Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KAMPANYE PUBLIK PERCEPATAN PENURUNAN

STUNTING MELALUI KAMPANYE GERAKAN DAPUR SEHAT

ATASI STUNTING (DASHAT)

Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM


Tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Komunikasi Pemerintahan

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
PROPOSAL KAMPANYE PUBLIK PERCEPATAN PENURUNAN

STUNTING MELALUI KAMPANYE GERAKAN DAPUR SEHAT

ATASI STUNTING (DASHAT)

I. PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak dikarenakan
kekurangan gizi kronis. Hal ini termasuk isu serius di Indonesia saat ini dengan angka
prevalensi mencapai 21,6%. Artinya, sekitar dua dari sepuluh anak di Indonesia
mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dimana berdampak negatif
pada status kesehatan mereka secara keseluruhan. Fenomena stunting ini memicu
keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan karena bukan hanya masalah kesehatan
individu anak, tetapi juga memiiki dampak jangka panjang terhadap produktivitas dan
perkembangan sosial-ekonomi negara.
Faktor utama penyebab masih tingginya angka prevalensi stunting di
Indonesia adalah kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan primer, selain itu juga
kurangnya konsumsi gizi yang memadai terutama pada keluarga dengan kategori
ekonomi kurang mampu. Hal lain yang menjadi faktor penyebab adalah kekurangan
asupan gizi pada masa kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) mulai
dari kehamilan hingga anak usia dua tahun. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang
terjadi pada 1.000 HPK di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan
kerentanan anak terhadap penyakit, juga menghambat perkembangan kognitif yang
akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Selain
itu kurangnya edukasi pada masyarakat terkait pola makan yang seimbang dan
pentingnya ASI eksklusif serta pola asuh juga berperan penting dalam memperburuk
masalah stunting ini.
Untuk melihat capaian penurunan stunting, mulai tahun 2021 Survey Status
Gizi Indonesia (SSGI) diukur setiap tahun sekali Menurut data dari SSGI di tahun 2022
angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, artinya satu dari lima anak di
Indonesia mengalami stunting. Dampak dari tingginya angka stunting sangatlah
merugikan. Anak stunting pada akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk
mencapai masa depan yang produktif. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung
memiliki hambatan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik dan kesehatan, yang pada
akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk mencapai masa depan yang
produktif. Selain itu, stunting juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko
penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.

