Anda di halaman 1dari 4

NOVEMBER 2019

POLICY BRIEF
UPAYA BERKELANJUTAN PENANGANAN MASALAH STUNTING
DI KECAMATAN UNGARAN TIMUR

RINGKASAN
Stun ng (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau nggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Berdasarkan data puskesmas Kalongan terdapat angka kejadian stun ng sebanyak
53 kasus, dengan rincian Kalongan: 15 kasus, Mluweh: 7 kasus, Kawengen: 19 Kasus, Susukan: 5 kasus, dan
Kalikayen: 7 kasus. Dengan rekomendasi kebijakan antara lain: Pengadaan Kelas Ibu Hamil, Pengadaan Kelas Ibu
Balita (KASI Balita), Edukasi Pola Asuh 1000 HPK, ASI Eksklusif, Pemberian MP-ASI, Pengeluaran Kebijakan untuk
Rumah Tanpa Asap Rokok Khususnya untuk Ibu Hamil dan Balita, S kerisasi Rumah Tanpa Asap Rokok, dan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan).

PENDAHULUAN
Stun ng (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau nggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau nggi badan yang lebih dari minus dua
standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stun ng termasuk masalah gizi kronik
yang disebabkan oleh banyak faktor seper kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stun ng di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kogni f yang op mal.
Data prevalensi balita stun ng yang dikumpulkan World Health Organiza on (WHO), Indonesia
termasuk ke dalam negara ke ga dengan prevalensi ter nggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stun ng di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% sehingga
menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia .
Faktor risiko dari kejadian stun ng adalah riwayat berat badan lahir rendah, kemudian faktor resiko
ngkat perekonomian keluarga yang rendah, dak tercukupinya nutrisi dan energi yang dibutuhkan anak,
ngkat kecukupan protein yang rendah, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang. Kemudian
berdasarkan data Puskesmas Kalongan terdapat angka kejadian stun ng sebanyak 53 kasus, dengan rincian
Kalongan: 15 kasus, Mluweh: 7 kasus, Kawengen : 19 Kasus, Susukan: 5 kasus, dan Kalikayen: 7 kasus.
Berdasarkan hasil observasi mengenai banyaknya angka kejadian stun ng di wilayah kerja Puskesmas
Kalongan, Ungaran Timur, disebabkan karena dak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara ru n (ANC),
dak terpenuhinya gizi ibu hamil, kemudian gagal nya pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan karena
dipengaruhi oleh banyaknya ibu yang sibuk bekerja sebagai buruh pabrik, dak terpenuhinya nutrisi pemberian
makanan tambahan pada anak.
Dampak buruk dari stun ng dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat di mbulkan adalah menurunnya kemampuan kogni f dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko nggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.datang.

PKL KOMUNITAS GELOMBANG II


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 1
IMPLIKASI DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
PENURUNAN ANGKA STUNTING

