1. Arti Stunting
Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI,
stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang
jika dibandingkan dengan umurnya. Sederhananya, stunting adalah kondisi ketika
anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan tubuhnya lebih
pendek dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
2. Gejala Stunting
Kita dapat mengetahui apakah tinggi anak normal atau tidak dengan memeriksakan
kondisi anak secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat seperti dokter, bidan,
posyandu, maupun puskesmas. Kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia
2 tahun.
3. Penyebab Stunting
Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Penyebab utama stunting yaitu kekurangan
nutrisi. Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi
pada masa lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain: asupan gizi yang buruk, kondisi
sosioekonomi keluarga, ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah, cara pemberian
makan yang salah (inappropriate feeding practice), berkali-kali terserang penyakit
infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah. Kondisi tidak tercukupinya
asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan bisa
dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.
Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya
menunjukkan angka di bawah minus dua Standar Deviasi (-2 SD) atau di bawah Z-
score minus dua (Z-Score -2). Penilaian status gizi dengan Standar Deviasi tersebut
biasanya menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dari WHO. Tubuh pendek
pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan akibat kondisi kurang
gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut yang kemudian
membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat sehingga mengakibatkan
dirinya tergolong stunting. Kondisi stunted bisa disebabkan oleh faktor genetik dan
keluarga, misalnya apabila kedua orangtua juga berperawakan pendek. Selain
panjang/tinggi badan, pengukuran berat badan juga penting untuk menentukan
perawakan pendek diakibatkan karena masalah gizi atau tidak. Sehingga, stunting
tidak dapat dilihat hanya berdasarkan perasaan atau kira-kira tanpa adanya
pengukuran yang pasti.
3. Dampak Stunting
Stunting sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis di
masa awal kehidupan anak. Risiko dari dampak stunting sendiri terbilang wajib
diwaspadai karena mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, kini atau
dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting berpotensi memperlambat
perkembangan otak, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan perkembangan motorik
pada bayi. Sedangkan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental,
rendahnya kemampuan belajar, dan membuat anak lebih rentan terhadap penyakit
tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain
obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi.
Presiden Jokowi mengatakan, dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan,
tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar,
keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang
gampang masuk ke tubuh anak (disampaikan pada Rakernas Banggakencana dan
Percepatan Penurunan Stunting 2023 di Auditorium BKKN pada Rabu 25 Januari
2023).
Catatan Bank Dunia (2016) menyatakan bahwa dalam jangka panjang stunting dapat
menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 2-3% dari produk domestik bruto (PDB) per
tahun, ini dampak stunting bagi negara.
4. Pengobatan Stunting
4. Pencegahan Stunting
Kasus stunting di Indonesia merupakan masalah yang tidak hanya disebabkan oleh
masalah gizi semata, namun juga mencerminkan tingkat sosioekonomi suatu negara.
Pada daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, seringkali ditemukan balita
kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan primer
rumah tangga.
Berdasarkan data WHO, suatu negara dikatakan mengalami masalah stunting bila
jumlah kasusnya berada di atas 20%. Sementara itu, berdasarkan data tahun 2014
kasus stunting di Indonesia sebanyak 37%, tahun 2018 sebanyak 30,8%. Kasus
stunting terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan di seluruh kelompok sosial
ekonomi. Tahun 2019 tercatat jumlah stunting masih 27,7%. Oleh karena itu,
pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan
nasional.
Presiden Jokowi menargetkan penurunan stunting tahun 2024 menjadi 14%.
Percepatan penurunan stunting di Indonesia, tingkat pusat melibatkan
Kementerian/Lembaga (salah satunya Kemensos). Pencegahan Stunting melalui
program nasional Kementerian Sosial dapat dilakukan melalui program perlindungan
sosial yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan sembako dengan
fokus program yaitu memastikan ketersediaan pangan yang bergizi bagi rumah
tangga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan pemberiaan bantuan biaya untuk
pemeriksaan kesehatan rutin bagi ibu hamil.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi
stunting saat ini masih berada pada angka 24,4% atau 5,33 juta balita. Prevalensi
stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, sedangkan
tahun 2022 mencapai 21,6%. Penurunan stunting bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
Presiden Jokowi meyakini target stunting 2024 sebesar 14% dapat dicapai jika
semua pihak bekerja sama dalam mempercepat penurunan angka stunting di
Indonesia. Dengan kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu bukan
angka yang sulit untuk dicapai, asal semuanya bekerja bersama-sama.