting. Hal ini menunjukkan penambahan jumlah balita
yang tidak terlalu signifikan, tetapi dengan prevalensi yang masih cukup
tinggi.
Promosi kesehatan merupakan upaya yang sangat dibutuhkan untuk
menekan angka kasus stunting. Promosi kesehatan merupakan kegiatan
yang dilakukan di masyarakat dan menjadi program dalam mewujudkan
visi dan misi untuk pembangunan kesehatan di Indonesia. Sehingga
masyarakat tahu, mau, dan mampu memelihara dan meningakatkan
kualitas kesehatannya. (Nurmala et al., 2018)
Untuk mencapai keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian
stunting, diperlukan strategi sebelum menjalankan kegiatan. Strategi yang
dapat dilakukan adalah melakukan pendekatan advokasi yang berfokus
pada sasaran melalui penyuluhan yang bekerjasama dengan posyandu.
(Setyabudi & Gayatri, 2017)
2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu
mengenai pencegahan stunting pada wilayah kerja Puskesmas Baumata,
Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu mengenai pencegahan
stunting pada wilayah kerja Puskesmas Baumata, Kecamatan Taebenu,
Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan mengenai stunting sebelum
diberikan promosi kesehatan
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu mengenai stunting sesudah
diberikan promosi kesehatan
c. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan promosi kesehatan
4. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru yang lebih
luas mengenai pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu
mengenai pencegahan stunting pada wilayah kerja Puskesmas Baumata,
Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil riset ini bisa dijadikan salah satu upaya untuk menambah
informasi bagi masyarakat, sehingga masyarakat mampu mengubah
pola asuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak dan
juga mempengaruhi perubahan status gizi anak.
2. Manfaat bagi Puskesmas Baumata
Sebagai tambahan informasi yang dapat dijadikan evaluasi dan
menjadi bahan masukan untuk meningkatkan upaya penyuluhan dan
pembinaan kepada masyarakat.
3. Manfaat bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan,
sarana pembelajaran, dan dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk
peneliti selanjutnya.
4. Manfaat bagi Pendidikan
Sebagai tambahan kepustakaan yang dapat dijadikan acuan
meningkatkan wawasan serta pengetahuan bagi pembaca untuk
mahasiswa.
B. Tinjauan Pustaka
1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah kegiatan yang sampai saat ini sering
dilakukan dalam kesehatan masyarakat. Kegiatan tersebut sudah memiliki
izin dan kebijakan dalam menjalankan kegiatannya oleh pemerintah.
Promosi kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan nomor 1148 tahun 2005 tentang penyelenggaraan promosi
kesehatan dilaksanakan berdasarkan sumber daya masyarakat yang
berbasis pada masyarakat dan budaya setempat, serta didukung oleh
masyarakat dan kebijakan dengan perspektif kesehatan.
Cara untuk mewujudkan visi dan misi tersebut adalah menggunakan
strategi yang terbaik dan terorganisir dalam mewujudkan suatu visi dan
misi dalam promosi kesehatan.
Advokasi adalah kegiatan pengambilan keputusan dan bentuk
bantuan dari pengambil keputusan di bidang kesehatan dan bidang lain
yang mempengaruhi kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk
melakukan perubahan baik dari sisi ekonomi, adat dan kebudayaan,
lingkungan sekitar dan perilaku individu agar bermanfaat untuk kesehatan
masyarakat melalui strategi ini. Kegiatan advokasi ini ditujukan kepada
pemangku kebijakan dan keputusan yang berhubungan dengan
departemen kesehatan.
Dukungan sosial adalah salah satu strategi agar kegiatan promosi
kesehatan mudah dilaksanakan. Salah satu dukungan sosial yaitu
dukungan masyarakat yang bisa menjadi informal, dukungan seperti dari
tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berdampak pada masyarakat dan
menjadi anggota penuh masyarakat, seperti petugas kesehatan. Dukungan
sosial dari tokoh masyarakat bertujuan untuk membantu
menginformasikan pada sektor kesehatan dan yang menerima rencana
adalah masyarakat. Dukungan sosial mensosialisasikan kegiatan
kesehatan melalui tokoh masayarakat pada dasarnya, agar masyarakat
dapat menerima dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Pemberdayaan merupakan upaya yang ditujukan untuk masyarakat.
Pemberdayaan ini langsung ditujukan pada masyarakat setempat sebagai
sasaran primer dalam promosi kesehatan. Dalam menciptakan
kemampuan untuk memelihara dan menambah standarisasi kesehatan
yaitu menjadi salah satu tujuan utama dari pemberdayaan ini. Pada
umumnya gerakan masyarakat sehat menjadi istilah yang sering disebut
di masyarakat. Gerakan masyarakat merupakan perwujudan dalam
pemberdayaan pada sasaran kelompok, keluarga dan individu.
Pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui beragam cara diantaranya
penyuluhan kesehatan, koordinasi bina lingkungan hidup berupa koperasi
atau pelatihan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Bertambahnya
pendapatan keluarga akan berpengaruh pada kemampuan dan
pemeliharaan kesehatan. Pemberdayaan juga menjadi strategi yang
digunakan dalam menambah kualitas SDM agar terciptanya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Metode yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan adalah
melalui penyuluhan kesehatan dengan menyampaikan informasi tentang
kesehatan kepada masyarakat. Penyuluhan juga dianggap sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan dan juga kemampuan bagi seseorang yang
bertujuan mengubah perilaku manusia secara individu untuk mencapai
tujuan hidup yang sehat. Kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan
responden yang menjadi sasaran utama dan bisa dilakukan pada kelompok
individual, dan juga massa. Kegiatan yang akan dilakukan tak luput
dengan media yang digunakan. Media juga merupakan alat yang
dipergunakan dalam menyampaikan informasi yang dijadikan sebagai
penyalur pesan-pesan yang akan disampaikan. (Notoatmodjo, 2014)
2. Pengetahuan
Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang didapatkan berdasarkan
pengalaman seseorang. Dengan berjalannya waktu, pengetahuan akan
bertambah luas sesuai dengan proses yang dialami oleh seseorang
tersebut. Pengetahuan bersifat empiris, dimana aktivitas rasional dilihat
dari kemampuan pikiran untuk menalar sesuatu berdasarkan perasaan
atau naluri. (Wahana, 2016)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dapat
berasal dari sisi internal maupun eksternal. Seseorang akan mudah
mendapatkan pengetahuan melalui informasi yang di dapatkan seiring
dengan bertambahnya tingkat pendidikan. Meningkatnya pengetahuan
maka informasi yang didapatkan akan semakin mudah untuk ditemukan.
Pengetahuan yang diperoleh sangat berkaitan erat dengan pendidikan
seseorang. Bertambahnya tingkat pendidikan seseorang maka ilmu yang
diperoleh akan semakin luas. Namun, orang yang tingkat pendidikannya
tinggi belum menjamin pengetahuan yang luas. (Riandita, 2012)
Pengalaman adalah sumber pengetahuan untuk mencari kebenaran
dengan mengulang pengetahuan yang diperoleh di masa lalu untuk
dijadikan pemecahan suatu masalah yang sedang dihadapi. Pengetahuan
ibu harus lebih tinggi untuk mengatasi masalah gizi pada anak agar tidak
terjadi stunting. (Wardani, 2015)
Semakin tua seseorang, semakin tinggi kemampuan dan kedewasaan
seseorang, pandai berpikir dan menerima informasi. Namun, perlu
diperhatikan Orang tua tidak selalu memiliki wawasan yang luas
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. (Agina & Yuwono, 2017).
Seseorang yang berada di lingkungan sanitasi yang kurang memadai
kemungkinan akan lebih sering untuk menemukan berbagai penyakit
diantaranya masalah stunting. Keterlambatan perkembangan membuat
orang-orang di area tersebut memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi.
(Susilowati, 2016).
Lingkungan merupakan suatu bentuk yang terlihat oleh seluruh
individu mulai dari lingkungan fisik, biologi dan sosial yang bisa menjadi
bagian penting bagi masyarakat. Lingkungan adalah proses dimana
pengetahuan memasuki individu di lingkungannya. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya interaksi antar semua orang sebagai pengetahuan. ibu
yang sering mendapat pendidikan tentang kesehatan di daerahnya
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang sama
sekali belum pernah diberikan pendidikan tentang kesehatan. (Nur, 2018)
Kepercayaan juga sangat berpengaruh pada prosesnya bertambahnya
pengetahuan, terlebih pada menerapkan nilai-nilai agama untuk
memperkuat kepribadiannya. (Jufri, 2020)
3. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu merupakan karakteristik dimana ibu mengetahui apa
saja yang sudah diperoleh melalui pendidikan yang menjadi pengetahuan.
Pengetahuan ibu juga menjadi tolok ukur untuk menentukan pola asuh
yang diberikan pada anak dan juga untuk melihat seberapa besar
pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemberian asupan makanan pada
anaknya. (Yuhansyah, 2019)

4. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis
terutama pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Stunting adalah
kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan
orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunted (short stature) atau
tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai
indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi
dalam jangka waktu lama.
Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan panjang badan tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu pendek. (Atikah, Rahayu, 2018). Stunting ditandai dengan panjang
atau tinggi badan lebih pendek dari usianya. Stunting juga lebih rentan
terhadap penyakit dan di masa depan berisiko menurunkan produktivitas.
Penentuan keadaan tinggi badan (TB) seseorang dan kesesuaian dengan
umur dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks tinggi badan menurut
umur (TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U-nya
di bawah -2 SD (standar deviasi). (Human Development Worker, 2018).
Stunting berhubungan dengan meningkatnya resiko kesakitan,
kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.
Kejadian stunting merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak
kehamilan, masa kanak–kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Stunting
disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dalam jangka
waktu lama dan kurangnya stimulasi psikososial sejak di dalam
kandungan dan setelah dilahirkan. Tidak hanya faktor spesifik gizi, tetapi
juga faktor sensitif gizi yang berinteraksi satu dengan lainnya. (Tanoto,
2019).
5. Faktor Penyebab Stunting
Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan sebagai dampak dari
rendahnya status gizi dan kesehatan. UNICEF menjelaskan dua penyebab
langsung stunting adalah faktor penyakit dan asupan zat gizi. Kedua
faktor ini berhubungan dengan faktor pola asuh, akses terhadap makanan,
akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, namun
penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat pada level individu dan
rumah tangga tersebut, seperti tingkat pendidikan, pendapatan rumah
tangga. Stunting juga disebabkan oleh faktor multi dimensi, tidak hanya
disebabkan oleh faktor asupan gizi yang kurang atau atau gizi buruk yang
dialaami oleh seseorang maupun calon ibu. Faktor penyebab langsung
masalah gizi stunting aadalah asupan konsumsi makanan/asupan gizi dan
infeksi penyakit.
Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi stunting yaitu meliputi
ketersediaan pangan rumah tangga dan pola konsumsi rumah tangga,
kebersihan dan sanitasi, dan pelayanan kesehatan serta kesehatan
lingkungan (Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian
Kesehatan, 2018). Berdasarkan hasil – hasil penelitian yang dilakukan di
dalam dan luar negeri, diketahui penyebab stunting sangat kompleks.
6. Dampak Stunting
Stunting dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut WHO, Pertumbuhan
stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan berisiko untuk
tumbuh pendek pada usia dewasa muda. Stunting dalam jangka panjang
akibat buruk yang dapat timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang
penyakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, kapasitas belajar dan
performa yang kurang optimal saat berada di masa sekolah dan disabilitas
di usia tua. (Atikah, Rahayu, 2018).
Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh. (Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017). Masalah stunting khususnya
seseorang yang pendek dengan dampak negative yang akan berlangsung
dalam kehidupan selanjutnya, Studi mengatakan bahwa seseorang yang
pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang
dewasa. (Untung et al., 2021).
Menurut Hoddinott et al., (2013) stunting memiliki konsekuensi
ekonomi yang penting untuk laki-laki dan perempuan di tingkat individu,
rumah tangga dan masyarakat. Bukti yang menunjukkan hubungan antara
perawakan orang dewasa yang lebih pendek dan hasil pasar tenaga kerja
seperti penghasilan yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih buruk.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widanti (2017)
bahwa seseorang yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh
kembang yang tidak sempurna, kemampuan motoric dan produktivtas
rendah, serta memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit yang
tidak menular. Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang
rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupun kognitif, dan akan
berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa (Pusat Kajian Gizi
Dan Kesehatan Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar, 2017). Bisa
dibayangkan, bagaimana kondisi orang – orang Indonesia yang menderita
stunting, bangsa ini akan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
menghadapi tantangan global.
Pertumbuhan stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untuk tumbuh pendek pada usia dewsa muda. Anak yang tumbuh
pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun
memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia
pubertas; sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia dini dapat
mengalami growth faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali
tumbuh pendek pada usia pra-pubertas. Oleh karena itu, intervensi untuk
mencegah pertumbuhan stunting masih tetap dibutuhkan bahkan setelah
melampaui 1000 HPK (Aryastami, N.K, 2015).
Efek sisa pertumbuhan anak pada usia dini terbawa hingga usia pra-
pubertas. Peluang kejar tumbuh melampaui usia dini masih ada meskipun
kecil. Ada hubungan kondisi pertumbuhan (berat badan lahir, status sosial
ekonomi) usia dini terhadap pertumbuhan pada anak usia 9 tahun. Anak
yang tumbuh normal dan mampu mengejar pertumbuhannya setelah usia
dini 80% tumbuh normal pada usia pra-pubertas.
7. Pencegahan Stunting
Stunting dapat dicegah sejak 1000 hari pertama kehidupan yang
dimulai pada saat janin dalam kandungan sampai usia 2 tahun yaitu 270
hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi.
Intervensi yang spesifik untuk pencegahan stunting adalah:
a. Pemberian suplementasi tablet Fe pada remaja putri, calon pengantin,
ibu hamil ditambah asam folat.
b. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK.
c. Promosi dan konseling tentang IMD dan ASI eksklusif.
d. Pemberian makanan tambahan/MP-ASI.
e. Pemantauan pertumbuhan di posyandu.
f. Pemberian imunisasi.
g. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gizi kurang.
h. Pemberian vitamin A.
i. Pemberiaan taburia pada balita dua tahun.
j. Pemberian obat cacing pada ibu hamil (Jayanti, 2013).
E. Hipotesis
H0 : tidak terdapat pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan
ibu mengenai pencegahan stunting pada wilayah kerja Puskesmas
Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
H1 : terdapat pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu
mengenai pencegahan stunting pada wilayah kerja Puskesmas
Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Desain quasi
eksperimen adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada
sekelompok subjek dengan atau tanpa pembanding tanpa dilakukan
pengacakan untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau
control. Rancangan desain kuasi eksperimen yang digunakan adalah One
Group Pretest-Posttest Only Design, yaitu desain eksperimen yang
dilakukan dengan pretest sebelum dilakukan perlakuaan dan posttest
setelah diberikan perlakuan, dan untuk mengetahui pengaruh promosi
kesehatan dengan media audio visual terhadap pengetahuan pencegahan
stunting ibu di wilayah kerja Puskesmas Baumata Kabupaten Kupang.
G. Daftar Rujukan
Adik, W. 2014. Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Adriani M, B. W.2014. Gizi Dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro Zinc
Pada Pertumbuhan Balita). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Azwar. 2010. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa
Datang. Jakarta: Dirjen Bina Kesmas Depkes. Disampaikan pada
pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga
Sadar Gizi.
Bhutta, Z. A., Akseer, N., Keats, E. C., Vaivada, T., Baker, S., Horton, S. E.,
Black, R. 2020. How countries can reduce child stunting at scale:
lessons from exemplar countries. The American Journal of Clinical
Nutrition, Volume 112, Issue Supplement 2.
BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2023. Provinsi Nusa Tenggara
Timur Dalam Angka. Kupang: BPS Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Christian, P., Hurley, K. M., Phuka, J., Kang, Y., Ruel-bergeron, J.,
Buckland, J., West, K. P. 2020. Impact Evaluation of a
Comprehensive Nutrition Program for Reducing Stunting in
Children Aged 6 – 23 Months in Rural Malawi. The Journal of
Nutrition Community and International Nutrition, (8).
Creswell, J. 2010. Research Design. Terjemahan Oleh Achmad Fawaid.
2010. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Damayanti, Alfina Ayunda. 2021. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Ibu Mengenai Stunting di Desa Tanjung Wangi Tahun
2021. Tugas Akhir. Bandung: Universitas Bhakti Kencana.
Damschroder, L. J., & Lowery, J. C. 2013. Evaluation of a large-scale weight
management program using the consolidated framework for
implementation research (CFIR). Implementation Science.
IS,8(1),51. http://doi.org/10.1186/1748-5908-8-51.
Dewey, K. G. 2019. Reducing Child Stunting: Moving Forward on
Evaluating Effectiveness of Programs. The Journal of Nutrition
Commentary, (14), 2843–2845.
Dimitrova, A., & Muttarak, R. 2020. After the floods: Differential impacts of
rainfall anomalies on child stunting in India. Global Environmental
Change, 64(May), 102130.
https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2020.102130
Djide, N. A. N. 2021. Hubungan Intervensi Spesifik Dari Indikator Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Pis-Pk) Dengan
Prevalensi Stunting Di 10 Desa Lokus Program Pencegahan
Stunting Di Kab. Banggai Tahun 2018-2019. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 12(5), 121–231.
Hutagaol, Rosmawati. 2021. Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan
Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Pencegahan
Stunting Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Matanggor Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2021. Tugas
Akhir. Padangsidimpuan: Universitas Aufa Rohyan.
Kemenkes, R. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kwami, C. S., Godfrey, S., Gavilan, H., Lakhanpaul, M., & Parikh, P.
2019. Water, Sanitation, and Hygiene: Linkages with Stunting in
Rural Ethiopia. Int. J. Environ. Res. Public Health, 16, 3793, 2–
21.
Muthia, G., & Yantri, E. 2019. Artikel Penelitian Evaluasi Pelaksanaan
Program Pencegahan Stunting Ditinjau dari Intervensi Gizi
Spesifik Gerakan 1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru
Kabupaten Pasaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 100–108.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purba, R. O. 2020. Analisis Implementasi Program Intervensi Gizi
Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif dalam Penurunan Angka
Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Langkat Tahun
2018. Jurnal Kesehatan, Universitas Sumatra Utara, 8(4), 109–
185.
Siwa, Rista; Tumurang, Marjes; Boky, Harvany. 2019. Pengaruh
Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dengan
Tindakan Pencegahan Stunting Oleh Kader Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Bailang Kota Manado. Jurnal KESMAS, 8(4),
80-88.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R & B.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Admisistrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Supariasa, I. D. N., & Purwaningsih, H. 2019. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten
Malang. Karta Raharja, 1(2), 55–64.
Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., &
Bhutta, Z. A. 2020. Stunting in childhood: an overview of global
burden, trends, determinants, and drivers of decline. The
American Journal of Clinical Nutrition, Volume 112, Issue
Supplement.
Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Kencana.
Wirjatmadi, R., & Welasasih, R. 2012. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian
Journal of Public Health. 8(3):99 -104.
Zulaikhaa, Y., Windusari, Y., Idris, H. 2021. Analisis Pelaksanaan
Program Pencegahan Stunting. Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 5, Nomor 1, Desember 2021.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.3007.
H. Rancangan Biaya
No Nama Barang Biaya Satuan Volume Jumlah Biaya
1 Kertas HVS Rp 60.000,00 4 rim Rp 240.000,00
2 Penjilidan Rp 40.000 - Rp 40.000,00
3 Keperluan lain Rp 1.000.000
Total Rp 1.280.000

Anda mungkin juga menyukai