1. Peningkatan Pengetahuan Ibu dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Stun ng


a. Pengadaan Kelas Ibu Hamil
Kegiatan kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang kehamilan, perawatan kehamilan, tanda bahaya kehamilan, keluhan selama kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, serta perawatan bayi baru lahir. Sasaran kegiatan ini melipu seluruh ibu hamil,
suami, dan keluarga ibu hamil. Kegiatan ini diperlukan untuk mencegah risiko kema an ibu saat hamil,
persalinan, hingga dalam masa nifas, serta dapat mencegah terjadinya stun ng sejak dini pada bayi yang
dilahirkan.
b. Pengadaan Kelas Ibu Balita (KASI Balita)
Kegiatan kelas ibu balita bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam
mewujudkan tumbuh kembang balita yang op mal. Sasaran kegiatan ini yaitu ibu-ibu yang memiliki balita
usia <5 tahun. Kegiatan ini perlu diadakan untuk mencegah terjadinya stun ng pada balita yang dapat di
deteksi sejak usia dini dan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai stun ng.
c. Edukasi Pola Asuh 1000 Hari Pertama Kehidupan (SILA ABU)
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimulai ke ka janin masih berada dalam kandungan (270 hari) dan
berlanjur hingga anak berusia dua tahun (730 hari). Pada masa ini otak anak berkembang dengan sangat
pesat. Jika anak dak mendapatkan gizi yang cukup serta s mulasi yang baik dalam waktu yang lama, anak
berisiko mengalami stun ng atau gagal tumbuh dan berkembang. Selain membutuhkan gizi yang cukup,
pengasuhan dengan memberikan s mulasi yang baik juga diperlukan agar tumbuh kembang anak op mal.
Dalam hal ini, keluarga terutama orang tua sebagai lingkup pertama dan utama bagi anak memiliki peranan
yang sangat besar dalam pencegahan dan penurunan angka stun ng.
d. ASI Eksklusif
Program ASI Eksklusif merupakan suatu intervensi yang memberikan sosialisasi terkait pen ngnya ASI dalam
tumbuh kembang balita yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dari ibu hamil dan ibu menyusui
untuk memberikan ASI selama 6 bulan. Sasaran pada Sosialisasi ASI Eksklusif adalah ibu hamil dan ibu
menyusui. Kegiatan ini diperlukan untuk mencegah risiko stun ng pada balita.
e. Pemberian MP-ASI
Intervensi MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) merupakan intervensi yang bertujuan untuk memberikan
informasi dan memberikan demo untuk membuat makanan pendamping ASI bagi balita yang telah berumur 6
bulan atau lebih. Sasaran dari intervensi MP-ASI adalah ibu hamil dan ibu menyusui.
g. S kerisasi rumah tanpa asap rokok
Intervensi ini dilakukan untuk mencegah kejadian stun ng sejak dini. Dari hasil intervensi lebih dari 50%
responden yang merokok bersedia mengupayakan rumah tanpa asap rokok dan menjauhkan asap rokok dari
ibu hamil dan balita. Sehingga diharapkan intevensi ini dapat menekan salah satu faktor risiko terjadinya
kejadian stun ng yaitu bahaya asap rokok.
2. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
PMT sudah di atur dalam Permenkes RI nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi.
Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita dan
ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita stun ng.
Pemberian makanan tambahan disesuaikan dengan usia balita.
3. Pengeluaran Kebijakan Rumah Tanpa Asap Rokok Khususnya untuk Ibu Hamil dan Balita
Salah satu kebijakan yang dapat diambil untuk menangani masalah kejadian stun ng adalah Pengeluaran
kebijakan untuk rumah tanpa asap rokok khususnya untuk ibu hamil dan balita. Asap rokok merupakan salah
satu faktor risiko kejadian stun ng sehingga rumah tanpa asap rokok merupakan suatu program yang
diharapkan dapat menekan salah faktor kejadian stun ng. Karena dalam berbagai peneli an yang telah

PKL KOMUNITAS GELOMBANG II


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2
PERKEMBANGAN MASALAH STUNTING
DI KECAMATAN UNGARAN TIMUR

Indonesia menduduki peringkat kelima dengan stun ng terbanyak di dunia. Sekitar 8.8 juta balita
mengalami stun ng atau setara dengan 23.7 % balita Indonesia. Stun ng memang menjadi sorotan
program pemerintah dalam perbaikan gizi nasional. Stun ng sendiri merupakan salah satu dari
permasalahan kekurangan gizi utama yang sering ditemukan pada balita. Hal ini terjadi karena
kekurangan gizi kronis pada waktu lama (dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun) di awal masa
pertumbuhan akibat kemiskinan atau pun pola asuh yang dak tepat.

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui memang terjadi penurunan angka stun ng di Indonesia
pada tahun 2018 menjadi 30,80%. Namun rupanya, hal ini belum dapat dikatakan baik dikarenakan
standar angka stun ng dari WHO adalah dak lebih dari 20% atau seperlima dari jumlah total anak balita
di Indonesia. Pada Tahun 2019 di Kecamatan Ungaran Timur, berdasarkan Data Puskesmas Kalongan,
angka stun ng masih cukup nggi diderita.

Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa penderita stun ng terbanyak berada di Desa
Kawengen sebanyak 19 orang. Berbagai upaya telah digalakkan di Kecamatan Ungaran Timur untuk
mengurangi angka stun ng tersebut.