Gambar 1.1

Menurut data pada tabel di atas, angka stunting di Indonesia mengalami


penurunan dari tahun ke tahun, namun masih jauh dari target 14 persen di tahun 2024.
Kasus Stunting di Indonesia masih banyak terjadi karena kompleksnya faktor-faktor
penyebabnya yang melibatkan berbagai aspek kesehatan, gizi, sanitasi, pendidikan,
ekonomi, dan lingkungan. Permasalahan utama yang menyebabkan masih tingginya
angka stunting di Indonesia adalah kombinasi antara rendahnya kesadaran mengenai
stunting, kebijakan yang belum konvergen dalam memberikan dukungan terhadap
pencegahan stunting, dan permasalahan komunikasi dalam perubahan perilaku baik di
tingkat individu, tingkat masyarakat, dan tingkat layanan kesehatan. Peran dan
tanggung jawab dari berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan komunikasi untuk
percepatan pencegahan stunting masih perlu ditingkatkan. Pencegahan stunting
memerlukan upaya penanganan secara terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan
sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang
terpadu untuk menyasar kelompok prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan
gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting. Oleh karena itu untuk mengatasi
stunting merupakan satu hal yang tidak mudah dan membutuhkan waktu. Memperbaiki
salah satu faktor penyebab, tidak cukup untuk menyelesaikan kasus stunting secara
menyeluruh atau dikenal dengan istilah zero stunting.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan komunikasi publik yang
melibatkan pemerintah, masyarakat, serta sektor swasta dan lembaga non-pemerintah
lainnya. Komunikasi publik ini bertujuan menyampaikan informasi yang akurat dan
relevan kepada berbagai pihak. Upaya tersebut meliputi perbaikan akses terhadap
makanan bergizi, peningkatan pendidikan gizi bagi ibu hamil dan ibu menyusui,
melalui kampanye edukasi bagi masyarakat dan sektor terkait tentang pentingnya gizi
yang baik untuk perkembangan anak. Kampanye publik yang komprehensif dan
berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang stunting
dan mendorong perubahan perilaku yang positif terkait dengan pola makan dan gizi.
Untuk mendukung semua itu, diperlukan komunikasi publik di semua tingkatan yang
memungkinkan setiap keluarga berisiko stunting memiliki akses dan fasilitas yang
memadai untuk mencegah terjadinya stunting. Kesuksesan pencapaian program
pencegahan stunting juga bergantung pada efektivitas implementasi dan pemantauan
program kampanye tersebut. Banyak faktor yang menjadi indikator seperti alokasi
anggaran, sumber daya manusia, infrastruktur, dan koordinasi antar lembaga
pemerintah tentu dapat mempengaruhi hasil program.
BKKBN ditunjuk oleh Presiden sebagai Ketua Pelaksana program percepatan
penurunan stunting di Indonesia atas pertimbangan bahwa BKKBN memiliki sumber
daya sampai akar rumput. Tidak hanya tenaga penggerak yang terdiri dari Penyuuh
Keluarga Berencana (PKB) dan Kader KB, BKKBN juga memiliki program berbasis
desa dan berbasis kelompok Masyarakat yang berperan memfasilitasi terwujudnya
keluarga Sejahtera. BKKBN melakukan penataan kembali pengelolaan penurunan
stunting dan mengoptimalkan Progran Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang terintegrasi dengan program lain yang
mencakup intervensi faktor spesifik dan sensitif pada resiko stunting.
Konsep integrasi dan konvergensi telah dilaksanakan di Kampung Keluarga
Berkualitas sejak tahun 2016 yang kala itu kepanjangannya adalah Kampung Keluarga
Berencana. Keterlibatan lintas kementrian dan lembaga serta didukung oleh pihak
swasta melalui berbagai program telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersana
yakni membentuk keluarga Sejahtera dan berkualitas.
Berdasarkan data yang tercatat pada website Kampung KB, saat ini sudah
terbentuk sebanyak 16.896 Kampung KB di seluruh Indonesia. Artinya ini merupakan
sebuah potensi yang sangat besar untuk pemberdayaan berbasis Masyarakat dan
keluarga dalam upaya penurunan stunting. Berdasarkan pertimbangan yang telah
diuraikan di atas maka dirancanglah sebuah program kampanye kegiatan yang disebut
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Kampung KB.
Berdasarakan latar belakang yag telah diuraikan, maka penanganan stunting
penting untuk diselesaikan, karena dapat mengganggu potensi sumber daya manusia di
masa depan dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.
Masalah stunting memiliki tantangan jangka panjang yang memerlukan keterlibatan
dari berbagai pihak dan upaya lintas sektor. Hal ini melibatkan masyarakat, sektor
swasta, dan organisasi non-pemerintah juga penting untuk mendukung upaya
pencegahan stunting secara efektif. Upaya komunikasi publik mengenai kampanye
terkait program DASHAT kepada masyarakat dan sektor-sektor terkait, akan menjadi
salah satu cara agar angka stunting di Indonesia dapat mencapai target di tahun 2024
mendatang.

II. TUJUAN KEGIATAN


Dalam tahap penyusunan tujuan, penulis menyesuaikan dengan tujuan awal
kampanye yang dicetuskan oleh pemerintah yaitu kampanye guna menekan angka
prevalensi stunting di Indonesia. Setelah melalui tahap analisis masalah, tahap
selanjutnya adalah penyusunan tujuan, seperti yang terdapat dalam Venus (2007:147)
tujuan harus disusun dan dituangkan dalam bentuk tertulis, dan bersifat realistis,
penyusunan tujuan yang relalistis ini merupakan hal yang wajib dilakukan dalam
sebuah proses perencanaan kampanye agar kampanye yang akan dilaksanakan
mempunyai arah yang terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan kegiatan
kampanye program DASHAT ini mencakup beberapa hal berikut, yaitu :
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang stunting dan pentingnya gizi yang baik bagi perkembangan
anak melalui program DASHAT.
b) Memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman mereka terhadap stunting dan pentingnya gizi yang baik
bagi perkembangan anak melalui program DASHAT..
c) Membangun dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap bahaya stunting dan
pentingnya gizi yang baik bagi perkembangan anak.
d) Mengubah sikap, pandangan, atau perilaku masyarakat terkait bahaya stunting dan
pentingnya gizi yang baik bagi perkembangan anak.
e) Mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program penurunan stunting melalui
program DASHAT.
f) Mendorong perubahan kebijakan atau tindakan tertentu melalui penggunaan
kampanye komunikasi untuk mendukung program penurunan stunting melalui
program DASHAT.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan ini, diharapkan dapat terjadi


perubahan positif dalam perilaku masyarakat dan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sehingga dapat menurunkan angka stunting
sesuai dengan target nasional.

III. DASAR HUKUM


a) Peraturan Presiden No. 72/2021 mengenai percepatan penurunan stunting pasal 6
mendukung pilar IV terkait ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu,
keluarga dan masyarakat.
b) Kebijakan Kampung Keluarga Berkualitas
c) Kebijakan UPPKA merujuk Perban BKKBN No. 17/2020 tentang pengelolaan
kelompok UPPKA yang manan strategi pelaksanaan pemberdayaan melibatkan
pemerintah, swasta/NGO, dan akademis/perguruan tinggi dengan kegiatan utama
menggalang sumber permodalan, menciptakan produk yang memiliki peluang
pasar dan membentuk jaringan pemasaran.
d) Kebijakan desa merujuk pada kebijakan dan aturan setempat didukung Permendesa
No. 13/2020 terkait prioritas penggunaan Dana Desa.

IV. STRATEGI AKSI / REKOMENDASI KEBIJAKAN


a) Menyediakan sumber pangan sehat dan padat gizi untuk Masyarakat, khususnya
keluarga resiko stunting, yakni keluarga yang memiiki anak bayi dan balita, ibu
hamil, ibu menyusui dan calon pasangan usia subur atau calon pengantin.
b) Mengolah dan mendistribusikan makanan tambahan bernutrisi seimbang kepada
keluarga risiko stunting.
c) Memberdayakan ekonomi Masyarakat melalui pengelolaan pangan sehat bergizi
berbasis sumber daya lokal.
d) Memberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) gizi dan pelatihan kepada
keluarga risiko stunting dan penyiapan generasi emas.
e) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok usaha keluarga atau
masyarakat untuk memproduksi pangan sehat dan padat gizi sesuai dengan
kearifan lokal.
f) Mendorong munculnya kelompok usaha keluarga dan Masyarakat yang
berkelanjutan di tingkat lokal, dengan tetap memprioritaskan tujuan mendukung
pencegahan stunting dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
g) Dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam hal ini, BKKBN dengan melakukan
koordinasi dengan BKKBN di perwakilan provinsi dan pemerintah desa/kelurahan
serta sektor-sektor terkait yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan penanganan
stunting yang ada di tingkat desa dan sekitarnya dibantu oleh kader penggerak dan
motivator yang terdiri dari PKK, PPKBD/Sub-PPKBD, tenaga kesehatan,
mahasiswa, pokja Kampung KB. Pemerintah pusat provinsi dan kabupaten
berperan sebagai regulator dan fasilitator serta melakukan edukasi, pendampingan
dan pengembangan teknis melalui dinas terkait dan para petugas di tingkat desa.
h) Lokasi pelaksanaan kampanye gerakan DASHAT di desa/kelurahan, RW/dusun
atau RT terutama yang menjadi lokasi Kampung KB dengan kriteria prioritas yaitu:
terdapat kasus baduta/balita stunting, keluarga resiko stunting, dan tingkat
kesejahteraan masyarakat rendah.

V. TARGET SASARAN
Kasus stunting memang menjadi permasalahan pada anak, namun usaha
pencegahannya harus dilakukan pada beberapa tahapan kehidupan dimana status gizi
dan kesehatan pada periode ini akan mempengaruhi status kesehatan tahapan kehidupan
selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai salah satu strateginya BKKBN mengembangkan
“Konsep Pendampingan Berkelanjutan” kepada pendampingan kelompok sasaran
prioritas yang memiliki peran kunci dalam pencegahan stunting. Sasaran ini kemudian
dikategorikan sebagai Keluarga Risiko Stunting. Intervensi terhadap Keluarga Risiko
Stunting melalui kegiatan DAHSAT ini difokuskan pada kelompok sasaran prioritas
utama, yaitu: Baduta/Balita, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. Target sasaran lainnya yaitu
keluarga dan masyarakat pada umumnya, terutama remaja dan calon pengantin menjadi
kelompok sasaran prioritas selanjutnya. Pemetaan resiko stunting dilakukan mlalui
Pendataan Keluarga (PK) dan pemutakhiran pendataan setiap tahunnya. Berikut
penjelasan mengenai identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye gerakan DASHAT:
1. Identifikasi sasaran
a) Sasaran primer
Baduta dan balita : dengan melakukan survei kesehatan mengumpulkan data
tentang status gizi anak-anak di desa. Ini dapat mencakup pengukuran tinggi
badan, berat badan, dan usia anak. Baduta dan balita yang masuk ke dalam
prioritas sasaran adalah sebagai berikut :
• Anak yang beresiko tinggi stunting yaitu dengan status gizi buruk atau
kekurangan asupan gizi.
• Anak dengan pertumbuhan yang rendah pada awal kehidupan atau bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Ibu hamil dan menyusui : dengan melakukan survei kesehatan mengumpulkan
data tentang pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil dan menyusui
dengan melibatkan kerjasama dengan petugas kesehatan setempat. Ibu hamil
dan menyusui yang masuk ke dalam sasaran prioritas adalah :
• Ibu dengan resiko tinggi stunting dilihat dari screening kesehatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
• Ibu menyusui yang memiliki kendala dengan proses menyusui pada bayi
dan baduta (misalnya, ASI tidak lancar atau kurang)
b) Sasaran Sekunder
• Wanita usia subur
• Remaja
• Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
• Pemuka masyarakat, pemuka agama
• Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan lain-lain)
c) Sasaran Tersier
• Pengambil kebijakan/ keputusan di kabupaten/ kota, kota, dan desa/
kelurahan
• Organisasi Perangkat Daerah
• Dunia usaha
• Media massa
2. Segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran dalam konteks stunting sangat penting karena membantu
fokus pada kelompok populasi yang paling beresiko dan membutuhkan perhatian
khusus. Dalam proses ini dilakukan pembagian kelompok masyarakat menjadi
kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan karakteristik tertentu agar lebih
efektif menargetkan pesan dan strategi komunikasi agar dapat tepat menyasar
kelompok sasaran. Segmentasi ini dapat diketahui dari hasil survei Pendataan
Keluarga (PK) yang dilakukan oleh BKKBN. Karakteristik tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :

a) Demografi sosial : Berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan


keluarga,
d) Geografis : Berdasarkan kampung kb di desa/perkotaan,
perbatasan, daerah terpencil
e) Perilaku : Berdasarkan pola makan dan gizi, pengasuhan
dan perawatan anak.
f) Psikografis : Berdasarkan nilai keluarga terkait gizi,
pengetahuan orangtua, sikap terhadap pola
makan sehat.
VI. TEMA
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) merupakan program inovasi gizi dalam
upaya penurunan stunting di Kampung Keluarga Berkualitas.

