Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal.
Stunting terjadi mulai janin dalam kandungan dan baru nampak pada saat anak berusia 2
tahun. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat
perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan
dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental juga memiliki
risiko terjadinya penurunan kemampuan intektual, produktivitas dan peningkatan risiko
penyakit degeneratif.
Prevalensi data stunting di Indonesia turun dari 24,4% tahun 2021 ke 21,4% ditahun 2022
(Kemenkes). Stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting salah satunya adalah asupan gizi. Stunting dapat di
cegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI Eksklusif memberikan makanan yang
bergizi sesuai kebutuhan tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktifitas fisik
untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi dalam tubuh dan
memantau tumbuh kembang anak secara teratur.
Menurut unicef penyebab stunting pada balita salah satunya yaitu asupan makan yang tidak
seimbang. Asupan makan yang tidak seimbang termasuk dalam pemberian ASI Eksklusif
yang tidak diberikan selama anak usia 0 sampai 6 bulan. ASI adalah air susu ibu yang
dihasilkan oleh ibu dan mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan dan
perkembangan bayi, bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan seperti susu formula,
air jeruk, madu, air putih dan tanpa makanan padat seperti pisang, papaya, bubur, susu, biskuit
selama 6 bulan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan persentase
pemberian ASI eksklusif nasional terus meningkat dalam 4 tahun terakhir, 2019-2022. Data
terbaru menunjukkan, persentase pemberian ASI eksklusif di dalam negeri mencapai 72,04%
dari populasi bayi berusia 0-6 bulan pada 2022. Angka itu meningkat 0,65% dibandingkan
tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar 71,58%. Walaupun sudah memenuhi target
nasional, Harapan pemerintah kita masih harus meningkatkan persen asi eksklusif dan berharap
pencapaian ini terus meningkat. Masih ada Ibu yang tidak memberikan asi eksklusif ini
dilatarbelakangi oleh minimnya kesadaran seorang ibu atas pentingnya ASI bagi pertumbuhan
anak. Perkaranya adalah pendidikan yang kurang memadai. Rendahnya pengetahuan itu gagal
menjadi penyaring berbagai informasi yang diterima seorang ibu. Sebagai contoh, seorang ibu
bakal dengan mudah mendapatkan informasi yang menyebutkan bahwa susu formula bisa
digunakan sebagai pengganti ASI. Ketika informasi itu tak disaring dengan baik, maka tak
heran jika kini banyak ibu yang memilih memberikan susu formula untuk si buah hati.
Padahal, ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan anak. Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kemenkes, seorang anak yang mendapatkan ASI eksklusif dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal dan membangun ketahanan tubuh dari penyakit yang prima.
Pemberian ASI dengan mendekapkan anak pada tubuh juga mempererat emosional ibu dan
anak yang dapat membuat anak memiliki ketahanan pribadi dan mampu hidup mandiri di
masa depan, ASI eksklusif juga mampu menurunkan angka kematian akibat infeksi hingga 88
persen pada bayi kurang dari tiga bulan. Selain itu, ASI eksklusif juga berkontribusi
menurunkan risiko obesitas dan penyakit kronis pada anak.
Masih banyak Ibu yang tidak memberikan asi eksklusif ini juga didorong oleh implementasi
dari regulasi yang kurang memadai. Aturan mengenai pemberian ASI eksklusif telah tertuang
dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Kedua aturan
itu menyebutkan wajibnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang didukung oleh
pengadaan fasilitas laktasi di berbagai tempat. Tetapi tidak ada law enforcement-nya dan
hukumnya jadi untuk sekarang masih sedikit di kesampingkan dan tertuang juga dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif menyebutkan
bahwa kantor pemerintah dan swasta harus mendukung program ASI eksklusif dan
memberikan fasilitas ruang laktasi sehingga ibu menyusui bisa memerah ASI. Tidak ada
seorangpun yang bisa menghalangi proses pemberian asi eksklusif karna jika ada yang
menghalangi maka akan dijerat Pasal 200 UU No. 36/2009 Tentang Kesehatan mengatur
bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi pelaksanaan program ASI eksklusif
diancam dengan sanksi pidana.
Saat ini, Kemenkes sendiri tengah berupaya mendorong ibu memberikan ASI eksklusif pada
anak dengan program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Namun, lagi-lagi,
program itu terkendala regulasi yang belum dibuat hingga di tataran kabupaten/kota.
Diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Mulai
dari lintas Kementerian hingga pemerintah daerah. Edukasi bagi orang dewasa sangat penting
dilakukan. Hal ini sangat memungkinkan, karna orang dewasa merupakan bagian dari
masyarakat yang akan mengambil keputusan strategis dalam keluarga.
Edukasi yang dilakukan bertujuan untuk merubah pandangan masyarakat terhadap gizi dan
kesehatan, sehingga mampu merubah sikap masyarakat dalam pencegahan stunting. Dalam
hal ini masyarakat perlu diberdayakan dalam membelajarkan masyarakat itu sendiri. Proses
