Anda di halaman 1dari 8

ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


1. Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas
atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah
dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor
pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini,
ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. ISPA merupakan singkatan
dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa
inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak,
karena system pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-
rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut,
dimana pengertiannya sebagai berikut :
 Infeksi, adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
 Saluran pernapasan, adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
 Infeksi akut, adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2. Prioritas Masalah ISPA


 Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),
kelembaban, kebersihan, musim, temperatur).
 Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi).
 Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan
infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak
yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum.

3. Prioritas Masalah ISPA Berdasarkan Metode USG


No USG
Prioritas Masalah Total Ranking
. U S G
1. Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara,
kepadatan anggota keluarga, kelembaban,
kebersihan, musim, temperatur).
2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan
dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah
penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang
isolasi).
3. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok,
kemampuan pejamu menularkan infeksi, status
kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain,
kondisi kesehatan umum.
Keterangan :
1 = Sangat Kecil
2 = Kecil
3 = Sedang
4 = Besar
5 = Sangat Besar

4. Rumusan Masalah ISPA


a. ISPA dapat terjadi karena kondisi lingkungan rumah, kepadatan hunian keluarga,
status sosio-ekonomi, kebiasaan merokok dan polusi udara.
b. ISPA umumnya mengenai balita.
c. Prevalensi penyakit ISPA dapat meningkat pada musim kemarau dan musim
dingin.
d. ISPA dapat terjadi di daerah dengan adanya apartemen/rumah susun, daerah
pabrik, daerah polusi udara tinggi.
e. Maslaah ISPA menyebabkan morbiditas balita diatas 40/1000 kelahiran hidup
atau 15-20%/tahun pada usia balita (WHO), Sedangkan di Indonesia balita yang
terkena ISPA sebesar 9,3% dan penyebab utama pasien datang ke Puskesmas.

5. Akar Penyebab Masalah Metode Fish Bone/Pohon Masalah

DANA MANUSIA
SARANA
Kurangnya Masyarakat belum paham
Sarana dan dana untuk tentang ISPA terutama
prasarana untuk melaksanaka penumonia Prevalensi ISPA di
melakukan n program Puskesmas seluruh NTT
program kurang sebesar 530.965 kasus
rawat jalan dan rawat inap
Kurangnya kesadaran sebagai penyakit
Terbatasnya Kurangnya
masyarakat akan
a.
kebersihan lingkunngan
leaflet dan
poster ISPA
kerjasama
dengan lintas
Kurangnya sosialisasi
terbanyak di Puskesmas
berdasarkan data Dinkes
kepada masyarakat
sektor Provinsis NTT 2017.
tenta ISPA terutama
pneumonia

LINGKUNGAN
ALAT METODE

6. Penyebab Masalah dan Solusi


Penyebab masalah ISPA
a. Rumah
Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA
daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark. Adanya ventilasi rumah
yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
b. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat.
c. Status sosio-ekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosio-ekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan
tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan
korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosio-
ekonomi
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena
ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu
dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua
merokok
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia.
f. Masyarakat belum paham tentang pneumonia
g. Kurangnya kesadaran masyarakat akan keberhasilan lingkungan
h. Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
pneumonia sehingga banyak warga yang belum mengenal pneumonia
i. Kurangnya dana untuk melaksanakan program
j. Kurangnya kerja sama dan lintas sector
k. Terbatasnya leaflet dan poster ISPA
l. Sarana dan prasarana untuk melakukan program kurang

Solusi
Hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan ISPA adalah sebagai berikut:
 Tindakan pencegahan transmisi droplet.
 Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai,
probable atau terkonfirmasi MERS-CoV
 Pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian harus dimulai ketika pasien masuk
triase dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai demam.
 Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap
pasien ISPA dan pasien lainnya yang tidak menggunakan APD. –
 Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
 Terapkan etika batuk.
 Tindakan pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang menimbulkan
penularan aerosol.
 Melakukan sosialisasi/ penyuluhan tentang penyakit pneumonia agar masyarakat
lebih mengenal pneumonia
 Melakukan koordinasi dengan lintas sector seperti toga toma, kepala desa, dll.
 Menambah jadwal kegiatan di desa
 Bekerjasama dengan bidan setempat
7. Matriks RUK ISPA
N Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penang Kebutu Mitra Waktu Kebutu Indikato Sumber
O Kegiatan Sasaran gung han Kerja Pelaksa han r Pembia
Jawab Sumbe naan Anggar Kinerja yaan
r Daya an
1 Pencega Memberi Supaya Dinas Tercapai Rina R 1 orang Dokter Setiap 1 Laporan BLUD
han dan kan terlaporkan Kesehat penemua , bulan bulanaa
Pengend laporan hasil an P2 n kasus perawa sekali n
alian bulanan penemuan ISPA t,
penyakit ISPA bidan,
desa,
kader
2 Pembinaa Memberi Masyar Tercapai Rina R 1 orang Dokter Setiap 1 Pembin BOK
n pengetahua akat penemua , bulan aan
keluarga n kepada n kasus perawa sekali
rawan keluarga penyakit t,
kesehatan agar tidak bidan,
terjadi desa,
penularan kader
3 Melaksan Memberik Masyar Tercapai Rina R 1 orang Dokter Setiap 1 Penyulu BOK
akan an akat penemua , bulan han
penyuluh pengetahua n kasus perawa sekali
an n kepada penyakit t,
kesehatan masyarakat bidan,
desa,
kader
4 Meningk Ibu dapat Ibu Tercapai Rina R 1 orang Dokter Setiap Konseli BOK
atkan mengetahu balita target , hari ng
pengetah i tentang ISPA perawa
uan ibu tanda t,
balita penyakit bidan,
untuk ISPA desa,
mencega kader
h
penyakit
ISPA
5 Pertemua Untuk Pengelo Untuk P2 1 orang Wasor Setiap Pembin BLUD
n meningkat la meningk Dinas TB. satu aan
peningkat kan progra atkan Kesehat Kabup tahun pemega
an pencapaian m pencapai an Kab. aten sekali ng
program target an target Kupang Kupan progra
ISPA g m
6 Penemua Penatalaks Balita Rina R 1 orang Dokter Setiap Penemu
n kasus anaan dengan , hari an
penderita ISPA keluhan perawa kasus
non batuk t, ISPA
pneumon bidan, non
iae desa, pneumo
kader niae
7 Penemua Penatalaks Balita Tercapai Rina R 1 orang Dokter Setiap Penemu
n kasus anaan dengan nya , hari an
penderita pengobata keluhan penemua perawa kasus
pneumon n batuk n kasus t, ISPA
iae pneumonia da nada pneumon bidan, pneumo
e tanda ia desa, niae
pneumo kader
niae

Anda mungkin juga menyukai