PKL KOMUNITAS GELOMBANG II


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 3
ANALISIS DAN ALTERNATIF SOLUSI DARI REKOMENDASI
KEBIJAKAN UNTUK MENANGANI PERMASALAHAN STUNTING

Kondisi di Kecamatan Ungaran Timur yang terjadi pada saat ini bila tetap berlangsung terus
menerus dan dak ada intervesi apapun maka dapat mengakibatkan kenaikan kasus stun ng. Perlu
adanya upaya intervensi berbasis konteks lokal, untuk menjamin keberhasilan akselerasi pengurangan
kasus stun ng di Kecamatan Ungaran Timur. Alterna f solusi yang direkomendasikan berupa kebijakan
untuk menangani permasalahan stun ng di Kecamatan Ungaran Timur dengan menerapkan
pencegahan stun ng pada Ibu hamil dan balita. Perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan,
pemerintah daerah, dan masyarakat untuk dapat mensukseskan beberapa hal berikut:
1. Pengadaan Kelas Ibu Hamil
Kegiatan kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perawatan kehamilan, tanda bahaya
kehamilan, keluhan selama kehamilan, persalinan, perawatan nifas, serta perawatan bayi baru
lahir.
2. Pengadaan Kelas Ibu Balita (KASI Balita)
Kegiatan kelas ibu balita bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang op mal. Kegiatan ini perlu diadakan untuk
mencegah terjadinya stun ng pada balita yang dapat di deteksi sejak usia dini dan
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai stun ng.
3. Edukasi Pola Asuh 1000 Hari Pertama Kehidupan (SILA ABU)
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimulai ke ka janin masih berada dalam kandungan (270
hari) dan berlanjur hingga anak berusia dua tahun (730 hari). Selain membutuhkan gizi yang
cukup, pengasuhan dengan memberikan s mulasi yang baik juga diperlukan agar tumbuh
kembang anak op mal.
4. ASI Eksklusif
Program ASI Eksklusif merupakan suatu intervensi yang memberikan sosialisasi terkait
pen ngnya ASI dalam tumbuh kembang balita yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dari ibu hamil dan ibu menyusui untuk memberikan ASI selama 6 bulan.
5. MP-ASI
Intervensi MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) merupakan intervensi yang bertujuan untuk
menberikan informasi dan memberikan demo untuk membuat makanan pendamping ASI bagi
balita yang telah berumur 6 bulan atau lebih. Sasaran dari intervensi MP-ASI adalah ibu hamil
dan ibu menyusui.
6. Pengeluaran Kebijakan untuk Rumah Tanpa Asap Rokok Khususnya untuk Ibu Hamil dan
Balita
Salah satu kebijakan yang dapat diambil untuk menangani masalah kejadian stun ng adalah
pengeluaran kebijakan untuk rumah tanpa asap rokok khususnya untuk ibu hamil dan balita.
7. S kerisasi Rumah Tanpa Asap Rokok
Dari hasil intervensi lebih dari 50% responden yang merokok bersedia mengupayakan rumah
tanpa asap rokok dan menjauhkan asap rokok dari ibu hamil dan balita. Sehingga diharapkan
intevensi ini dapat menekan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian stun ng yaitu bahaya
asap rokok.
8. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro
bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan balita stun ng. Pemberian makanan tambahan disesuaikan dengan usia balita.
KESIMPULAN
Kasus stun ng di Kecamatan Ungaran Timur masih cukup nggi. Beberapa hal yang menjadi penyebab masalah adalah masalah
sosial ekonomi, keadaan ibu saat hamil, budaya, dan sanitasi yang buruk. Rekomendasi kebijakan antara lain: Pengadaan Kelas Ibu
Hamil, Pengadaan Kelas Ibu Balita (KASI Balita), Edukasi Pola Asuh 1000 HPK, ASI Eksklusif, Pemberian MP-ASI, Pengeluaran
Kebijakan untuk Rumah Tanpa Asap Rokok Khususnya untuk Ibu Hamil dan Balita, S kerisasi Rumah Tanpa Asap Rokok, dan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan).

PKL KOMUNITAS GELOMBANG II


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

Anda mungkin juga menyukai