edukasi gizi, merupakan upaya kolaborasi antara TPG, kader dan masyarakat, dengan tujuan
meningkatkan kualitas edukasi gizi, yang dilakukan secara berkesinambungan. Pembelajaran
orang dewasa memberikan dampak positif, karena pembelajaran secara kolaboratif
menumbuhkan semangat dalam belajar karna ada keterlibatan peserta.
untuk menemukan permasalahan yang dihadapi dalam memberikan pembelajaran gizi kepada
masyarakat, membantu menemukan solusi dari permasalahan tersebut, merencanakan
bagaimana sebaiknya melaksanakan solusi tersebut dan mengevaluasi pelaksanakaan
pembelajaran yang di telah direncanakan secara bersama antara masyarakat,TPG dan kader.
Dalam pembelajaran gizi pada masyarakat diharapkan mampu mengkonkritkan
pembelajaran/edukasi stunting yang efektif. Kolaborasi antara masyarakat,TPG dan kader
sangat dimungkinkan. Masyarakat secara bersama-sama menemukan materi apa yang mereka
butuhkan agar mereka mengetahui tentang gizi, pengasuhan dan kebiasaan hidup sehat.
Sedangkan TPG dan kader terbantu untuk mengetahui materi apa yang harus diberikan,
bagaimana strategi penyampaian materi,sehingga kolaborasi masyarakat, TPG dan kader
terbentuk dan sangat membantu dalam proses edukasi. Ciri khas pembelajaran pada orang
dewasa adalah belajar bersama dengan sejawat, menemukan permasalahan yang dihadapi,dan
memecahkan persoalan secara bersama-sama. Pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan akan
menumbuhkan minat dalam mengetahui tentang gizi, pengasuhan,dan kebiasaan hidup sehat.
Jika minat masyarakat sudah tumbuh, maka diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan gizi,
perubahan sikap pada masyaraka dan akan berdampak pada peningkatan kesehatan
masyarakat itu sendiri dan pencapaian target program gizi.
Menurut data di Puskesmas Muara Maras masih di temukan anak yang mengalami stunting
karena pada usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Data ASI Eksklusif di
Puskesmas Muara Maras tahun 2022 sebesar 35% masih jauh dari target nasional namun di
2023 naik yaitu sebesar 66,67 % walaupun sudah memenuhi target nasional sebesar 50%. Di
Puskesmas Muara Maras sudah memiliki konselor Menyusui / Konselor Asi, Jadi kami masih
akan meningkatkan pemberian asi eksklusif di Puskesmas Muara Maras agar semua anak yang
ada diwilayah Muara Maras tidak ada lagi angka stunting dan semua mendapatkan Asi
eksklusif.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut Puskesmas Muara Maras sudah ada konseling
menyusui/konselor Asi membuat inovasi sebagai upaya mencegah dan mengatasi stunting
pada balita dan untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif yaitu “ GENERASI ALAP”
(Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak Lebih Aman dalam Pertumbuhan ). Inovasi”
GENERASI ALAP” akan bekerjasama dengan ibu – ibu kader posyandu dan ibu menyusui
atau ibu hamil yang ada untuk menjadi tenaga konselor dan pemantau tumbuh kembang bayi
dan balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Maras.
“ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak Lebih Aman dalam
Pertumbuhan ). Inisiatif pembuatan inovasi ini dilakukan sejak tahun 2023 setelah sudah
tersedianya konselor menyusui/konselor asi, yang bertujuan untuk memberikan perhatian
lebih kepada ibu hamil, ibu melahirkan, bayi, balita dan untuk mencegah dan mengatasi
stunting.
B. Masalah Kegiatan
Program penanggulangan masalah gizi terutama gizi buruk pada balita sudah lama berjalan,
namun beberapa sisi perlu ada upaya inovasi dalam mengedukasi masyarakat. Masalah gizi
pada balita salah satunya adalah stunting. Kondisi di lapangan/masyarakat menunjukkan
bahwa masih ada balita stunting yang ditemukan. Orientasi program pemerintah saat ini masih
dominan terfokus pada perawatan setelah terjadi stunting, namun belum banyak program yang
bersifat pencegahan. Sistem penanganan balita stunting yang ada baru sebatas upaya
perbaikan gizi dengan memberikan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan baik pada
anak balita maupun ibu hamil. Hal ini lebih di tekankan pada upaya memacu pertumbuhan
balita agar tidak tertinggal dari anak balita dengan status gizi baik. Saat ini, upaya mengatasi
hal tersebut masih berbasis pada kebijakan pemerintah dan belum pada taraf memberdayakan
masyarakat dalam mencegah terjadinya stunting.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting yaitu meningkatkan
pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sehingga mendorong ibu – ibu berusaha memberikan
ASI Eksklusif kepada anak usia 0 sampai dengan 6 bulan dan di lanjutkan sampai usia 2 tahun
dengan memberikan makanan tambahan dengan tepat. Terjadinya peningkatan pengetahuan
dan perubahan sikap masyarakat terhadap pentingnya menanggulangi permasalahan stunting,
diharapkan dapat menekan resiko munculnya stunting pada anak balita. Berdasarkan latar
belakang masalah dan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana mencegah stunting dengan memberikan ASI Eksklusif dengan benar dan tepat
dari anak usia 0 sampai dengan 6 bulan.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan komitmen lintas sektor dan lintas program serta masyarakat dalam peningkatan
pemberian ASI Esklusif untuk mencegah terjadinya stunting.

Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting
2. Menemukan kasus stunting, melakukan penaganan dan pencegahan stunting
3. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
4. Meningkatkan ketrampilan kader/ ibu/ keluarga sebagai konselor Menyusui/Konselor ASI
dan pemantau tumbuh kembang balita
5. Meningkatkan status gizi anak
6. Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah. Pengertian Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskemsas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Peranan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak
sistim pelayanan kesehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di
Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat, juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.
Kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun
demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
KIA, Keluarga berencana, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular, Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kesehatan gigi dan
mulut, Kesehatan Jiwa, kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana, Pencatatan Laporan dalam
rangka system Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia Lanjut dan Pembinaan Pengobatan
Tradisional.
Puskesmas diharapkan dapat betindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau
terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi
ini antara laini adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan
meliputi pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif, dengan kelompok masyarakt serta sebgaian besar diselenggarakan bersama
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas dan pelayanan medic dasar
yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan rehabilitative dengan pendekatan individu
dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang
cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Seorang anak
dianggap mengalami stunting jika tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
standar usianya (berdasarkan WHO-MGRS).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim. ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun. ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain.

2. Penyebab, gejala dan cara pencegahan stunting


Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga
periode awal kehidupan anak (1000 hari setelah lahir). Beberapa faktor yang mengakibatkan
kekurangan gizi kronis, antara lain:
 Faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil dan anak balita
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan
 Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal
(setelah melahirkan)
 Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
 Kurangnya akses makanan bergizi karena ketidakmampuan biaya
Berikut adalah beberapa gejala stunting yang bisa diidentifikasi:
 Tubuh pendek di bawah rata-rata karena pertumbuhan melambat
 Pertumbuhan gigi terlambat
 Buruknya kemampuan fokus dan mengingat pelajaran
 Pubertas yang terlambat
 Anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang di
sekitarnya (biasanya pada anak usia 8-10 tahun).

