Edukasi dan Konseling Gizi Balita dengan Berat Badan Bawah Garis
Merah (BGM)
Oleh :
dr. Puspita Widyasari
Pendamping :
dr. Rokhmah Maulidina
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Pada masyarakat umum khususnya ibu – ibu, masih menganggap bahwa anak yang
sehat adalah anak yang tidak mudah sakit, tanpa melihat bagaimana status nutrisi mereka.
Kebanyakan orangtua juga beranggapan bahwa jika mereka melihat anaknya terlihat gemuk
dan berisi maka artinya anaknya sehat. Ada juga yang beropini bahwa jika anaknya terlihat
aktif maka artinya anak tersebut sehat. Tidak ada yang salah dengan opini ini, namun opini
tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Yang benar adalah untuk melihat kesehatan seorang
anak harus dilihat jugastatus gizi mereka. Cara mengukur status gizi tidak cukup dengan
melihat, namun harus mengukur berat badan sang anak setiap bulan.
Adapun jumlah balita di Puskesmas Cukir tahun 2016 adalah 4.392 balita, yang
ditimbang 4.450 balita (101,32%), sedangkan balita yang naik BB nya sebanyak 3.599 (81,94
%) sedangkan untuk balita BGM sebanyak 23 ( 0,52% ). Sedangkan pelayananan gizi buruk
mendapatkan perawatan adalah 0.
Secara nasional prevalensi balita gizi buruk menurun sebanyak 0,5 persen yaitu dari
18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010. Namun harapannya
mencapai 0 persen artinnya balita di Indonesia tidak ada yang mengalami gizi buruk. Dengan
mengukur berat badan anak secara berkala setiap bulan, maka status nutrisi anka akan dapat
dipantau dengan baik. Sehingga jika seorang anak dinyatakan sebagai balita dengan BGM
akan segera mendapat penanganan khusus dari tim puskesmas. Kesadaran terhadap hal yang
seperti inilah yang masih kurang di dalam masyarakat saat ini.
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk membangun kesadaran masyarakat tentang gizi balita agar balita tidak jatuh
dalam keadaan kurang gizi, maka diperlukan upaya preventif. Salah satunya adalah dengan
promosi kesehatan yaitu mengkampanyekan kegiatan posyandu setiap bulan. Tujuannya
adalah berat badan balita dapat dikontrol setiap bulan sehingga diketahui apakah ada
penurunan atau kenaikan berat badan. Upaya lain yang ditempuh adalah upayan preventif
yang ditujukan khusus kepada balita yang BGM. Balita BGM ini akan dianmnesis, diperiksa,
dan diedukasi konseling secara khusus untuk mengetahui alasan mengapa balita tersebut
jatuh dalam keadaan BGM dan apa bahaya jika balita tersebut tetap BGM.
Melihat maksud dan tujuan terssebut maka dibutuhkan suatu perencanaan untuk
pelaksanaan posyandu dan lebih ditekankan kegiatan tentang gizi didalmnya. Intervensi yang
dilakukan adalah jemput bola artinya saat pelaksanaan posyandu, jika ditemukan balita BGM,
akan dilakukan edukasi konseling secara langsung untuk menangani hal tersebut.
D. PELAKSANAAN
Kegiatan edukasi dan konseling akan ditujukan kepada para ibu yang berpartisipasi
dalam program Posyandu di 2 pos di Desa Bandung pada tanggal 5 Maret 2018 jam 08.00 –
09.30 di posyandu pertama dan dilanjut di posyandu kedua jam 09.30 – 11.00. Pada posyandu
pertama didapatkan 3 orang balita dengan BGM sedangkan di posyandu kedua didapatkan 2
orang balita dengan BGM. Pada edukasi dan konseling kali ini, lebih ditekankan pada
interaksi secara personal (Face to face) ibu dan petugas. Edukasi dan konseling yang
diberikan berisi tentang alasan mengapa seorang anak dapat dikatakan BGM dan bagaimana
cara menanggulanginya agar anak tidak jatuh dalam keadaan sakit serta melakukan sesi
anamnesa kepada setiap ibu dengan balita yang BGM agar dapat mengetahui alasan lebih
lengkap mengapa anaknya mengalami BGM. Edukasi dan konseling ini diberikan setelah
seluruh anak yang mengikuti posyandu selesai ditimbang. Saat pelaksanaan edukasi dan
konseling gizi, banyak ibu – ibu yang masih belum mengetahui tentang gizi seimbang yang
harus diberikan kepada balita.
Selain edukasi dan konseling juga dilakukan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab
ini terlihat banyak ibu – ibu yang belum paham konsep tumbuh kembang. Sehingga
penjelasan tentang konsep tumbuh kembang pun diberikan. Banyak ibu yang tidak
mengetahui bahwa pertumbuhan erat kaitannya dengan perkembangan. Banyak ibu yang
mengeluhkan balita yang BGM mengalami penurunan konsentrasi dan lebih lambat dalam
memahami sesuatu.
Kesimpulan yang dapat diambil saat pelaksanaan kegiatan ini adalah ibu – ibu di
posyandu Bandung telah memiliki kesadaran yang baik untuk memeriksakan anaknya secara
berkala setiap bulan ke posyandu. Namun, ibu – ibu ini belum memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai nutrisi untuk balita agar mencegah BGM serta kaitan nutrisi dengan tumbuh
kembang anak.