VII. USULAN TINDAKAN DAN RANCANGAN PROGRAM KOMUNIKASI


PUBLIK
Menurut pendapat Venus (2007: 72), Isi pesan kampanye juga harus
menyertakan visualisasi mengenai dampak positif atas respons tertentu yang
diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Makin nyata visualisasi konsekuensi pesan
makin mudah khalayak mengevaluasi pesan tersebut dan makin cepat mereka
menentukan sikap untuk menerima atau menolak isi pesan. Pelaku kampanye dapat
menentukan penggambaran seperti apa yang akan mendukung kesuksesan kampanye
agar diterima oleh khalayaknya. Isi pesan yang berisi mengenai bahaya stunting untuk
masa depan anak, informasi seputar gizi pada ibu hamil, menyusui dan anak dan serta
hal apa yang harus dilakukan jika masuk ke dalam keluarga beresiko stunting. Materi
konten dalam program ini dikemas secara berbeda dalam setiap kampanye disesuaikan
dengan tempat dan kondisi di lapangan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil dalam komunikasi publik mengenai stunting:
Dalam kampanye program DASHAT untuk percepatan penurunan stunting,
program komunikasi publik memegang peranan penting dalam menyebarkan informasi.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan mengubah perilaku masyarakat
terkait masalah stunting. Kampanye DASHAT yang dilaksankanan berfokus pada
penyuluhan gizi yang benar dan mudah dipahami oleh sasaran. Materi informasi yang
disampaikan mengenai pentingnya makanan bergizi, ASI, dan pemantauan
pertumbuhan anak secara berkala melalui fasilitas kesehatan. Sosialisasi dilakukan
melalui berbagai saluran media terpadu dan melibatkan berbagai mitra terkait.
Rancangan program komunikasi publik program DASHAT dalam rangka percepatan
penurunan stunting adalah sebagai berikut:

1. Advokasi kebijakan
Merupakan serangkaian pendekatan individual atau kelompok yang terencana
dan terarah untuk mempengaruhi keputusan para pemangku kepentingan dalam
pengambilan kebijakan, pengalokasian sumber daya (termasuk anggaran), dan
penentuan strategi perubahan perilaku. Advokasi dilakukan dengan membangun
komunikasi bersama mitra kerja terkait yang memiliki kewenangan sebagai
pemangku kebijakan yaitu pemerintah daerah, TNI, Polri, lembaga masyarakat,
tokoh masyarakat dan organisasi lainnya.
Dengan melakukan advokasi kebijakan, dapat dilakukan upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan tindakan pencegahan stunting, seperti pemberian
gizi yang baik pada anak-anak. Advokasi kebijakan yang mendukung pencegahan
stunting, dapat berfokus pada kesehatan anak-anak, yang akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Hal ini akan menciptakan SDM
berkualitas di masa depan yang berdampak pada keberhasilan pembangunan di
segala sektor kehidupan.
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki keterbatasan fisik dan
kognitif yang dapat membatasi potensi produktivitas mereka di masa dewasa. Oleh
karena itu, advokasi kebijakan dapat membantu menciptakan program-program
intervensi yang dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak-anak, serta
mencegah dampak stunting pada produktivitas masyarakat. Pencegahan stunting
secara langsung terkait dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), terutama SDG 2 (Zero Hunger) dan SDG 3 (Good Health and Well-being).
Advokasi kebijakan dapat membantu dalam mencapai target-target ini melalui
perbaikan gizi anak-anak dan pemenuhan hak kesehatan dasar.
Dengan melakukan advokasi kebijakan pada stunting, pemerintah, lembaga
non-pemerintah, dan masyarakat dapat bersama-sama berkomitmen untuk
mengurangi angka stunting dan memastikan bahwa setiap anak memiliki akses yang
adil dan setara terhadap kesehatan dan gizi yang baik.

