NIM : KM.22.10.044
Kuliah : Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Stunting merupakan kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita dibawah
5 tahun akibat dari ketidakcukupan zat besi dimasa lalu. Pentingnya masalah
stunting memerlukan banyak pihak dalam upaya menurunkan kejadian stunting di
Indonesia. Peran tenaga kesehatan sebagai promotor dalam mempromosikan
kesehatan sangat penting dalam pemberian edukasi kepada masyarakat,khususnya
ibu terkait asupan gizi anak. Salah satu program yang dapat menjadi pendorong
penurunan stunting adalah pemberdayaan perempuan terutama ibu yang menjadi
peran penting dalam keluarga. Menurut saya edukasi dan pemberdayaan wanita
untuk menurunkan angka stunting sangat penting dilakukan.
2. Stunting pada anak berdampak pada gangguan metabolisme sedangkan gizi buruk
mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah. Stunting
mengakibatkan ukuran tubuh yang tidak optimal sedangkan gizi buruk
mengakibatkan pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya. Stunting diukur
dengan perbandingan tinggi badan dan usia sedangkan gizi buruk diukur dari berat
badan. Stunting pertumbuhannya melambat sedangkan gizi buruk menimbulkan
kulit yang kering dan otot mengecil, stunting menyebabkan kekurangan gizi dalam
jangka panjang sedangkan gizi buruk relatif singkat. Pencegahan stunting terutama
yang disebabkan kurangnya asupan nutrisi hampir sama dengan pencegahan gizi
buruk, namun pencegahan stunting dimulai sejak anak masih dalam kandungan.
3. Anak - anak yang terkena stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit
degeneratif, seperti kanker, diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena zat
gizi di dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan sel
tubuh tidak sempurna. Penanggulangan stunting memberikan pengaruh penting
terhadap penurunan kasus penyakit degeneratif melalui pencegahan dini sebagai
prioritas utama penurunan masalah stunting. Caranya dengan menjaga asupan gizi
sejak dini bagi ibu hamil di awal pembuahan dan selalu diberi perhatian lebih
dikandungan makanan yang dikonsumsi terutama zat besi. Setelah bayi lahir
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan diikuti dengan MPASI pada saat menginjak
usia 6 bulan,dilanjtukan dengan makanan keluarga yang seimbang.
5. Faktor sosial budaya yang ada di lingkungan saya mengenai masalah gizi dan
kesehatan yaitu,
- Faktor tidak hygenis, contohnya mayoritas masyarakat muslim menolak makan
babi, anjing, tikus dengan alas an haram dan tidak hygenis.
- Faktor makanan tersebut asing bagi masyarakat, contohnya beberapa binatang
tidak dikenal apabila masuk kedalam tubuh mengandung mitos masuknya roh
jahat ke dalam tubuh.
- Faktor mencegah musnahya binatang tertentu, contohnya orang-orang
dikampung saya menolak makan kuda karena kuda adalah hewan yang
ditunggangi ketika bekerja.
- Faktor kepercayaan, contohnya beberapa orang enggan makan makanan tertentu
karena dapat menimbulkan ketidaksuburan.
- Factor memelihara atau menyimpan makanan yang paling baik, contohnya
bebeapa kelompok masyarakat melarang makan dengan tujuan untuk
memlihara.
6. Jepang menjadi negara yang dijadikan contoh yang terbaik dalam penuruan
stunting karena Jepang pernah mengalami persoalan kasus stunting yang sangat
parah. Dalam sejarah yang saya baca, Jepang berupaya keras menurunkan
stunting dalam waktu sekitar 40 tahun. Dengan program yang tepat, Jepang
berhasil menaikkan tinggi badan warganya antara 14,6 cm sampai dengan 16
cm. Walaupun memerlukan waktu yang panjang namun langkah yang diambil
Jepang sangat mengesankan dalam mengelolah gizi dan perawatan bayi yang
tepat. Untuk mengurangi problema stunting, Jepang menekankan pada
pembangunan sanitasi dan perbaikan nutrisi.
7. Upaya yang dapat ditiru dari negara Peru dalam penuruan angka stunting yaitu
memberikan makanan bagi anak-anak usia sekolah sebagai upaya penjaminan
nutrisi melalui kerjasama antar beberapa pihak. Kemudian pemberian gizi yang
cukup, keamanan pangan, air bersih, dan kebersihan lingkungan harus dijaga.
Yang penting juga itu pencegahan pernikahan dini. Kemudian pemberian
edukasi bagi keluarga yang berencana mempunyai anak. Pemerintah Peru juga
menyadari gizi anak harus terus dijamin, terutama bagi anak-anak yang hidup
dibawah garis kemiskinan.
10. Sesuai dengan arahan Presiden dalam rangka menekan target angka prevelensi
stunting di tahun 2024 yakni dibawah 14% harus tercapai. Maka saya yakin ini
bisa tercapai. Program ini dapat tercapai apabila seluruh pihak mulai dari tingkat
atas sampai bawah memfokuskan penuranan stunting sesuai target pemerintah.
Banyak program-program pemerintah yang sebaiknya harus dijalankan secara
terpadu. Pendampingan calon pengantin sebelum menikah sebaiknya harus
difokuskan karena sangat penting untuk mensosialisasikan apa yang sebaiknya
dilakukan. Program pemerintah yang harus didorong menurut saya yaitu
intervensi terhadap gizi anak. Kemudian kondisi rumah, ketersediaan air dan
sanitasi yang baik harus ditekankan lagi oleh pemerintah. Sosialisasi yang sangat
penting juga pada ibu di masa kehamilan hingga bayi lahir dalam
memperhatikan gizi yang sehat untuk bayi. Pada periode setelah lahir
pemantauan pertumbuhan anak sangat penting dilakukan secara rutin setiap
bulan. Apabila hal ini difokuskan secara bersama masyarakat dan pemerintah,
saya rasa penurunan angka stunting pada tahun 2024 dapat tercapai.
Nama : Sudirman B
NIM : KM.22.10.044
Kuliah : Gizi Kesehatan Masyarakat
1. Suatu Kabupaten melaporkan Prevelensi Stunting sebesar 7,1% pada tahun 2022
berdasarkan E-PPGBM, sedangkan hasil SSGI 2021 adalah 34%.Ini
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan mengenai pengukran data anatara E-
PPGBM dengan hasil SSGI. Prevelensi stunting pada kabupaten tersebut jika
dibandingkan dengan hasil SSGI sangat jauh berbeda, ini dikarenakan berbagai
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Untuk mengetahui mengapa hal
tersebut berbeda tentunya yang harus kita tahu terlebih dahulu apa yang
membedakan antara hasil E-PPGBM dengan hasil SSGI. Aplikasi e-PPGBM
dibuat tentunya untuk mempermudah para kader didalam memberikan laporan
hasil pengukuran yang dilakukan di posyandu sekaligus juga untuk
mempermudah petugas gizi yang ada di puskesmas serta para pemangku
kebijakan mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional untuk melakukan
pemantauan status gizi anak balita. Sedangkan SSGI berlandaskan pada hasil
survei secara nasional yang dimulai pada 2019 dan 2021. Melihat data tersebut
tentunya menjadi persoalan dalam menentukan langkah kabupaten tersebut
dalam menangani kasus stunting yang mana menjadi patokannya. Tapi
mengingat program pemerintah dalam percepatan penurunan stunting ditahun
2024 di bawah 14%, yang terpenting saat ini adalah pemerintah daerah terus
melakukan evaluasi terhadap program penanggulangan stunting yang telah
dilakukan. Hal ini penting untuk diperhatikan agar dapat memberikan penilaian
terhadap pengaruh dan efektivitas dari program yang telah dilakukan selama ini
menjadi semakin baik. Jangan hanya untuk melihat penurunan prevalensi
stunting yang drastis setiap tahunnya menjadikan hasil pengukuran dengan
metode yang berbeda langsung dianggap sebagai momok, dimana pada
umumnya data e-PPGBM memberikan hasil prevalensi yang rendah sehingga
ada keinginan untuk membantah data yang bersumber dari metode dan kegunaan
yang berbeda tersebut.
2. Data stunting hasil e-PPGBM kota Palopo di tahun 2022, kasus stunting sebesar
344 kasus. Perbandingan kasus stunting di Kota Palopo pada tahun 2020-2022
berdasarkan data e-PPGBM bulan Agustus pada tahun berjalan terlihat bahwa
kasus stunting dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan jumlah kasus
maupun prevalensi dari tahun 2020 sebanyak 531 kasus atau 8,33 % menjadi
421 kasus atau 4,20 %, dan pada tahun 2022 menjadi 344 kasus atau menjadi
3,24 %. Hal ini disebabkan adanya kerjasama dan koordinasi oleh pemerintah
maupun seluruh perangkat daerah terkait dalam melakukan konvergensi
stunting. Kegiatan konvergensi tersebut dilakukan dalam 8 Aksi Konvergensi
Stunting dalam rangka percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Kota
Palopo. Perbandingan kasus stunting di Kota Palopo pada tahun 2020-2022
berdasarkan data e-PPGBM bulan Agustus pada tahun berjalan menunjukkan
bahwa dari data per kecamatan menunjukkan bahwa kecamatan yang paling
tinggi penurunan prevalensi stunting berada di 3 (tiga) kecamatan yaitu
Kecamatan Wara Selatan yang prevalensi stuntingnya dari 19,1% pada tahun
2020 menjadi 3,7% pada tahun 2022, dan Kecamatan Wara Barat yaitu dari 18,7
% pada tahun 2020 menjadi 7,9% pada tahun 2022, serta Kecamatan Wara yaitu
dari 5,7% pada tahun 2020 menjadi 2% pada tahun 2022. Dari tersebut juga
menunjukkan bahwa kecamatan Sendana, Wara Timur, Mungkajang Wara
Utara, Bara dan kecamatan Telluwanua mengalami fluktuasi prevalensi stunting
yaitu dimana terjadi kenaikan dan penurunan jumlah balita stunting setiap tahun.
Selain itu, juga tercatat bahwa terjadi penurunan jumlah stunting di Kota Palopo
dari 531 tahun 2020 menjadi 421 pada tahun 2021, dan pada tahun 2022 menjadi
344 balita. Sedangkan untuk data prevalensi stunting menunjukkan bahwa
terjadi penurunan prevalensi stunting di Kota Palopo dari 8,33% tahun 2020
menjadi 4,2% pada tahun 2021, dan di tahun 2022 menjadi 3,24 %. Kegiatan
intervensi yang telah dilakukan untuk menurunkan angka stunting adalah dengan
melakukan Konvergensi Stunting yang sudah masuk tahun kedua yang mana
melibatkan seluruh perangkat daerah terkait mulai dari tingkat kabupaten,
kecamatan, desa/kelurahan sampai ke tingkat keluarga.
5. Menurut saya sebagai seorang tenaga kesehatan dalam hal ini sebagai staf medis
di rumah sakit saya sangat mendukung penuh program pemerintah dalam
penanganan dan pencegahan penuruan stunting khususnya di kota Palopo.
Langkah yang saya ambil tentunya tidak lepas dari tempat kerja saya. Salah satu
langkah yang saya ambil dimulai dari keluarga saya sendiri terutama pada istri
saya yang juga sebagai Kader Posyandu yang tentunya berhubungan langsung
dengan ibu hamil dan balita. Komunikasi,Informasi, dan Edukasi kesehatan
kepada pasien terutama ibu hamil tentunya perlu dukungan yang lebih dari pihak
rumah sakit dalam rangka percepatan penurunan angka stunting. Salah satu yang
juga saya dukung dalam program penanganan stunting yaitu melalui PHBS
contohnya melarang orang merokok disekitar ibu hamil dan balita dengan
menegurnya, melarang orang buang sampah sembarangan,dan melarang orang
buang air besar sembarangan. Ini merupakan salah satu bentuk upaya yang saya
lakukan dalam pencegahan stunting terutama pada anak saya sendiri.