Anda di halaman 1dari 8

CEGAH STUNTING SEJAK DINI ITU PENTING

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badannya berada dibawah minus dua standar deviasi panjang atau
tinggi anak seumurnya. Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di
samping berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit,
juga menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat
kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pencegahan stunting. Indikator dan target
pencegahan stunting telah dimasukkan sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif.

Pencegahan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor
yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan
(kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan
sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi asupan
gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Penyebab
tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi pendapatan dan
kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial,
sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan 1.000 HPK
merupakan masa yang paling kritis dalam tumbuh kembang anak. Sumber dari Riskesdas
tahun 2018, di Indonesia sebanyak 48,9% ibu hamil menderita anemia dan sebagian lainnya
mengalami gangguan Kurang Energi Kronis (KEK). Akibatnya, prevalensi bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) masih tinggi, yaitu sekitar 6,2%. BBLR merupakan salah satu
penyebab utama stunting. Pemberian ASI, makanan, dan pola asuh pada periode 0-23 bulan
yang tidak tepat mengganggu tumbuh kembang anak. Selain kategori sasaran prioritas
pencegahan stunting, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, terdapat kategori
sasaran penting, yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur (WUS), dan remaja putri.
Sasaran penting ini perlu diintervensi apabila semua sasaran prioritas telah terlayani secara
optimal.

Tips Mencegah Stunting


Penyakit stunting dapat dicegah dengan menerapkan 3 Tips Pencegahan stunting, di
antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pola makan
Asupan gizi yang cukup dan seimbang, merupakan salah satu faktor penting untuk mencegah
terjadinya stunting pada anak. Sehingga makanan yang mengandung gizi seimbang perlu
diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari sejak dini.

2. Pola asuh

Pola asuh terutama dalam mengetahui dan pemenuhan terhadap gizi bayi, merupakan hal
yang penting untuk diketahui oleh orang tua. Bersiaplah untuk bisa memberikan ASI hingga
usia 6 bulan, dan membawa bayi ke posyandu untuk melakukan pemantauan tumbuh
kembangnya.

3. Sanitasi dan akses air bersih

Kurangnya akses sanitasi dan air bersih merupakan pemicu dari terpaparnya seorang anak
dari penyakit infeksi. Untuk itu, biasakan anak untuk cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan sejak dini.

Dengan menerapkan 3 tips pencegahan stunting di atas, diharapkan mampu menurunkan


angka stunting di Indonesia . Selain itu, diharapkan juga masyarakat lebih memahami dan
menerapkan sikap preventif untuk membangun generasi penerus yang bebas dari ancaman
stunting.
Grafik tersebut menggambarkan kondisi real 1367 balita stunting di Kota Semarang yang
telah diintervensi Dinas Kesehatan melalui puskesmas.

Penanganan stunting terus dilakukan  Pemerintah Kota Semarang dengan pendampingan


sampai tingkat kelurahan. November tahun lalu dibuat pilot project penanganan stunting di
Kelurahan Tanjung Mas. Saat itu diketahui ada 79 kasus stunting di pesisir Semarang
tersebut. 
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Hakam menerangkan asupan gizi kepada anak
penderita stunting di Kelurahan Tanjung Mas, diberikan tiga kali sehari, setelah gizi
diperbaiki, ada kenaikan berat badan dan perkembangan tumbuh kembang anak. "Perbaikan
gizi terus dilakukan, dan saat ini ada perbaikan," tambahnya.

Mengatasi stunting tidak bisa dilakukan DInas Kesehatan sendiri namun harus melibatkan
lintas sectoral. “ Karena itu ibu Walikota, sekaligus ketua Tim Penggerak PKK Kota
Semarang menginiasi program SI BENING atau semua ikut bergerak bersama menangani
stunting.” Tambah dr. Hakam.
Program Si Bening yang pertama kali diluncurkan di Kelurahan Salaman Mloyo, Kecamatan
Semarang Barat tersebut, digagas Forum Komunikasi Kesehatan Kecamatan (FKKK) Kota
Semarang. Merupakan sebuah program percontohan di Semarang Barat, yang ternyata
berhasil menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.  pada Mei 2022 angka stunting di
wilayahnya mencapai jumlah 55 anak. Melalui program Si Bening angka tersebut turun
sebesar 15 anak yang berhasil dientaskan dari stunting pada Juni 2022, sehingga menjadi
tinggal hanya 40 anak. Dalam satu bulan untuk memenuhi pemenuhan gizi anak-anak
stunting yang tersebar di 5 Puskesmas di Kecamatan Semarang Barat memerlukan anggaran
sekitar Rp50 juta yang bersumber dari dana swadaya. Pemberian makanan tambahan tersebut
dipusatkan di Kelurahan Salaman Mloyo.
Puskesmas di wilayah Semarang Barat juga ikut bergerak untuk memantau kondisi anak-anak
dibawah dua tahun agar angka stunting bisa ditekan. Bahkan untuk memberikan semangat,
bagi anak-anak yang sudah lulus stunting atau memiliki berat badan yang sesuai, pihaknya
memberikan sertifikat lulus stunting.

'' Kami mempunyai orang tua asuh dalam menjalankan program Si Bening ini, untuk
memberikan bantuan makanan tambahan secara mandiri 3 kali setiap harinya. Bahkan mereka
diantar-jemput dari rumah, dan disediakan sebuah taman bermain di dekat balai kelurahan,''
ujar dr.Hakam Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Sebelumnya, Ketua Forum Kota Sehat Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi
berharap, bantuan pemberian makanan tambahan dari Pemkot Semarang bisa diteruskan
stakeholder yang lain dalam rangka bersama-sama mengatasi persoalan stunting di
Semarang.
''DKK telah memberikan bantuan kepada anak-anak stunting makan 3x sehari selama 2 bulan.
Mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar, kami berharap pemberian bantuan ini bisa
diteruskan pihak lurah maupun Forkompincamsebagai orang tua asuh,'' kata Tia Hendi,
sapaan akrabnya.

Kegiatan itu akan berlangsung berkelanjutan, kalau semua pihak mampu berempati dan
menunjukkan kepeduliannya.
''Sederhananya, kalau kita melihat di lingkungan kita ada anak yang kurus dan terlihat kurang
tumbuh kembangnya ya mari dibantu agar menjadi sehat. Intinya, kita harus bergerak
bersama,'' jelas isteri Wali Kota Semarang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai