Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL KAMPANYE PUBLIK PERCEPATAN PENURUNAN

STUNTING MELALUI GERAKAN DAPUR SEHAT ATASI STUNTING

(DASHAT)

Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM


Tugas UTS Mata Kuliah Manajemen Komunikasi Pemerintahan

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
PROPOSAL KAMPANYE PUBLIK PERCEPATAN PENURUNAN

STUNTING MELALUI GERAKAN DAPUR SEHAT ATASI STUNTING

(DASHAT)

Pengantar
Guna mempersiapkan generasi emas 2045 diperlukan pengentasan stunting yang
menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun. Jika tidak segera
diselesaikan maka menjadi hambatan dalam mencapai momentum generasi emas 2045.
Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah Lima
Tahun) karena kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak berada di dalam kandungan hingga
usia dua tahun. Dalam hal ini periode 1000 hari pertama kehidupan menjadi perhatian khusus
untuk menentukan tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang di masa
depan.
Dalam upaya percepatan penurunan stunting pemerintah melaksanakan intervensi
spesifik yakni kesehatan dan intervensi sensitif yang mencakup akses ekonomi, pemanfaatan
pangan, dan penggunaan layanan kesehatan. Integrasi lintas sektor sangat diperlukan dalam
mencapai target penurunan angka prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14%. Melalui
kampanye Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang diinisiasi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional di tingkat lini lapangan dengan menggunakan pendekatan
konvergenitas dan partisipatif, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mewujudkan
percepatan penurunan stunting untuk generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkualitas.

I. Pendahuluan
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak dikarenakan
kekurangan gizi kronis. Hal ini termasuk isu serius di Indonesia saat ini dengan angka
prevalensi mencapai 21,6%. Artinya, sekitar dua dari sepuluh anak di Indonesia
mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dimana berdampak negatif
pada status kesehatan mereka secara keseluruhan. Fenomena stunting ini memicu
keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan karena bukan hanya masalah kesehatan
individu anak, tetapi juga memiiki dampak jangka panjang terhadap produktivitas dan
perkembangan sosial-ekonomi negara.
Faktor utama penyebab masih tingginya angka prevalensi stunting di
Indonesia adalah kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan primer, selain itu juga
kurangnya konsumsi gizi yang memadai terutama pada keluarga dengan kategori
ekonomi kurang mampu. Hal lain yang menjadi faktor penyebab adalah kekurangan
asupan gizi pada masa kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) mulai
dari kehamilan hingga anak usia dua tahun. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang
terjadi pada 1.000 HPK di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan
kerentanan anak terhadap penyakit, juga menghambat perkembangan kognitif yang
akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Selain
itu kurangnya edukasi pada masyarakat terkait pola makan yang seimbang dan
pentingnya ASI eksklusif serta pola asuh juga berperan penting dalam memperburuk
masalah stunting ini.
Untuk melihat capaian penurunan stunting, mulai tahun 2021 Survey Status
Gizi Indonesia (SSGI) diukur setiap tahun sekali Menurut data dari SSGI di tahun 2022
angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, artinya satu dari lima anak di
Indonesia mengalami stunting. Dampak dari tingginya angka stunting sangatlah
merugikan. Anak stunting pada akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk
mencapai masa depan yang produktif. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung
memiliki hambatan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik dan kesehatan, yang pada
akhirnya dapat menghambat potensi mereka untuk mencapai masa depan yang
produktif. Selain itu, stunting juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko
penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya lintas sektor yang
melibatkan pemerintah, masyarakat, serta sektor swasta dan lembaga non-pemerintah
lainnya. Upaya tersebut meliputi perbaikan akses terhadap makanan bergizi,
peningkatan pendidikan gizi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, serta kampanye edukasi
bagi masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik untuk perkembangan anak. Selain
itu, investasi dalam infrastruktur kesehatan dan sanitasi juga penting guna menjamin
lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak secara optimal. Untuk mendukung
semua itu, diperlukan kebijakan publik di semua tingkatan yang memungkinkan setiap
keluarga berisiko stunting memiliki akses dan fasilitas yang memadai untuk mencegah
terjadinya stunting.
BKKBN ditunjuk oleh Presiden sebagai Ketua Pelaksana program percepatan
penurunan stunting di Indonesia atas pertimbangan bahwa BKKBN memiliki sumber
daya sampai akar rumput. Tidak hanya tenaga penggerak yang terdiri dari Penyuuh
Keluarga Berencana (PKB) dan Kader KB, BKKBN juga memiliki program berbasis
desa dan berbasis kelompok Masyarakat yang berperan memfasilitasi terwujudnya
keluarga Sejahtera.
BKKBN melakukan penataan Kembali pengelolaan penurunan stunting dan
mengoptimalkan Progran Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) yang terintegrasi dengan program lain yang mencakup
intervensi fackor spesifik dan sensitif pada resiko stunting.
Konsep integrasi dan konvergensi telah dilaksanakan di Kampung Keluarga
Berkualitas sejak tahun 2016 yang kala itu kepanjangannya adalah Kampung Keluarga
Berencana. Keterlibatan lintas kementrian dan lembaga serta didukung oleh pihak
swasta melalui berbagai program telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersana
yakni membentuk keluarga Sejahtera dan berkualitas.
Berdasarkan data yang tercatat pada website Kampung KB, saat ini sudah
terbentuk sebanyak 16.896 Kampung KB di seluruh Indonesia. Artinya ini merupakan
sebuah potensi yang sangat besar untuk pemberdayaan berbasis Masyarakat dan
keluarga dalam upaya penurunan stunting. Berdasarkan pertimbangan yang telah
diuraikan di atas maka dirancanglah sebuah program kegiatan yang disebut Dapur Sehat
Atasi Stunting (DASHAT) di Kampung KB.

