Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
PROPOSAL KAMPANYE PUBLIK PERCEPATAN PENURUNAN
I. PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak dikarenakan
kekurangan gizi kronis. Hal ini termasuk isu serius di Indonesia saat ini dengan angka
prevalensi mencapai 21,6%. Artinya, sekitar dua dari sepuluh anak di Indonesia
mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dimana berdampak negatif
pada status kesehatan mereka secara keseluruhan. Fenomena stunting ini memicu
keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan karena bukan hanya masalah kesehatan
individu anak, tetapi juga memiiki dampak jangka panjang terhadap produktivitas dan
perkembangan sosial-ekonomi negara.
Faktor utama penyebab masih tingginya angka prevalensi stunting di
Indonesia adalah kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan primer, selain itu juga
kurangnya konsumsi gizi yang memadai terutama pada keluarga dengan kategori
ekonomi kurang mampu. Hal lain yang menjadi faktor penyebab adalah kekurangan
asupan gizi pada masa kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) mulai
dari kehamilan hingga anak usia dua tahun. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang
terjadi pada 1.000 HPK di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan
kerentanan anak terhadap penyakit, juga menghambat perkembangan kognitif yang
akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Selain
itu kurangnya edukasi pada masyarakat terkait pola makan yang seimbang dan
pentingnya ASI eksklusif serta pola asuh juga berperan penting dalam memperburuk
masalah stunting ini.
Untuk melihat capaian penurunan stunting, mulai tahun 2021 Survey Status
Gizi Indonesia (SSGI) diukur setiap tahun sekali Menurut data dari SSGI di tahun 2022
angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, artinya satu dari lima anak di
Indonesia mengalami stunting. Dampak dari tingginya angka stunting sangatlah
merugikan. Anak stunting pada akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk
mencapai masa depan yang produktif. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung
memiliki hambatan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik dan kesehatan, yang pada
akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk mencapai masa depan yang
produktif. Selain itu, stunting juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko
penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.
Gambar 1.1
V. TARGET SASARAN
Kasus stunting memang menjadi permasalahan pada anak, namun usaha
pencegahannya harus dilakukan pada beberapa tahapan kehidupan dimana status gizi
dan kesehatan pada periode ini akan mempengaruhi status kesehatan tahapan kehidupan
selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai salah satu strateginya BKKBN mengembangkan
“Konsep Pendampingan Berkelanjutan” kepada pendampingan kelompok sasaran
prioritas yang memiliki peran kunci dalam pencegahan stunting. Sasaran ini kemudian
dikategorikan sebagai Keluarga Risiko Stunting. Intervensi terhadap Keluarga Risiko
Stunting melalui kegiatan DAHSAT ini difokuskan pada kelompok sasaran prioritas
utama, yaitu: Baduta/Balita, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. Target sasaran lainnya yaitu
keluarga dan masyarakat pada umumnya, terutama remaja dan calon pengantin menjadi
kelompok sasaran prioritas selanjutnya. Pemetaan resiko stunting dilakukan mlalui
Pendataan Keluarga (PK) dan pemutakhiran pendataan setiap tahunnya. Berikut
penjelasan mengenai identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye gerakan DASHAT:
1. Identifikasi sasaran
a) Sasaran primer
Baduta dan balita : dengan melakukan survei kesehatan mengumpulkan data
tentang status gizi anak-anak di desa. Ini dapat mencakup pengukuran tinggi
badan, berat badan, dan usia anak. Baduta dan balita yang masuk ke dalam
prioritas sasaran adalah sebagai berikut :
• Anak yang beresiko tinggi stunting yaitu dengan status gizi buruk atau
kekurangan asupan gizi.
• Anak dengan pertumbuhan yang rendah pada awal kehidupan atau bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Ibu hamil dan menyusui : dengan melakukan survei kesehatan mengumpulkan
data tentang pemantauan kesehatan dan status gizi ibu hamil dan menyusui
dengan melibatkan kerjasama dengan petugas kesehatan setempat. Ibu hamil
dan menyusui yang masuk ke dalam sasaran prioritas adalah :
• Ibu dengan resiko tinggi stunting dilihat dari screening kesehatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
• Ibu menyusui yang memiliki kendala dengan proses menyusui pada bayi
dan baduta (misalnya, ASI tidak lancar atau kurang)
b) Sasaran Sekunder
• Wanita usia subur
• Remaja
• Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
• Pemuka masyarakat, pemuka agama
• Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan lain-lain)
c) Sasaran Tersier
• Pengambil kebijakan/ keputusan di kabupaten/ kota, kota, dan desa/
kelurahan
• Organisasi Perangkat Daerah
• Dunia usaha
• Media massa
2. Segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran dalam konteks stunting sangat penting karena membantu
fokus pada kelompok populasi yang paling beresiko dan membutuhkan perhatian
khusus. Dalam proses ini dilakukan pembagian kelompok masyarakat menjadi
kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan karakteristik tertentu agar lebih
efektif menargetkan pesan dan strategi komunikasi agar dapat tepat menyasar
kelompok sasaran. Segmentasi ini dapat diketahui dari hasil survei Pendataan
Keluarga (PK) yang dilakukan oleh BKKBN. Karakteristik tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Advokasi kebijakan
Merupakan serangkaian pendekatan individual atau kelompok yang terencana
dan terarah untuk mempengaruhi keputusan para pemangku kepentingan dalam
pengambilan kebijakan, pengalokasian sumber daya (termasuk anggaran), dan
penentuan strategi perubahan perilaku. Advokasi dilakukan dengan membangun
komunikasi bersama mitra kerja terkait yang memiliki kewenangan sebagai
pemangku kebijakan yaitu pemerintah daerah, TNI, Polri, lembaga masyarakat,
tokoh masyarakat dan organisasi lainnya.
Dengan melakukan advokasi kebijakan, dapat dilakukan upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan tindakan pencegahan stunting, seperti pemberian
gizi yang baik pada anak-anak. Advokasi kebijakan yang mendukung pencegahan
stunting, dapat berfokus pada kesehatan anak-anak, yang akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Hal ini akan menciptakan SDM
berkualitas di masa depan yang berdampak pada keberhasilan pembangunan di
segala sektor kehidupan.
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki keterbatasan fisik dan
kognitif yang dapat membatasi potensi produktivitas mereka di masa dewasa. Oleh
karena itu, advokasi kebijakan dapat membantu menciptakan program-program
intervensi yang dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak-anak, serta
mencegah dampak stunting pada produktivitas masyarakat. Pencegahan stunting
secara langsung terkait dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), terutama SDG 2 (Zero Hunger) dan SDG 3 (Good Health and Well-being).
Advokasi kebijakan dapat membantu dalam mencapai target-target ini melalui
perbaikan gizi anak-anak dan pemenuhan hak kesehatan dasar.
Dengan melakukan advokasi kebijakan pada stunting, pemerintah, lembaga
non-pemerintah, dan masyarakat dapat bersama-sama berkomitmen untuk
mengurangi angka stunting dan memastikan bahwa setiap anak memiliki akses yang
adil dan setara terhadap kesehatan dan gizi yang baik.
Dalam Pemilihan media yang lebih efektif digunakan untuk kampanye ini adalah
media TTL. Namun, ada beberapa daerah yang mengalami keterbatasan dalam
mengakses informasi melalui platform digital, oleh karenanya tetap dibutuhkan
mengemas informadi melalui media ATL dan BTL. Pemilihan media ini tentu saja
harus dikondisikan sesuai dengan masing-masing sasaran sesuai dengan identifikasi
dan segmentasi yamng telah dilakukan sebelumnya agar pesan dapat tersampaikan
dengan efektif.
VIII. TAKTIK
1. Memberikan advokasi kepada stakeholder dan pemangku kebijakan terkait
mengenai pentingnya gizi pada upaya percepatan penurunan stunting melalui
audiensi maupun koordinasi kepada pihak-pihak terkait.
2. Memberikan edukasi kepada sasaran target program DASHAT di Kampung KB
sesuai dengan kriteria segmentasi. Pesan utama program dapat dikemas sesuai
dengan bahasa lokal setempat. Bentuk kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui
seminar, lokakarya, pameran, kampanye pendidikan, pembuatan video atau film
serta materi edukasi melalui media sosial.
3. Membuka kesempatan untuk diskusi interaktif untuk mendorong keterlibatan aktif,
umpan balik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan atau
program terkait DASHAT. Bentuk kegiatan ini dapat dilaksankaan melalui
kelompok-kelompok atau organisasi di tingkat desa.