2. Pengemasan Pesan dan pemilihan Media Kampanye Program DAHSAT


a) Media Lini Bawah (Below the Line)
Berfokus pada taktik yang lebih langsung dan spesifik untuk mencapai
target pasar. Media below the line memungkinkan pengiklan untuk menargetkan
kelompok tertentu secara langsung. Dalam konteks stunting, ini dapat
digunakan untuk mencapai keluarga dengan anak-anak usia dini dan ibu hamil.
Dengan demikian, pesan-pesan mengenai gizi yang baik dan langkah-langkah
pencegahan stunting dapat disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan
relevan untuk masyarakat setempat. Media lini bawah memungkinkan
kampanye untuk beradaptasi dengan bahasa dan budaya setempat. Pesan-pesan
yang disampaikan melalui media ini lebih mungkin diterima dan
diimplementasikan oleh masyarakat karena lebih sesuai dengan konteks lokal.
Beberapa media BTL sebagai berikut:
• Public Relations (Hubungan Masyarakat) dalam pembuatan press release
maupun konferensi pers.
• Kampanye program DAHSAT melalui kolaborasi dan koordinasi bersama
mitra kerja (penyuluhan, sosialisasi, workshop)
• Pamflet, brosur, infografis, poster, lembar balik, stiker, dsb.

b) Media Lini Atas (Above The Line)


Saluran-saluran yang dapat mencapai khalayak massal dan menciptakan
kesadaran secara luas. Media Above The Line dapat digunakan untuk
memberikan informasi dan edukasi yang lebih luas tentang pentingnya gizi yang
baik dan perawatan anak-anak. Kampanye ini dapat membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap dampak stunting dan langkah-langkah
pencegahannya. Kampanye di media massa juga dapat mendorong partisipasi
masyarakat dalam upaya pencegahan stunting. Misalnya, melalui penggalangan
dana, penyuluhan di masyarakat, atau kampanye sosial yang melibatkan
partisipasi aktif dari individu dan keluarga. Beberapa media ATL sebagai
berikut:
• PSA/ILM Televisi dan Radio dengan mendesain produksi IlM sesuai
dengan kearifan lokal dan disesuaikan dengan budaya di masing-masing
daerah sehingga pesan tersampaikan kepada sasaran target dengan baik.
• Talkshow Televisi dan Radio, memerlukan keterlibatan lintas sektoral guna
berbagi pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan stunting
terutama terkait gizi pada anak-anak dan kesehatan bagi ibu hamil dan
menyusui.
• Liputan khusus Televisi dan Radio, akan meliput kegiatan yang berkaitan
dengan edukasi mengenai stunting khususnya pemberian gizi pada anak-
anak dan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui.
• Iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak
• Media luar ruang (papan reklame, baliho, billboard, dll)

c) Media Through The Line


Media through the line (TTL) sangat penting dalam kampanye stunting karena
dapat mencakup berbagai saluran komunikasi untuk mencapai target audiens
dengan efektif. Merupakan gabungan antara strategi ATL dan BTL maka dapat
dikatakan baik tujuan ataupun target audiens dari strategi ini merupakan
kombinasi dari strategi ATL maupun BTL. Kampanye stunting bertujuan untuk
mengurangi tingkat kekerdilan dan malnutrisi pada anak-anak, dan media TTL
dapat memainkan peran kunci dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut.
• Promosi media berbasis digital (web banner, media sosial, porta berita
online, dsb) termasuk PSA/ILM yang tayang melalui platform digital.

Dalam Pemilihan media yang lebih efektif digunakan untuk kampanye ini adalah
media TTL. Namun, ada beberapa daerah yang mengalami keterbatasan dalam
mengakses informasi melalui platform digital, oleh karenanya tetap dibutuhkan
mengemas informadi melalui media ATL dan BTL. Pemilihan media ini tentu saja
harus dikondisikan sesuai dengan masing-masing sasaran sesuai dengan identifikasi
dan segmentasi yamng telah dilakukan sebelumnya agar pesan dapat tersampaikan
dengan efektif.

3. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi komunikasi pada program DASHAT ini adalah
langkah-langkah penting untuk memastikan efektivitas kampanye dan program
yang bertujuan untuk mengatasi masalah stunting,

VIII. TAKTIK
1. Memberikan advokasi kepada stakeholder dan pemangku kebijakan terkait
mengenai pentingnya gizi pada upaya percepatan penurunan stunting melalui
audiensi maupun koordinasi kepada pihak-pihak terkait.
2. Memberikan edukasi kepada sasaran target program DASHAT di Kampung KB
sesuai dengan kriteria segmentasi. Pesan utama program dapat dikemas sesuai
dengan bahasa lokal setempat. Bentuk kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui
seminar, lokakarya, pameran, kampanye pendidikan, pembuatan video atau film
serta materi edukasi melalui media sosial.
3. Membuka kesempatan untuk diskusi interaktif untuk mendorong keterlibatan aktif,
umpan balik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan atau
program terkait DASHAT. Bentuk kegiatan ini dapat dilaksankaan melalui
kelompok-kelompok atau organisasi di tingkat desa.

IX. KALENDER
Waktu memainkan peran yang sangat penting dalam sebuah proposal
komunikasi publik. Kegiatan ini harus disusun dan diimplementasikan dengan baik
dalam kerangka waktu yang ditetapkan, peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan
akan meningkat. Kegiatan kampanye program DASHAT ini merupakan inovasi pada
program percepatan penurunan stunting yang berlangsung dari Agustus 2021,
diharapkan hingga tahun 2024.
X. PENDANAAN
Pendanaan menjadi faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
menjalankan dan mengembangkan suatu kegiatan atau usaha. Alternatif sumber
pendanaan yang bisa digunakan untuk melaksanakan DASHAT adalah :
• Dana pribadi atau kelompok
Dapat berupa sumbangan dana , bahan pangan atau sarana dan prasarana selama
pelaksanaan kegiatan serta sisa hasil usaha berbasis Masyarakat yang sudah
berjalan
• Dana Desa
Prioritas dana desa dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di
tingkat desa. Dana ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan kegiatan
DAHSAT.
• Dana Kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dana ini berasal dari mitra Lembaga non pemerintah dan Perusahaan swasta
yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan DASHAT. Diperlukan adanya pemetaan
dan identifikasi keberadaan serta potensi mereka di setiap tingkatan wilayah.
Mitra-mitra tersebut ruang lingkup operasionalnya dapat berskala nasional,
regional, lokal, bahkan dalam lingkup desa/kelurahan atau kecamatan. Maka
dari itu para pengelola di setiap tingkatan harus dapat mengembangkan
kemitraan ini secara aktif agar kegiatan DAHSAT dapat terlaksana secara
optimal dan langsung bermanfaat bagi Masyarakat.
• APBD
Diperlukan upaya koordinasi dan fasilitasi lintas OPD agar pendanaan dari
sumber APBD ini dapat mendukung kegiatan DAHSAT agar dapat
diterjemahkan kepada alokasi kegiatan dan anggaran tahunan yang
berkelanjutan.
• Dana Alokasi Khusus (DAK)
Merupakan dana pusat untuk program-program pusat yang bersifat tertentu dan
tidak dapat diubah penggunaannya. Dana ini disalurkan kepada pemerintah
daerah menjadi APBD. DAK yang disediakan untuk kegiatan DASHAT berupa
kegiatan fisik berupa pengadaan materi KIE dan biaya operasional.untuk
mendukung sosialisasi maupun orientasi keteranpilan. Dana ini disediakan
melalui Bantuan Operasional KB (BOKB) yang duoeruntujjab untuk berbagai
kegiatan masyarakat di Kampung KB.
• APBN
Sumber pendanaan ini melekat pada beberapa komponen di BKKBN baik di
pusat maupun provinsi. Selain itu melalui skema kemitraan, terdapat berbagai
kementrian dan Lembaga yang dapat mendukung dan relevan dengan kegiatan
DASHAT di Kampung KB, Kegiatan dimaksud dalam konteks pembinaan dan
sosialisasi program pencegahan serta percepatan penurunan stunting,
pemberdayaan ekonomi keluarga maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
• Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan ini dapat berbentuk bank maupun bukan bank seperti
koperasi simpan pinjam di tingkat desa, perusahaan Pegadaian, dan permodalan
Ventura yang memiliki alokasi dana berupa modal untuk skala usaha mikro
dengan suku bunga lebih kecil bahkan melalui hibah.

XI. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk keperluan pembinaan secara
berjenjang dan keperluan internal DASHAT. Monev dalam rangka pembinaan
dilakukan melalui berbagai forum baik secara langsung dengan pertemuan maupun
kunjungan langsung ke lapangan. Sedangkan cara tidak langsung menggunakan
mekanisme pelaporan dan metode lain yang ada feedback secara periodik. Pencatatan
laporan dilakukan secara harian mencakup buku kegiatan, buku kas, buku inventaris
barang, dan buku produksi. Untuk pelaporan dilakukan bulanan mencakup buku peserta
DASHAT, laporan kegiatan bulanan, laporan keuangan bulanan dan laporan online
Kampung KB.
Seperti yang dikatakan oleh Anne Gregory (2004:139) bahwa evaluasi adalah
suatu proses untuk memantau atau menguji serta merupakan analisis terhadap hasil
akhir dari suatu kampanye atau program. Sedangkan review adalah langkah untuk
mengidentifikasi segala perubahan strategis yang perlu dilakukan.
Beberapa langkah dalam melakukan monitoring dan evaluasi kampanye
program DASHAT adalah :
1. Menetapkan indikator kinerja yang dapat diukur, seperti peningkatan pengetahuan
masyarakat, perubahan sikap, dan tindakan nyata yang diambil oleh masyarakat.
2. Memastikan pesan yang dikemas sudah mencakup informasi yang diperlukan
untuk mengubah perilaku terkait gizi dan stunting.
3. Memantau respon dan interaksi masyarakat terhadap kampanye DASHAT.
4. Melakukanpemantauan terhadap keberhasilan aktivitas dan output kampanye. Ini
dapat mencakup pengukuran penayangan iklan, jumlah like dan share di media
sosial, atau partisipasi dalam acara-acara komunitas maupun pertemuan-pertemuan
yang diselenggarakan.
5. Menggunakan survei dan penelitian untuk mengukur dampak kampanye terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait stunting.
6. Melakukan perbandingan data awal dengan data setelah kampanye untuk
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
7. Melakukan evaluasi dampak jangka panjang untuk mengukur apakah kampanye
telah memberikan perubahan yang berkelanjutan dalam masyarakat terkait
stunting.
8. Meninjau kembali tujuan dan indikator kinerja untuk menilai keberhasilan jangka
panjang.
9. Menerima umpan balik (feedback)vdari masyarakat melalui berbagai saluran,
seperti formulir umpan balik online, pertemuan langsung, atau kelompok diskusi.
10. Memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi untuk melakukan penyesuaian dan
perbaikan pada kampanye berikutnya. Identifikasi area yang perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi publik.

XII. PENUTUP
Proposal Kampanye Publik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Gerakan
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) ini dibuat sebagai salah satu acuan bagi
pengelola program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat lini
lapangan serta pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap DASHAT.
Dengan adanya program kampanye ini diharapkan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizinya khususnya bagi keluarga resiko stunting.
DASHAT juga dirancang agar masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
penyediaan pangan sehat dan bergizi berbasis sumber daya lokal bagi keluarga beresiko
stunting sehingga dapat mengubah pandangan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
stunting. Dalam hal ini yang terpenting adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga
baik melalui penyediaan gizi yang baik untuk keluarga maupun keterlibatan dalam
kelompok usaha keluarga yang berkelanjutan. Monitoring dan evaluasi akan terus
dilaksanakan guna melihat capaian dan kemungkinan keberlanjutan program ini.
Program DASHAT ini akan terus berkembang seiring dengan kondisi yang ada. Tentu
saja hal ini akan lebih berarti jika program ini dapat berlangsung dan terus berlanjut
sebegaimana mestinya diharapkan oleh semua pihak.

Referensi
Gregory,Anne. 2004.Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations,
Jakarta: Erlangga. Edisi kedua
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis
dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Anda mungkin juga menyukai