II. Tujuan Kegiatan


Misi DASHAT adalah memberikan makanan sehat dan bergizi seimbang
kepada kelompok sasraan prioritas untuk mendukung program percepatan penururnan
stunting. Secara umum tujuan DASHAT adalah untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakata melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal dalam rangka
mempercepat upaya penurunan stunting di tingkat desa/kelurahan. Tujuan kegiatan ini
secara khusus adalah :
• Menyediakan sumber pangan sehat dan padat gizi untuk Masyarakat, khususnya
keluarga resiko stunting, yakni keluarga yang memiiki anak bayi dan balita, ibu
hamil, ibu menyusui dan calon pasangan usia subur atau calon pengantin.
• Mengolah dan mendistribusikan makanan tambahan bernutrisi seimbang kepada
keluarga risiko stunting.
• Memberdayakan ekonomi Masyarakat melalui pengelolaan pangan sehat bergizi
berbasis sumber daya lokal.
• Memberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) gizi dan pelatihan kepada
keluarga risiko stunting dan penyiapan generasi emas.
• Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok usaha keluarga
atau masyarakat untuk memproduksi pangan sehat dan padat gizi sesuai dengan
kearifan lokal.
• Mendorong munculnya kelompok usaha keluarga dan Masyarakat yang
berkelanjutan di tingkat lokal, dengan tetap memprioritaskan tujuan mendukung
pencegahan stunting dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
III. Strategi Aksi / Rekomendasi Kebijakan
• Dilaksanakan oleh pemerintah desa/kelurahan melalui pengembangan
kelompokatau kelembagaan lokal yangs esuai dengan potensi dan kebutuhan
penanganan stunting yang ada di tingkat desa dan sekitarnya dibantu oleh kader
penggerak dan motivator yang terdiri dari PKK, PPKBD/Sub-PPKBD, tenaga
kesehatan, mahasiswa, pokja Kampung KB
Sementara pemerintah pusat provinsi dan kabupaten berperan sebagai regulator
dan fasilitator serta melakukan edukasi, pendam[ingan dan pengembangan teknis
melalui dinas terkait dan para petugas di tingkat desa.
• Lokasi pelaksanaan di desa/kelurahan, RW/dusun atau RT terutama yang menjadi
lokasi Kampung KB dengan kriteria prioritas yaitu: terdapat kasus baduta/balita
stunting, keluarga resiko stunting, dan tingkat kesejahteraan masyarakat rendah.
• Target Sasaran
Kasus stunting memang menjadi permasalahan pada anak, namun usaha
pencegahannya harus dilakukan pada beberapa tahapan kehidupan dimana status
gizi dan kesehatan pada periode ini akan mempengaruhi status kesehatan tahapan
kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, ebagai salah satu strateginya BKKBN
mengembangkan “Konsep Pendampingan Berkelanjutan” kepada pendampingan
kelompok sasaran prioritas yang memiliki peran kunci dalam pencegahan
stunting. Sasaran ini kemudian dikategorikan sebagai Keluarga Risiko Stunting.
Intervensi terhadap Keluarga Risiko Stunting melalui kegiatan DAHSAT ini
difokuskan pada kelompok sasaran orioritas utama, yaitu: Baduta/Balita, Ibu
Hamil dan Ibu Menyusui. Target sasaran lainnya yaitu keluarga dan masyarakat
pada umumnya, terutama remaja dan calon pengantin menjadi kelompok sasaran
prioritas selanjutnya.

• Tema
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) merupakan program inovasi gizi di
Kampung Keluarga Berkualitas.

• Acara dan Media


Konsep DASHAT mengedepankan upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat sebagai bagian utama kegiatan dengan pendekatan sociopreneurship
(kewirausahaan sosial). Pendekatan ini digunakan untuk memastikan DASHAT
dapat dioperasionalisasi secara mandiri dan berkelanjutan, dengan tetap
memprioritaskan tujuan utama untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi
bagi sasaran layanan. Kegiatan in sebagai bentuk nyata dalam upaya pencegahan
stunting di tingkat masyarakat. Selain itu konsep ini juga mendorong kerjasama
yang kuat antara pihak pemerintah, dalam hal ini pemerintah setempat yang
menjalankan peran utama, bersama masyarakat dan juga pihak swasta. Prinsip
yang diterapkan dalam sociopreneurship adalah kemandirian, kesetaraan,
orientasi kesejahteraan bersama dan saling memberdayakan serta sustainable
development. Konsep ini sesuai dengan DASHAT yang akan menggabungkan
tujuan untuk memastikan pemenuhan gizi dari kelompok target layanannya
dengan tujuan pemberdayaan masyarakat di skala keluarga.
DASHAT menggabungkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga
melalui Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
di lokasi Kampung KB. Bentuk sociopreneurship DASHAT sebagai berikut:
Model Alokasi Kegiatan Karakteristik Wilayah
Pelaksanaan
Sosial 75-100% anggaran Dilaksanakan di wilayah
operasional kegiatan dengan kasus stunting
untuk keperluan cukup tinggi, tingkat
pemenuhan gizi target kesejahteraan masyarakat
sasaran secara sosial rendah serta akses dan
ketersediaan pangan untuk
asupan gizi optimal rendah
Sosial+komersil 40-60% anggaran untuk Dilaksanakan di wilayah
memastikan pemenuhan dengan kasus stunting
Model Alokasi Kegiatan Karakteristik Wilayah
Pelaksanaan
asupan gizi target sasaran sedang, tingkat
resiko tinggi secara sosial, kesejahteraan masyarakat
maupun dijual kepada baik, serta akses dan
publik untuk keperluan ketersediaan pangan untuk
komersil. asupan gizi optimal cukup
baik.
komersil Sebagian besar anggaran Dilaksanakan di wilayah
60-80% ditujukan untuk dengan kasus stunting
keperluan pemenuhan gizi rendah, tingkat
target sasaran secara kesejahteraan masyarakat
komersil baik, serta akses dan
ketersediaan pangan untuk
asupan gizi optimal baik

• Media yang digunakan berupa lembar balik, leaflet/brosur, poster, booklet, video,
stiker melalu berbagai saluran. Video dapat diproduksi dan diunggah melalui
sosial media dan podcast.

IV. Taktik
PELAKSANAAN
• Mekanisme Operasional
Ada tiga hal yang menjadi komponen utama, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
keberlanjutan dengan uraian sebagai berikut :
1. Persiapan
- Dilaksanakan identifikasi dan pemetaan terhadap keluarga beresiko
stunting (ibu hamil, ibu menyusui, balita, calon pengantin); jumlah kasus
stunting; tingkat kesejahteraan masyarakat, akses ketersediaan pangan,
keberadaan dan evaluasi dari program sejenis misalny adapur umum atau
kantin sehat.
- Perumusan
Merumuskan hal-hal seperti jumlah sasaran, bagaimana
pengelolaannya,bagaimana potensi wilayahnya, sumber permodalan
potensial, manajemen resiko. Untuk perumusan pengelola DASHAT
didampingi pengelola Kampung KB.
2. Pelaksanaan
- Produksi dan pengemasan
Memastikan bahan pangan dari sumber yang sehat dan higienis;
memanfaatkan sumber hasil lahan pekarangan masyarakat sekitar;
menyediakan makanan sehat gizi seimbang 1 kali makan dan 2 kali
kudapan; mengemas makanan sehat dalam wadah yang tertutup;
memberikan informasi kepada sasaran tentang pentingnya mengonsumsi
makanan sehat gizi seimbang dan cara penyimpanannya.
- Distribusi dan pengelolaan keuangan
Menentukan proses distribusi dan pihak yang mendistribusikannya;
memastikan makanan terdistribusi dan dikonsumsi oleh target sasaran;
pengelolaan keuangan secara sederhana yang dipahami pengelola.
- Implementasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Berbentuk pertemuan rutin dengan materi KIE tentang kebutuhan gizi
sesuai siklus kehidupan, bagaimana mengolah makanan sehat dan bergizi
untuk keluarga, penerapan delapan fungsi keluarga, pengelolaan keuangan
melalui siklus hidup dan usaha ekonomi keluarga sesuai budaya dan
kearifan lokal. Kegiatan KIE minimal diselenggarakan sebulan sekali
3. Keberlanjutan
Melalui pembinaan dan pendampingan dengan berkoordinasi bersama Pokja
Kampung KB, TPPS dan pemerintah setempat. Selain itu juga melaksanakan
fasilitasi bagi pengelola DASHAT untuk saling belajar dengan sistem
horizontal learning.