Stunting dapat memberikan dampak buruk pada anak, baik dalam bentuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan
metabolisme.Sedangkan, dampak jangka panjang stunting yang tidak segera ditangani adalah
penurunan kemampuan kognitif otak, kekebalan tubuh melemah sehingga mudah sakit, dan
memiliki risiko tinggi terkena penyakit metabolik, seperti kegemukan, penyakit jantung, dan
penyakit pembuluh darah.

Stunting pada anak dapat dicegah melalui beberapa cara penting, seperti:
1. Pola makan
Istilah 'Isi Piringku' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah,
sementara setengahnya lagi diiisi dengan sumber protein (nabati atau hewani) dengan porsi
yang lebih banyak dibandingkan karbohidrat.
2. Pola asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam
memberi makan bayi dan balita. Untuk mencegah stunting, pola asuh yang baik dapat
diterapkan mulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja, hingga
para calon ibu untuk memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil.Langkah
pencegahan lain yang bisa diambil, yaitu memeriksakan kandungan secara rutin saat hamil,
menjalani persalinan di fasilitas kesehatan, melakukan inisiasi menyusui dini (IMD), dan
mengupayakan pemberian air susu ibu (ASI), terutama pada beberapa hari setelah kelahiran
bayi saat ASI mengandung banyak kolostrum. Berikan ASI secara eksklusif hingga bayi
berusia 6 bulan, diikuti dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pantau
terus tumbuh kembang bayi pada pusat pelayanan kesehatan.
3. Sanitasi dan akses air bersih
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, akses sanitasi, dan air bersih, memiliki
peran dalam pembentukan stunting. Selain itu, kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir perlu diterapkan untuk menjaga tubuh dari berbagai faktor penyebab stunting.

3. Signifikasi inovasi
Inovasi “yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak Lebih
Aman dalam Pertumbuhan ). melibatkan kolaborasi antara petugas kesehatan yang ada di
Puskesmas Muara Maras khususnya TPG (tenaga Pelaksanan Gizi), kader posyandu dan
masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu menyusui. Inovasi ini merupakan wadah untuk
membentuk tenaga – tenaga konselor Menyusui/Konselor ASI (Air Susu IBu) dan kader –
kader untuk memantau tumbuh kembang bayi dan balita. Tenaga konselor dan kader akan
diberikan materi terlebih dahulu dengan pengenalan inovasi, pengetahuan tentang ASI dan
stunting serta praktek menyusui dan konseling dengan baik dan benar. Tenaga konselor dan
kader akan menjadi perpanjangan tangan dari pihak Puskesmas untuk menyampaikan
edukasi kepada masyarakat tentang kesehatan khususnya stunting dan ASI eksklusif. Inovasi
ini diharapkan dapat mencegah atau mengatasi masalah stunting yang ada dengan pemberian
asi eksklusif kepada bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan. Jika semua ibu memberikan ASI
Eksklusif dampaknya anak akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas sehingga
terhindar dari stunting.

4. Inovatif
Inovasi yang di buat di Puskesmas Muara Maras ini berasal dari petugas kesehatan
khususnya Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) sekaligus konselor menyusui / konselor asi.
berdiskusi dengan Kepala Puskesmas Muara Maras dan kader – kader Posyandu diwilayah
Puskesmas Muara Maras lalu menyepakati membentuk suatu inovasi dengan nama yaitu “
GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak Lebih Aman dalam
Pertumbuhan. Untuk inovasi yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air
Susu Ibu, Anak Lebih Aman dalam Pertumbuhan ). ini merupakan inovasi yang baru di
Puskesmas Muara Maras dengan melihat data ASI Eksklusif yang rendah di tahun 2022
yang lalu dan masih ditemukan stunting karena anak tidak mendapatkan ASI Eksklusif pada
saat usia 0 sampai dengan 6 bulan. Serta dibentuknya tenaga konselor ASI tetapi di
Puskesmas Muara Maras dikembangkan menjadi tenaga konselor dan kader pemantau
stunting.

5. Dukungan Lintas Sektor


Puskesmas Muara Maras menyampaikan informasi tentang stunting di pertemuan lintas sektor
agar lintas sektor ikut berperan dalam mengatasi masalah stunting. Dukungan dari pihak desa
yaitu memfasilitasi untuk berhubungan langsung dengan kades dan masyarakat.
BAB III
PELAKSANAAN INOVASI

I. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada Inovasi yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian
Air Susu Ibu, Anak Lebih Aman dalam Pertumbuhan ). adalah:
a. Kegiatan dalam gedung
1. Sosialisasi Inovasi yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu,
Anak Lebih Aman dalam Pertumbuhan ).
2. Pelatihan tenaga konselor dan kader stunting
3. Pelatihan tentang PMBA
4. Praktek menyusui
5. Praktek Konseling
6. Cetak leaflet tentang pencegahan stunting
7. Cetak leaflet tentang ASI Eksklusif
8. Konseling di Puskesmas

b. Kegiatan Luar gedung


1. Melakukan sosialisasi tentang inovasi di Posyandu
2. Melakukan edukasi secara langsung di Posyandu
3. Melakukan kunjungan rumah kepada ibu menyusui
4. Melakukan kunjungan rumah kepada balita stunting
5. Memberikan Makanan Tambahan
BAB IV
HASIL INOVASI

I. Hasil Inovasi yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak
Lebih Aman dalam Pertumbuhan ).
1. Sudah ada tenaga Konselor Menyususui / Konselor ASI Eksklusif
2. Sudah ada kader pemantau stunting
3. Cakupan stunting menurun dari 11 orang (tahun 2022) menjadi 4 orang (tahun 2023)
4. Cakupan ASI Esklusif meningkat dari 35% (tahun 2022) menjadi 66,67% (tahun 2023)

II. Dampak Inovasi yaitu “ GENERASI ALAP” (Gerakan Pemberian Air Susu Ibu, Anak
Lebih Aman dalam Pertumbuhan ).
 Bagi Puskesmas
Meningkatkan cakupan ASI eksklusif, menurunkan angka stunting, memperbanyak
tenaga konselor ASI dan kader stunting.
 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang stunting dan ASI Eksklusif, ibu – ibu merelaktasi
bayinya untuk mendapatkan ASI Eksklusif kembali dan dapat memantau secara mandiri
tumbuh kembang anaknya.
 Bagi Kader dan Konselor
Mendapatkan pelatihan untuk menambah ilmu tentang kesehatan khususnya stunting
dan ASI Eksklusif serta praktek langsung konseling di Puskesmas dan Posyandu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pemberdayaan Masyrakat merupakan suatu usaha pemberian informasi pengetahuan,
keterampilan atau kemampuan yang diberikan oleh pihak puskesmas terhadap tenaga
konselor ASI Eksklusif dan kader pemantau stunting untuk memberikan melakukan
penanganan atau pencegahan stunting. Yang pada awalnya mereka tidak
mengetahui tentang ASI Eksklusif dan stunting sangat berbahaya bagi penderita untuknya
saat ini dan masa depannya. Maka pemberdayaan masyarakat dalam pemberian ASI
Eksklusif dan penanggulangan stunting di Puskesmas Muara Maras, yang pertama tahap
penyadaran, dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan meningkatkan kapasitas diri, yang kedua tahap kecakapan keterampilan agar
tebuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran
didalam pembangunan, yang ketiga tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-
keterampila sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inivatif untuk mengantarkan pola
kemandirian. Sejalan dengan pendapat sumodiningrat maka masyarakat yang sudah
mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyarakat tetap memerlukan perlindungan,
supaya dengan kemandirian yang dimiliki dapat melakukan dan mengambil tindakan nyata
dalam pembangunan. Sehingga akan tampak sejauh mana pemberdayaan masyarakat
dalam pemberian ASI Eksklusif dan pemantauan atau penanggulangan stunting
di Puskesmas Muara Maras. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan
ASI eksklusif dan pemantauan atau penanggulangan stunting di Puskesmas Muara
Maras dianggap berhasil jika capaian ASI ekslusif tercapai melebihi target dan tidak
ditemukan balita stunting karena tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

B. SARAN
Harus dilakukan kerjasama secara terus menerus antara pihak Puskesmas dengan
masyarakat supaya dapat membentuk tenaga konselor dan kader stunting yang lebih
banyak.

Anda mungkin juga menyukai