Anda di halaman 1dari 5

Hypertiroidisme dikenal juga sebagai tirotoksikosis, hypertiroidisme dapat didefinisikan

sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh hormon metbolik yang berlebihan.
Terdapat dua tipe hypertiroidisme sponta yang pa;ing sering dijumpai yaitu: Grave dan
Goiter nodular toksik.
Penyakit Grave adalah suatu penyakit autoimun dimana suatu antibodi yang disebut
Imunoglobulin Perangsang Tiroid (TSI) berikatan pada reseptor TSH kelenjar tiroid
.Antibodi ini berikatan dengan reseptor membran yang juga merupakan reseptor untuk TSH
dan secara terus menerus mengaktifkan sistem cAMP dari sel yang hasilnya merupakan
hypertiroidisme.Antibodi TSI mempunyai efek perangsangan yang sangat lama pada kelenjar
tiroid ,dan baru baru baru berakhir setelah sekitar 12 jam , berbedan dengan TSH yang hanya
berefek sedikit diatas 1 jam. Sekresi hormon tiroid yang tinggi yang disebabkan oleh TSI
sebaliknya menekan pembentukan TSH oleh hypofisis anterior. Oleh karena itu hampir
semua penderita penyakit grave konsentrasi TSH kurang dari normal (bahkan seringkali nol).
Biasanya terjadi pada usia sekitar 30 sampai 40 lebih sering ditemukan pada perempuan
dibanding laki-laki.
Gejala-gejala hypertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas saraf
simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,gemetar,tidak tahan panas,kulit
lembab,berat badan menurun,sering disertai nafsu makan meningkat,palpitasi dan takikardia,
diare dan kelemahan serta artrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan
infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati disebabkan oleh
pembengkakan jaringan retro-orbital dan perubahan oto ekstraokular, keadaan ini dapat
menarik saraf optik yang dpat merusak penglihatan pasien. Kerusakan penglihatan juga
disebabkan oleh karena kelopak mata pasien tidak dapat menutup dengan sempurna saat
berkedip dan juga saat tidur, sehingga permukaan epitel mata menjadi kering dan mudah
mengalami iritasi dan mudah terinfeksi sehingga timbul ulkus pada kornea pasien.
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
goiter nodular kronik, pada pasien ini, hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi
klinisnya lebih ringan daripadan penyakit grave.pasien mungkin mengalami aritmi dan gagal
jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Pasien dapat pula memperlihatkan bukti-bukti
pemuruna berat badan,lemah dan atrofi otot. Goiter multinodular biasanya ditemukan pada
pasien-pasien tersebut berbeda dengan pemebesaran tiroid difus pada penyakit grave. Pasien
Goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (mata melotot,pelebaran
fissura palpebra dan kedipan berkurang ) akibat adanya aktifitas saraf simpatis yang
berlebihan ,meskipun demikian, tidak ada manifestasi drmatis oftalmopati infiltratif seperti
pada penyakit grave.
 Propiltiourasil (PTU)
 Nama generik : Propiltiourasil
 Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
 Indikasi : hipertiroidisme
 Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa
menyusui.
 Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
 Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200
mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari,
untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis
pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis
untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
 Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan,
sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
 Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan
memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan
triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
 Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun
karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan
pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
 Methimazole
 Nama generik : methimazole
 Nama dagang : Tapazole
 Indikasi : agent antitiroid
 Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
 Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
 Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
 Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40
mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
 Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri
lambung, edema.
 Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa
meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)
 Karbimazole
 Nama generik : Karbimazole
 Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
 Indikasi : hipertiroidisme
 Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan
pada kehamilan dan masa menyusui.
 Bentuk sediaan : tablet 5 mg
 Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu
dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18
bulan.
 Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
 Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan
dengan respon.
 Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan,
sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
 Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena
PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan,
kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
 Tiamazole
 Nama generik : Tiamazole
 Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
 Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan
operasi.
 Kontraindikasi : hipersensitivitas
 Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
 Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon
tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20
mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis
perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
 Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan
pada kelenjar ludah.
 Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui,
hepatitis.

Anda mungkin juga menyukai