Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ADVOKASI GIZI

TUGAS SOCIAL MARKETING


“STUNTING”

Disusun Oleh :

Naomi Burah

P07231122096

D-IV GIZI ALIH JENJANG

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
KALIMANTAN TIMUR
2023
STUNTING

1. Masalah Gizi “Stunting”


Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya
kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya angka
putus sekolah. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi
baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama. Stunting
adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan
ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi
yang bersifat kronis. Stunting diukur sebagai status gizi dengan
memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita.
Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat
menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Hal tersebut membuat
stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di dunia
sampai tahun 2025.
Faktor-Faktor Penyebab Stunting, yaitu:
a. Tigkat Pengetahuan
Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP- ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita
berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
makan- an baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis
anak terhadap makanan maupun minuman.
b. Terbatasnya Layanan Kesehatan
Termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care dan pembelajaran
dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi
Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak
di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013
dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.
Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen
zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun
belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
c. Pendapatan
Masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga ke makanan
bergizi. Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia
masih tergolong mahal.
d. Hygiene Sanitasi
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
2. Advokasi Inisiasi Menyusui Dini
Pada advokasi kepada pemerintah daerah dapat dilakukan dengan
mengawal penerapan kebijakan percepatan penurunan stunting di daerah.
Pada tingkat kabupaten atau kota, dilakukan delapan aksi integrasi, yaitu
serangkaian kegiatan intervensi gizi untuk mencegah dan menurunkan
stunting secara lintas sektor. Bupati atau walikota selaku pimpinan daerah
menunjuk tim lintas sektor yang nantinya bertanggung jawab untuk
memastikan terlaksananya Aksi Integrasi dari tingkat kabupaten/kota
hingga tingkat desa. ⁠
a. Bentuk Advokasi Inisiasi Menyusui Dini
Bentuk advokasi dalam kampanye ini, yaitu dengan melakukan
pendekatan kepada seluruh instansi, baik SMP, SMA, Perguruan
Tinggi, dan kepada pihak posyandu agar dapat memberikan informasi
terkait stunting dan apabila SMP, SMA atau Mahasiswa diberikan
informasi perilaku yang dapat menyebabkan stunting.
b. Tahapan Advokasi Inisiasi Menyusui Dini
1. Menyiapkan proposal kegiatan “Stunting”
2. Mengunjungi atau menghubungi pihak terkait seperti yang ada di
instantsi (SMP, SMA, Perguruan Tinggi) dan posyandu
3. Mengadvokasi kepada pemegang kebijakan yang ada
4. Membuat komitmen secara tertulis untuk mendukung kegiatan
Stunting
3. Social Marketing
Bentuk social marketing yang dilakukan, yaitu penyuluhan kepada
semua pihak terkait seperti yang ada di instantsi (SMP, SMA, Perguruan
Tinggi) dan posyandu dengan tema stunting serta dampak negative dari
stunting. Terkait materi yang akan di sampaikan bisa disesuaikan dengan
audiens yang ada, seperti anak SMP dan SMA bisa diberikan materi
bahaya merokok, narkoba, perilaku hidup berisih dan sehat, pola gizi
seimbang. Pada posyandu bisa diberikan materi terkait bahaya stunting,
deteksi dini penyakit menular dan tidak menular, pemberian makanan
tambahan untuk balita)

Anda mungkin juga menyukai