IX. KALENDER
Waktu memainkan peran yang sangat penting dalam sebuah proposal
komunikasi publik. Kegiatan ini harus disusun dan diimplementasikan dengan baik
dalam kerangka waktu yang ditetapkan, peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan
akan meningkat. Kegiatan kampanye program DASHAT ini merupakan inovasi pada
program percepatan penurunan stunting yang berlangsung dari Agustus 2021,
diharapkan hingga tahun 2024.
X. PENDANAAN
Pendanaan menjadi faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
menjalankan dan mengembangkan suatu kegiatan atau usaha. Alternatif sumber
pendanaan yang bisa digunakan untuk melaksanakan DASHAT adalah :
• Dana pribadi atau kelompok
Dapat berupa sumbangan dana , bahan pangan atau sarana dan prasarana selama
pelaksanaan kegiatan serta sisa hasil usaha berbasis Masyarakat yang sudah
berjalan
• Dana Desa
Prioritas dana desa dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di
tingkat desa. Dana ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan kegiatan
DAHSAT.
• Dana Kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dana ini berasal dari mitra Lembaga non pemerintah dan Perusahaan swasta
yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan DASHAT. Diperlukan adanya pemetaan
dan identifikasi keberadaan serta potensi mereka di setiap tingkatan wilayah.
Mitra-mitra tersebut ruang lingkup operasionalnya dapat berskala nasional,
regional, lokal, bahkan dalam lingkup desa/kelurahan atau kecamatan. Maka
dari itu para pengelola di setiap tingkatan harus dapat mengembangkan
kemitraan ini secara aktif agar kegiatan DAHSAT dapat terlaksana secara
optimal dan langsung bermanfaat bagi Masyarakat.
• APBD
Diperlukan upaya koordinasi dan fasilitasi lintas OPD agar pendanaan dari
sumber APBD ini dapat mendukung kegiatan DAHSAT agar dapat
diterjemahkan kepada alokasi kegiatan dan anggaran tahunan yang
berkelanjutan.
• Dana Alokasi Khusus (DAK)
Merupakan dana pusat untuk program-program pusat yang bersifat tertentu dan
tidak dapat diubah penggunaannya. Dana ini disalurkan kepada pemerintah
daerah menjadi APBD. DAK yang disediakan untuk kegiatan DASHAT berupa
kegiatan fisik berupa pengadaan materi KIE dan biaya operasional.untuk
mendukung sosialisasi maupun orientasi keteranpilan. Dana ini disediakan
melalui Bantuan Operasional KB (BOKB) yang duoeruntujjab untuk berbagai
kegiatan masyarakat di Kampung KB.
• APBN
Sumber pendanaan ini melekat pada beberapa komponen di BKKBN baik di
pusat maupun provinsi. Selain itu melalui skema kemitraan, terdapat berbagai
kementrian dan Lembaga yang dapat mendukung dan relevan dengan kegiatan
DASHAT di Kampung KB, Kegiatan dimaksud dalam konteks pembinaan dan
sosialisasi program pencegahan serta percepatan penurunan stunting,
pemberdayaan ekonomi keluarga maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
• Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan ini dapat berbentuk bank maupun bukan bank seperti
koperasi simpan pinjam di tingkat desa, perusahaan Pegadaian, dan permodalan
Ventura yang memiliki alokasi dana berupa modal untuk skala usaha mikro
dengan suku bunga lebih kecil bahkan melalui hibah.
XII. PENUTUP
Proposal Kampanye Publik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Gerakan
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) ini dibuat sebagai salah satu acuan bagi
pengelola program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat lini
lapangan serta pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap DASHAT.
Dengan adanya program kampanye ini diharapkan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizinya khususnya bagi keluarga resiko stunting.
DASHAT juga dirancang agar masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
penyediaan pangan sehat dan bergizi berbasis sumber daya lokal bagi keluarga beresiko
stunting sehingga dapat mengubah pandangan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap
stunting. Dalam hal ini yang terpenting adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga
baik melalui penyediaan gizi yang baik untuk keluarga maupun keterlibatan dalam
kelompok usaha keluarga yang berkelanjutan. Monitoring dan evaluasi akan terus
dilaksanakan guna melihat capaian dan kemungkinan keberlanjutan program ini.
Program DASHAT ini akan terus berkembang seiring dengan kondisi yang ada. Tentu
saja hal ini akan lebih berarti jika program ini dapat berlangsung dan terus berlanjut
sebegaimana mestinya diharapkan oleh semua pihak.
Referensi
Gregory,Anne. 2004.Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations,
Jakarta: Erlangga. Edisi kedua
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis
dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media