KEBIJAKAN
1. Peraturan Presiden No. 72/2021 mengenai percepatan penurunan stunting pasal
6 mendukung pilar IV terkait ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu,
keluarga dan masyarakat.
2. Kebijakan Kampung Keluarga Berkualitas
3. Kebijakan UPPKA merujuk Perban BKKBN No. 17/2020 tentang pengelolaan
kelompok UPPKA yang manan strategi pelaksanaan pemberdayaan melibatkan
pemerintah, swasta/NGO, dan akademis/perguruan tinggi dengan kegiatan
utama menggalang sumber permodalan, menciptakan produk yang memiliki
peluang pasar dan membentuk jaringan pemasaran.
4. Kebijakan desa merujuk pada kebijakan dan aturan setempat didukung
Permendesa No. 13/2020 terkait prioritas penggunaan Dana Desa.

PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN


Ada lima tingkatan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan
1. Tingkat pusat yang berfokus kepada koordinasi, manajemen, sosialisasi dan
diseminasi kebijakan terkait DASHAT
2. Tingak provinsi ditekankan pada hal-hal yang terkait dengan pembentukan dan
pengembangan Kampung KB, pengembangan dan penyediaan sarana materi
KIE, pemberian dukungan terhadap kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga
dan koordinasi untuk mendapat dukungan berbagai pihak.
3. Tingkat kabupaten/kota seperti halnya di tingkat provinsi yang dilakukan secara
terpadu dikoordinir oleh OPD Dalduk KB Kabupaten/Kota yang melibatkan
mitra terkait sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada.
4. Tingkat kecamatan difokuskan pada koordinasi dan supervisi untuk memastikan
pelaksanaan DASHAT dapat berjalan dengan baik.
5. Tingkat desa/kelurahan dengan sasaran para pengelola DASHAT di Kampung
KB yang dikoordinasikan oleh kepala desa/lurah kepada PKK< bidan desa,
pokja Kampung KB, Pokja stunting, termasuk PLKB dan Kader IMP serta
Kader kelompokk kegiatan keuarga/masyarakat yang terkait lainnya termasuk
mahasiswa KKN.

PENINGKATAN KAPASITAS
Upaya peningkatan kapasitas dilaksanakan secara berjenjang dengan dukungan
lintas Sektor termasuk BKKBN, Perwakilan BKKBN, OPD KB, pemerintah setempat,
mitra swasta dan universitas. Peningkatan kapasitas ini peruntukannya untuk
pengelolaan, termasuk pembinaan, penyelenggaraan DASHAT dan keberlanjutannya
1. Pengelolaan untuk Pembina dn evaluasian berfokus pada upaya memastikan
terlaksananya kegiatan DASHAT terkait kebijakan, konvergensi program,
kemitraan, pembinaan, monitoring da
2. Penyelenggaraan DASHAT diperuntukkan kepada pelaksana dan Pembina
tingkat desa untuk pemahaman permasalahan stunting, gizi, sumber pangan
lokal, menu makanan sehat, proses produksi, pengemasan dan administrasi serta
komunikasi interpersonal
3. Keberlanjutan berfokus pada upaya memastikan pelaksaan kegiatan
berkembang dari model sosial menjadi komersil atau model gabungan.

• Kalender
Launching pada Agustus 2021, diharapkan hingga 2024.

V. Pendanaan
Pendanaan menjadi faktor yang sangat penting dan menentukan dalam
menjalankan dan mengembangkan suatu kegiatan atau usaha. Alternatif sumber
pendanaan yang bisa digunakan untuk melaksanakan DASHAT adalah :
• Dana pribadi atau kelompok
Dapat berupa sumbangan dana , bahan pangan atau sarana dan prasarana selama
pelaksanaan kegiatan serta sisa hasil usaha berbasis Masyarakat yang sudah
berjalan
• Dana Desa
Prioritas dana desa dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di
tingkat desa. Dana ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan kegiatan
DAHSAT.
• Dana Kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dana ini berasal dari mitra Lembaga non pemerintah dan Perusahaan swasta
yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan DASHAT. Diperlukan adanya pemetaan
dan identifikasi keberadaan serta potensi mereka di setiap tingkatan wilayah.
Mitra-mitra tersebut ruang lingkup operasionalnya dapat berskala nasional,
regional, lokal, bahkan dalam lingkup desa/kelurahan atau kecamatan. Maka
dari itu para pengelola di setiap tingkatan harus dapat mengembangkan
kemitraan ini secara aktif agar kegiatan DAHSAT dapat terlaksana secara
optimal dan langsung bermanfaat bagi Masyarakat.
• APBD
Diperlukan upaya koordinasi dan fasilitasi lintas OPD agar pendanaan dari
sumber APBD ini dapat mendukung kegiatan DAHSAT agar dapat
diterjemahkan kepada alokasi kegiatan dan anggaran tahunan yang
berkelanjutan.
• Dana Alokasi Khusus (DAK)
Merupakan dana pusat untuk program-program pusat yang bersifat tertentu dan
tidak dapat diubah penggunaannya. Dana ini disalurkan kepada pemerintah
daerah menjadi APBD. DAK yang disediakan untuk kegiatan DASHAT berupa
kegiatan fisik berupa pengadaan materi KIE dan biaya operasional.untuk
mendukung sosialisasi maupun orientasi keteranpilan. Dana ini disediakan
melalui Bantuan Operasional KB (BOKB) yang duoeruntujjab untuk berbagai
kegiatan masyarakat di Kampung KB.
• APBN
Sumber pendanaan ini melekat pada beberapa komponen di BKKBN baik di
pusat maupun provinsi. Selain itu melalui skema kemitraan, terdapat berbagai
kementrian dan Lembaga yang dapat mendukung dan relevan dengan kegiatan
DASHAT di Kampung KB, Kegiatan dimaksud dalam konteks pembinaan dan
sosialisasi program pencegahan serta percepatan penurunan stunting,
pemberdayaan ekonomi keluarga maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
• Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan ini dapat berbentuk bank maupun bukan bank seperti
koperasi simpan pinjam di tingkat desa, perusahaan Pegadaian, dan permodalan
Ventura yang memiliki alokasi dana berupa modal untuk skala usaha mikro
dengan suku bunga lebih kecil bahkan melalui hibah.

VI. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk keperluan pembinaan secara berjenjang
dan keperluan internal DASHAT. Monev dalam rangka pembinaan dilakukan melalui
berbagai forum baik secara langsung dengan pertemuan maupun kunjungab langsung
ke lapangan. Sedangkan cara tidak langsung menggunakan mekanisme pelaporan dan
metode lain yang ada feedback secara periodik. Substansi monev untuk pembinaan
yaitu:
Input - Keberadaan kelompol kegiatan usaha.
- Ketersediaan anggaran
- Ketersediaan akses dan bahan pangan
Proses - Jumlah kegiatan yang terlaksana
- Inovasi pemerintah desa dalam proses produksi, distribusi
dan penjualan
Output - Jumlah balita stunting terlayani
- Jumlah ibu hamil terlayani
- Jumlah ibu menyusui terlayani
- Jumlah porsi yang disediakan untuk sosial
- Jumlah porsi yang disediakan untuk komersil
- Hasil usaha Dapur Sehat
- Upaya kesinambungan
Dampak Peningkatan status gizi ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Pencatatan laporan dilakukan secara harian mencakup buku kegiatan, buku kas, buku
inventaris barang, dan buku produksi. Untuk pelaporan dilakukan bulanan mencakup
buku peserta DASHAT, laporan kegiatan bulanan, laporan keuangan bulanan dan
laporan online Kampung KB

VII. Penutup
Proposal Kampanye Publik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Gerakan
Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) ini dibuat sebagai salah satu acuan bagi
pengelola program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat lini
lapangan serta pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap DASHAT.
Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat terpenuhi gizinya
khususnya bagi keluarga resiko stunting. DASHAT juga dirancang agar masyarakat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan penyediaan pangan sehat dan bergizi
berbasis sumber daya lokal bagi keluarga beresiko stunting. Dalam hal ini yang
terpenting adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga baik melalui penyediaan gizi
yang baik untuk keluarga maupun keterlibatan dalam kelompok usaha keluarga yang
berkelanjutan. Monitoring dan evaluasi akan terus dilaksanakan guna melihat capaian
dan kemungkinan keberlanjutan program ini. Program DASHAT ini akan terus
berkembang seiring dengan kondisi yang ada. Tentu saja hal ini akan lebih berarti jika
program ini dapat berlangsung dan terus berlanjut sebegaimana mestinya diharapkan
oleh semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai