Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KUNJUNGAN

KEGIATAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)


SURABAYA-BALI TANGGAL 06 – 10 AGUSTUS 2019

Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Diampu oleh Dosen : Sofwan Indarjo., S.K.M., M.Kes.

Oleh :
Asti Widyastuti (6411417003)
Fiki Hidayati (6411417004)
Putri Ayu Asmara (6411417007)
Nurkhaqiqotul Mazidah (6411417015)
Balqisza Dima Attar Zach (6411417019)
Nasikhati Arikoh (6411417020)
Meli Wiranti (6411417028)
Madha Dwi Yulaicha (6411417029)
Alissa Ikrima Munawwaroh (6411417032)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dengan
baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) penulis susun guna memenuhi
syarat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang diampu oleh Bapak Sofwan Indarjo.,
S.K.M.,M.Kes.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah diprogramkan oleh perguruan
tinggi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan kepada
mahasiswa mengenai kehidupan di masyarakat maupun dunia kerja. Kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan pada 06-10 Agustus 2019 dengan
metode observasi dan dokumentasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dan selalu memotivasi serta memberi semangat pada penulis untuk
menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini pasti masih
sangat jauh dari yang namanya kesempurnaan, dan tidak menutup kemungkinan
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan atau tulisan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan bagi penulis.
Manfaat penyusunan proposal ini melatih pengembangan keterampilan membaca
yang efektif dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Semarang, 12 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah KKL .................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup Kerja Kuliah ................................................................... 1
1.3 Deskripsi Kegiatan KKL .......................................................................... 2
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.5 Manfaat KKL ........................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM.............................................................................. 6
2.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2 ................................................................... 6
2.1.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................. 6
2.1.2 Lokasi Perusahaan .................................................................................. 7
2.1.3 Kapasitas Daya ...................................................................................... 7
2.1.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 8
2.1.5 Visi dan Misi Perusahaan ....................................................................... 9
2.2 PUSKESMAS KUTA 1 .............................................................................. 10
2.2.1 Sejarah .................................................................................................. 10
2.2.2 Fungsi Puskesmas Kuta 1 ..................................................................... 10
2.2.3 Kedudukan dan Organisasi ................................................................... 10
2.2.4 Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas Era Desentralisasi .................... 11
2.3 DESA ADAT PENGLIPURAN BALI ...................................................... 11
2.3.1 Sejarah .................................................................................................. 11
2.3.2 Determinan Sosial Budaya dan Kesehatan ........................................... 12
2.3.3 Program kesehatan ................................................................................ 16
BAB III TELAAH KRITIS .................................................................................. 17
3.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2 ................................................................ 17
3.1.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan Kerja Kuliah .............................................. 17
3.1.2 Permasalahan Yang di Hadapi Beserta Cara Menghadapinya.............. 20
3.2 PUSKESMAS KUTA 1 ............................................................................. 20
3.2.1 Penyelenggaraan Puskesmas ................................................................ 20

iii
3.2.2 Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian, dan Laboratorium ......... 20
3.2.3 Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan .... 21
3.2.4 Pelayanan Kesehatan Luar Gedung ..................................................... 21
3.2.5 Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 21
3.2.6 Tim Manajemen Mutu ......................................................................... 22
3.2.7 Manajemen Risiko K3 ......................................................................... 22
3.2.8 Manajemen Risiko (Keselamatan Pasien) di Puskesmas ..................... 22
3.3 Desa Panglipuran ......................................................................................... 23
3.3.1 Bidang K3 ............................................................................................. 23
3.3.2 Bidang kesehatan lingkungan ............................................................... 23
3.3.3 Bidang kebijakan kesehatan.................................................................. 23
3.3.4 Bidang promosi kesehatan .................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 24
4.1 Simpulan ................................................................................................. 24
4.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah KKL

Pemberian kuliah bagi para mahasiswa tidak hanya dalam bentuk materi
dan dalam lingkup kampus, tetapi juga perlu adanya kegiatan yang mengajak para
mahasiswa terjun langsung dalam segala bidang yang sesuai dengan disiplin studi
yang tengah ditempuh.

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) diadakan pada 06 - 10 Agustus


2019 di Surabaya – Bali. Pada program studi Kesehatan Masyarakat dilaksanakan
di PT. PJB UP Paiton Unit 1&2 dan Unit 9 yang berada di Probolinggo dan
PT.Petrogas Jatim Utama yang berada di Surabaya. Kemudian di Pulau Bali
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan di Puskesmas dan Desa
Adat Panglipuran. Kuliah Kerja Lapangan(KKL) merupakan salah satu bentuk
belajar praktik yang merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang. Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi semester IV
dan beberapa dosen pendamping. KKL dilakukan bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman mengenai dunia kerja sehingga mahasiswa dapat
menyelaraskan dengan teori yang sudah didapat ditiap kunjungan yang dilakukan
, selain itu para mahasiswa selanjutnya diberikan tugas untuk melaporkan hasil
kunjungan tersebut dalam bentuk laporan.

1.2 Ruang Lingkup Kerja Kuliah

Dalam pelaksanaannya, penulis melakukan kegiatan KKL ke tiga tempat,


yaitu PT. UJB UP PAITON Unit 1&2, Puskesmas Kuta 1, serta Desa adat
Panglipuran Bali. Adapun kegiatan dilakukan pada hari Selasa sampai Sabtu, 06 -
10 Agustus 2019 pada pukul 01.00 WIB – selesai yang diikuti oleh 202
mahasiswa semester IV IKM FIK Universitas Negeri Semarang yang didampingi
oleh lima orang dosen.

1
1.3 Deskripsi Kegiatan KKL

Adapun rincian tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja

Lapangan (KKL), yaitu :

SELASA ,06 AGUSTUS 2019

Jam 01.00 WIB Persiapan pemberangkatan

Jam 02.00 WIB Pemberangkatan ke Surabaya dan Probolinggo

Jam 05.00 WIB Sholat subuh di Masjid terdekat disertai sarapan pagi di

rumah makan daerah Ngawi

Jam 10.00 WIB PLTU Paiton Unit 9 ( Program Studi Kesmas ) BUS 2

Jam 10.00 WIB PT. PETROGAS Gresik ( Program Studi Kesmas ) BUS 3

Jam 11.00 WIB POCARI SWEAT ( Program Studi Gizi ) BUS 4 dan BUS

Jam 13.00 WIB PLTU Paiton Unit 1 ( Progdi Kesmas ) BUS 1

Jam 13.30 WIB Dilanjutkan makan siang di RM Local

Jam 19.30 WIB Makan malam di RM. Grafika Watudodol

Jam 22.00 WIB Penyeberangan Ketapang – Gilimanuk via Kapal Ferry

Jam 23.30 WITA Tiba di Gilimanuk dan melanjutkan perjalanan ke Denpasar

RABU, 07 AGUSTUS 2019

Jam 04.00 WITA Transit di Hotel Pelopor , sholat, mandi dan makan pagi

Jam 06.00 WITA Sarapan Pagi di Penginapan

Jam 09.00 WITA Kunjungan ke Puskesmas

Jam 12.00 WITA Makan siang dan wisata belanja di Dewata oleh -oleh

2
Jam 13.30 WITA kunjungan di Desa Adat Panglipuran

Jam 17.30 WITA Melihat Pertunjukan Tari Kecak

Jam 19.30 WITA Makan malam di Pusat Oleh oleh Cening Bagus

Jam 21.00 WITA Check in di Hotel Ibis Style Denpasar

KAMIS, 08 AGUSTUS 2019

Jam 06.00 WITA Sarapan

Jam 09.00 WITA Pantai Kuta

Jam 11.00 WITA Tanjung Benoa ( Water Sport ) disertai makan siang

Jam 13.30 WITA Puja Mandala ( Tempat Peribadatan 5 Agama )

Jam 15.00 WITA Pantai Pandawa

Jam 17.00 WITA Pantai Kedonganan ( Jimbaran Bali ) Makan Malam

dilanjutkan Malam Keakraban

Jam 21.00 WITA Kembali ke hotel

JUMAT, 09 AGUSTUS 2019

Jam 06.00 WITA Sarapan dilanjutkan Check out

Jam 09.00 WITA Pura Luhur Tanah Lot

Jam 11.30 WITA Wisata Belanja di Jogger Luwus

Jam 13.30 WITA Makan siang di RM Tepi Beratan dilanjutkan menikmati

danau beratan Bedugul

Jam 17.00 WITA Penyeberangan Gilimanuk - Ketapang

Jam 20.00 WIB Makan malam di RM. Grafika Watudodol

Jam 21.30 WIB Melanjutkan perjalanan ke Semarang

3
SABTU, 10 AGUSTUS 2019

Jam 08.00 WIB Diharapkan sampai kembali di Universitas Negeri

Semarang

1.4 Tujuan

1.4.1 Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan kajian dan analisis


(analysis and assessment) terkait problematika kesehatan masyarakat di institusi
lokasi KKL.

1.4.2 Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pengembangan kebijakan dan


perencanaan program kesehatan (policy development and program planning).

1.5 Manfaat KKL

1.5.1 Bagi Penulis

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini mejadi salah satu media pembelajaran untuk
mengetahui kesesuaian antara teori yang telah didapatkan penulis di bangku
kuliah dengan praktek di lapangan. Terlepas dari itu semua tentunya penulis
mendapatkan pengetahuan dan pengembangan wawasan dalam melatih mental
serta komunikasi untuk berinteraksi langsung di dunia kerja.

1.5.2 Bagi PT. UJB UP PAITON Unit 1&2

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini menjadi salah satu cara bentuk kepedulian
perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibilty) dalam bidang pendidikan
yang diberikan kepada masyarakat khusunya mahasiswa. Selain dari itu dapat
dijadikan sebagai sarana dan penelitian yang sekiranya dapat dikembangkan oleh
perusahaan.

4
1.5.3 Bagi Puskesmas Kuta 1

Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau
sebagai referensi bagi mahasiswa, pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan
pembelajaran dan pengembangan puskesmas kedepan.

1.5.4 Bagi Desa Panglipuran Bali

Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau
sebagai referensi bagi pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan
pembelajaran.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2

2.1.1 Sejarah Perusahaan


Unit Pembangkitan Paiton, terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi
PLN No. 030K/023/DIR/19931, tanggal 15 maret 1992 merupakan unit kerja yang
di kelola oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan P enyaluran Jawa Bagian
Timur dan Bali (PT. PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturikasi di PT.
PLN (Persero) pada tahun 1995 mengakibatkan di bentuknya dua anak perusahaan
pada tanggal 3 oktober 1995, yaitu PT. PLN. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-
Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Kemudian pada
tahun 1997 Sektor Paiton diubah namanya menjadi PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton (PT. PLN PJB II UP
Paiton).
Berdasarkan surat keputusan Direksi No. 039K/023/Dir/1998 tentang
pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi pada PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton, maka unit pembangkitan
menjadi organisasi yang lean dan clean dan hanya mengoperasikan pembangkit
untuk menghasilkan GWh, sedangkan untuk fungsi pemeliharaan di lakukan oleh
PT. PLN PJB II Unit Bisnis Pemeliharaan.
Organisasi Unit Pembangkitan Paiton seja tanggal 3 Juni 1999 mengalami
perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB II yang fleksibel dan
dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang
selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah
dipisahkan fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan
menjadi organisasi yang lean and clean dan hanya mengoperasian pembangkit
untuk menghasilkan GWh.
Sejak tanggal 3 oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Listrik Jawa-Bali II
berubah menjadi PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali, kemudian berubah
menjadi PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB).

6
2.1.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi PLTU Paiton berlokasi di Jalan. Raya Surabaya - Situbondo km
142, desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Adapun letak posisi
PLTU Paiton kurang lebih 40 km ke arah timur dari pusat kota probolinggo.
Gambar 2.1 menunjukkan kompleks PLTU Paiton, PLTU Paiton dibangun diatas
areal tanah seluas 476 Ha, termasuk 200 Ha areal pembuangan abu (Ash Disposal
Area) dan 32 Ha digunakan sebagai perumahan karyawan.

Gambar 1 Lokasi PLTU Paiton

2.1.3 Kapasitas Daya


Generator di PLTU PT PJB Paiton terdiri dari 2 unit dengan kapasitas
daya 400 MW per unit. Sehinga total produksi unit di PT PJB adalah 800 MW.
Daya netto yang dihasilkan pada kondisi normal sebesar 760 MW dengan beban
rata-rata harian 88% atau sekitar 704 MW. Melalui dua unit pembangkitnya, PT
PJB UP Paiton dapat menghasilkan energi listrik rata-rata 4.924 GWh pertahun
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa, Bali dan Madura..
Energi listrik tersebut kemudian dikirim ke pusat-pusat beban melalui jaringan
transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 500 kV dalam sistem
interkoneksi Jawa-Bali.
Batu bara merupakan bahan bakar utama pada pembakaran di boiler
dengan nilai kalori antara 4830 s/d 5140 Kcl/Kg dan HSD (High Speed Diesel)
yang digunakan untuk proses pembakaran awal (start up) sampai pembebanan di
generator mencapai 120 MW. Konsumsi bahan bakar mengahbiskan 2.578.900
ton batu bara dan HSD sebanyak 3.330 kiloliter dalam waktu satu tahun. Selain

7
bahan bakar, dalam prosesnya juga membutuhkan boiler make up water sebanyak
438.000 ton yang bersumber dari air tanah dan cooling water condenser yang
bersumber dari air laut. Cooling water condenser menggunakan sistem sirkulasi
terbuka dengan satu laluan (one through).

2.1.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan segenap fungsi
dan pekerjaan, hubungan dan tanggung jawab disetiap komponen, sehingga
terlihat adanya pembagian pekerjaan yang jelas. Adapun struktur organisasi yang
terdapat di PT. PJB UP Paiton Jawa Timur adalah sebagai berikut :

Gambar 2 Struktur Organisasi PT PJB Unit Pembangkit Paiton

Penulis berkesempatan untuk belajar di bagian pemeliharaan kontrol dan


instrumen. Pemeliharaan kontrol dan instrument mempunyai fungsi untuk
melakukan pemeliharaan harian yang menyangkut sistem kontrol dan instrumen
di seluruh area pembangkitan guna mendukung pengoperasian yang optimal.
Pemeliharaan kontol dan instrument terdiri dari 1 Supervisor, 3 Engineer area
turbin, 3 Engineer area boiler, 3 Engineer area coal & ash handling, 3 Engineer
area water treatment dan analyzer. Posisi dari supervisor adalah membawahi 12
engineer, sedangkan mahasiswa Kerja Praktik berada dibawah engineer.

8
2.1.5 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi perusahaan merupakan salah satu hal yang membentuk inti
perusahaan. Visi dan misi merupakan landasan bagi sebuah perusahaan untuk
mencapai tujuan. Visi dari PT PJB UP Paiton, yaitu “Menjadi perusahaan
terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan standar kelas dunia”.
Misi dari PT PJB UP Paiton, yaitu:
1. Memberi solusi dan nilai tambah dalam pembangkitan terintegrasi untuk
menjaga kedaulatan nasional.
2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, bersaing, dan ramah
lingkungan.
3. Mengembangkan kopentensi dan produktivitas Human Capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan.
Selain visi dan misi seperti disebut di atas, PT PJB UP Paiton juga mempunyai
budaya perusahaan yang dikenal dengan sebutan 5S. 5S merupakan singkatan dari
nilai-nilai budaya perusahaan, yaitu:
a. Seiri (Pemilahan)
Singkirkan segala barang yang tidak diperlukan di dalam aktivitas kerja.
b. Seiton (penataan)
Letakkan barang sesuai posisi sehingga siap digunakan saat diperlukan.
c. Seiso (pembersihan)
Bersihkan peralatan dan area kerja.
d. Seiketsu (pemantapan)
Identifikasi metode dan terapkan secara konsisten.
e. Shitsuke (pembiasaan)
Pemeliharaan kedisiplinan menjadikan 5S menjadi sebuah budaya dan
terus ditingkatkan.

9
2.2 PUSKESMAS KUTA 1

2.2.1 Sejarah
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif , untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya. Puskesmas memiliki peran menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk, agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikian puskesmas berfungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga, dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan stata pertama.

UPT Puskesmas Kuta 1 berada di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung


dengan luas wilayah kerja 11.82 km2 meliputi Kelurahan Kuta, Tuban, dan
Kedonganan. Kuta merupakan daerah destinasi pariwisa nasional dan
internasional. Potensi kompleksitas masalah kesehatan masyarakat dan
kemajemukan latar belakang masyarakat menjadi tantangan untuk dihadapi.

2.2.2 Fungsi Puskesmas Kuta 1


a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

2.2.3 Kedudukan dan Organisasi


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

10
2.2.4 Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas Era Desentralisasi
a. Kepala Puskesmas
b. Wakil Kepala Puskesmas
c. Unit TU
d. Unit Fungsional

2.3 DESA ADAT PENGLIPURAN BALI

2.3.1 Sejarah
Penglipuran adalah salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi
Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali
karena masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya
tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Arsitektur bangunan dan
pengolahan lahan masih mengikuti konsep Tri Hita Karana, filosofi masyarakat
Bali mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia ,dan
lingkungannya. Mereka berhasil membangun pariwisata yang menguntungkan
seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada
tahun 1995, Desa Penglipuran juga mendapatkan penghargaan Kalpataru dari
Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi Hutan Bambu di ekosistem lokal
mereka. Secara administratif, desa adat ini termasuk dalam wilayah Keluruhan
Kubu, Kecamatan Bangli, Bangli. Total area dari desa ini mencapai 112 hektar
dengan ketinggian 500-600 meter diatas laut dan berlokasi sekitar 5 kilometer dari
kota Bangli atau 45 kilometer dari Kota Denpasar. Desa ini dikelilingi oleh desa
adat lainnya, seperti Desa Kayang di utara, Desa Kubu di timur, Desa Gunaksa di
selatan dan Desa Cekeng. Temperatur bervariasi dari sejuk sampai dingin (16-29
°C) dan curah hujan rata-rata 2000 mm pertahun. Permukaan tanah termasuk
rendah dengan ketinggian 1-15 meter.

Desa Penglipuran dipercaya mulai berpenghuni pada jaman pemerintahan


I Dewa Gede Putu Tangkeban III. Hampir seluruh warga desa ini percaya bahwa
mereka berasal dari Desa Bayung Gede. Dahulu orang Bayung Gede adalah
orang-orang yang ahli dalam kegiatan agama, adat dan pertahanan. Karena
kemampuannya, orang-orang Bayung Gede sering dipanggil ke Kerajaan Bangli.

11
Tetapi karena jaraknya yang cukup jauh, Kerajaan Bangli akhirnya memberikan
daerah sementara kepada orang Bayung Gede untuk beristirahat. Tempat
beristirahat ini sering disebut sebagai Kubu Bayung. Tempat inilah kemudian
yang dipercaya sebagai desa yang mereka tempati sekarang. Mereka juga percaya
bahwa inilah alasan yang menjelaskan kesamaan peraturan tradisional serta
struktur bangunan antara desa Penglipuran dan desa Bayung Gede.

Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang
diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling
pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur[3].
Presepsi yang kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur”
yang berarti hibur dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Jika digabungkan
maka penglipuran berarti tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena
Raja Bangli pada saat itu dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk
bermeditasi dan bersantai.

2.3.2 Determinan Sosial Budaya Dan Kesehatan

2.3.2.1 Sistem Adat


Di desa Penglipuran terdapat dua sistem dalam pemerintahan yaitu
menurut sistem pemerintah atau sistem formal yaitu terdiri dari RT dan RW, dan
sistem yang otonom atau Desa adat. Kedudukan desa adat maupun desa formal
berdiri sendiri-sendiri dan setara. Karena otonom, desa adat mempunyai aturan-
aturan tersendiri menurut adat istiadat di daerah penglipuran dengan catatan
aturan tersebut tidak bertentangan dengan pancasila dan Undang-undang
pemerintah. Undang-undang atau aturan yang ada di desa penglipuran disebut
dengan awig-awig. Awig-awig tersebut merupakan implementasi dari landasan
operasional masyarakat penglipuran yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana
tersebut yaitu sebagai berikut :

a) Prahyangan, adalah hubungan manusia dan tuhan. Meliputi penentuan hari


suci,tempat suci dan lain-lain.
b) Pawongan, adalah hubungan manusia dan manusia. Meliputi hubungan
masyarakat penglipuran dengan masyarakat desa lain, maupun hubungan

12
dengan orang yang beda agama. Dalam pawongan bentuk-bentuknya
meliputi sistem perkawinan, organisasi, perwarisan dan lain-lain.
c) Hubungan manusia dan lingkungan, masyarakat desa penglipuran
diajarkan untuk mencintai alam lingkungannya dan selalu merawatnya,
tidak heran kalau desa penglipuran terlihat begitu asri.

2.3.2.2 Tata Ruang


Tata ruang desa penglipuran dikenal dengan Tri Mandala yang terdiri dari tiga
bagian yaitu :

a) Utama Mandala

Orang Penglipuran biasa menyebutnya sebagai Utama Mandala , yang bias


diartikan sebagai tempat suci. Ditempat inilah orang-orang Penglipuran
melakukan kegiatan sembahyang kepada Sang Hyng Widi yang mereka percaya
sebagai Tuhan mereka.

b) Madya Mandala

Biasanya adalah berupa pemukiman penduduk yang berbanjar sepanjang


jalan utama desa. Barisan itu berjejer menghadap kearah barat dan timur. Saat ini
jumlah rumah yang ada disana ada sebanyak 70 buah. Tata ruang pemukimannya
sendiri adalah sebelah utara atau timur adalah pura keluarga yang telah diaben.
Sedangkan Madya Mandala adalah rumah keluarga. Di tiap rumah pun terdapat
tata ruang yang telah diatur oleh adat. Tata ruangnya adalah sebelah utara
dijadikan sebagai tempat tidur, tengah digunakan sebagi tempat keluarga
sedangkan sebelah timur dijadikan sebagai tempat pembuangan atau MCK. Dan
bagian nista dari pekarangan biasanya berupa jemuran, garasi dan tempat
penyimpanan kayu.

c) Nista Mandala

Nista mandala ini adalah tempat yang paling buruk, disana terdapat
kuburan dari masyarakat penglipuran.

Konsep tri mandala tidak hanya berlaku bagi tata ruang desa tetapi juga
bagi tata ruang rumah hunian. Setiap kapling rumah warga Penglipuran terbagi

13
menjadi tiga bagian. Di halaman depan, terdapat bangunan angkul-angkul dan
ruang kosong yang disebut natah; bagian tengah adalah tempat berkumpulnya
keluarga; dan di bagian paling belakang terdapat toilet, tempat jemuran, atau
kandang ternak.

2.3.2.3 Perkawinan
Di desa ini ada adat yang berlaku soal perkawinan yakni pelarangan
poligami terhadap para penduduknya. Adat melarang hal tersebut demi menjaga
para wanita. Meskipun ada yang boleh melakukan poligami namun akan
mendapat sanksi. Sanksi biasanya si poligami akan ditempatkan pada tempat yang
bernama nista mandala. Dan dilarang melakukan perjalanan dari selatan ke utara
karena wilayah utara bagi orang penglipuran adalah wilayah yang paling suci.
Masyarakat Penglipuran juga pantang untuk menikahi tetangga disebelah kanan
dan sebelah kiri juga sebelah depan dari rumahnya. Karena tetangga-tetangganya
tersebut sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Bagi warga yang ingin menikah
dengan orang di luar Penglipuran bisa saja. Dengan ketentuan bila mempelai laki-
laki dari Penglipuran maka mempelai perempuan yang dari daerah lain harus
masuk menjadi bagian dari adat Penglipuran. Yang menarik adalah jika mempelai
perempuan dari desa penglipuran dan laki-lakinya dari adat yang lain, maka bisa
saja laki-laki tersebut masuk ke dalam adat Penglipuran dan hidup di desa
Penglipuran tetapi dengan konsekuensi laki-laki tersebut dianggap wanita oleh
warga lainnya. Maksudnya tugas-tugas adat yang dia laksanakan adalah tugas
untuk para wanita bukan tugas para lelaki.

2.3.2.4 Bentuk Bangunan dan Topografi


Topografi desa tersusun sedimikian rupa dimana pada daerah utama desa
kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai daerah hilir.
Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang merupakan daerah
utama desa yang unik dan spesifik karena disepanjang jalan koridor desa hanya
digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-
atribut struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-angkul dan telajakan

14
yang seragam. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya
keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk
tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang
dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap,
dinding maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan
karena desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan
teritorial desa Penglipuran.

2.3.2.5 Upacara Kematian (Ngaben)


Seperti daerah lain yang ada di Bali, di Penglipuran masyarakatnya
mengadakan upacara yang biasa disebut ngaben. Dimana ngaben ini adalah suatu
upacara kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang yang meninggal
yang awalnya menurut kepercayaan orang Bali arwah tersebut masih tersesat
kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah. Yang membedakan daerah
ini hanyalah pada ritualnya saja. Dimana apabila orang bali lain ngaben dilakukan
dengan cara membakar mayat, di Penglipuran mayat di kubur. Menurut analisa
hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Penglipuran sebagai tanda hormat dan
juga sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk mengingat
daerah Penglipuran yang berada didaerah pegunungan yang jauh dari laut, seperti
yang kita tahu bahwa abu jenasah yang telah dibakar harus dilarung atau dibuang
ke laut sedangkan bagi orang Bali menyimpan abu jenasah adalah suatu
pantangan, jadi solusi terbaik adalah dimakamkan.

2.3.2.6 Stratifikasi Sosial


Di Penglipuran hanya ada satu tingkatan kasta yaitu Kasta Sudra, jadi di
Penglipuran kedudukan antar warganya setara. Hanya saja ada seseorang yang
diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat. Pada saat ini ketua adat yang
masih menjabat adalah I Wayan Supat. Pemilihan ketua adat tersebut dilakukan
lima tahun sekali.

15
2.3.2.7 Kesenian
Di Desa Penglipuran terdapat tari-tarian yaitu tari Baris. Tari Baris
sebagai salah satu bentuk seni tradisional yang berakar kuat pada kehidupan
masyarakatnya dan hidup secara mentradisi atau turun temurun, dimana
keberadaan Tari Baris Sakral di Desa Adat Penglipuran adalah merupakan tarian
yang langka, dan berfungsi sebagai tari penyelenggara upacara dewa yadnya.
Adapun iringan gambelan yang mengiringi pada saat pementasan semua jenis Tari
Baris Sakral tersebut adalah seperangkat gambelan Gong Gede yang didukung
oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat Penglipuran. Unsur bentuk ini meliputi juga
keanggotaan sekaa Baris sakral ini di atur di dalam awig-awig Desa Adat
Penglipuran. Kemudian nama-nama penari ketiga jenis Baris sakral ini juga telah
ditetapkan, yakni Baris Jojor 12 orang, Baris Presi 12 orang, dan Baris Bedil 20
orang.

2.3.3 Program kesehatan


Desa Panglipuran memiliki program kesehatan seperti :

1) Pemberian makanan tambahan untuk balita, kesehatan ibu dan anak


melalui posyandu yang bekerjasama dengan puskesmas.
2) Kegiatan pemilahan sampah plastik (non organik) dengan sampah organik
3) Adanya pengelolaan air
4) Adanya biopori dan sumur resapan di setiap rumah tangga
5) Pemanfaatan energi gas metan (biogas) dari hewan ternak
6) Menanamkan kebiasaan pada anak-anak dalam menjaga lingkungan
7) Sebagian besar lahan yang ada digunakan untuk konservasi tanaman atau
ruang terbuka. Dari 112 hektare, 9 hektare digunakan untuk hunian, 3
hektare untuk fasilitas umum, dan 55 hektare merupakan lahan yang
dipakai untuk pertanian. Sisanya sebesar 45 hektare adalah hutan bambu
yang mengelilingi desa dan berfungsi sebagai pembatas desa serta wilayah
serapan air agar terhindar dari bencana.

16
BAB III
TELAAH KRITIS

3.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2

3.1.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan Kerja Kuliah


Kegitan penulis selama Kuliah Kerja Lapangan adalah mendengarkan
pemaparan materi mengenai PT. UJB PAITON Unit 1 dan 2 , khususnya yang
membahas mengenai proses produksi tenaga listrik dari perusahaan, usaha K3,
kesehatan lingkungan, serta pengelolaan limbah yang dilakukan oleh
perusahaan. Rincian dari penjelasan materi selama KKL sebagai berikut :

a. Upaya Kesehatan dan Keselatan Kerja (K3) di Perusahaan


Health and Safety Program

Program H&S di PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa Timur dibuat
berdasarkan kebijakan K3 tujuan dan sasaran yang dibuat oleh manajemen puncak
serta berdasarkan hasil Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining
Control. Pemasangan rambu-rambu K3 yang dipasang diseluruh area PLTU
Paiton Unit 1 dan 2, dimana area tersebut dianggap rawan untuk keselamatan
kerja serta pengawasan K3 melalui sistem inspeksi dan audit K3. Adapun
beberapa contoh program yang dilaksanakan di PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2
Jawa Timur antara lain sebagai berikut :
a. Safety Program
 Safety Induction : Petunjuk awal untuk seluruh karyawan dan tamu
PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa Timur mengenai peraturan
atau hal yang berkaitan dengan prosedur keamanan di PLTU
Paiton Unit 1 dan 2.
 Safety Working Group : Forum komunikasi dan konsultasi disetiap
section untuk membicarakan mengenai isu-isu atau sharing health
and safety seputar area PLTU Paiton Unit 1 dan 2.
b. Occupational Health Program

17
Berkaitan dengan kesehatan untuk seluruh karyawan PT. PJB UP Paiton
Unit 1 dan 2 Jawa Timur, seperti pemeriksaan kesehatan rutin (MCU),
pengobatan, imunisasi, dan lain-lain.
c. Contractor Safety Management
Berkaitan dengan health and safety untuk seluruh tamu atau pekerja
kontrak yang berada di area PLTU Paiton Unit 1 dan 2, seperti pemeriksaan
keamanan peralatan, sertifikasi dan surat ijin kerja.
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri yang dapat disebut APD merupakan suatu alat yang
memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja, bahaya di tempat kerja dan
memperkecil akibat yang timbul dari bahaya tersebut. APD merupakan
pengendalian terakhir jika pengendalian lain tidak mungkin dilakukan atau masih
kurang efektif. Beberapa persyaratan APD adalah:
 Harus dapat memberikan perlidungan yang memadai dari bahaya di
tempat kerja.
 Beratnya harus seringan mungkin dan nyaman dipakai.
 Harus dapat dipakai secara fleksibel, tidak mungkin rusak.
 Bentuknya harus cukup menarik.
 Tidak menimbulkan bahaya tambahan dan tidak mengganggu gerak si
pengguna.
 Harus memenuhi ketentuan standart yang ada.
 Harga murah dan suku cadangnya tersedia.
APD yang wajib digunakan oleh karyawan PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa
Timur ketika memasuki local area terdiri dari : safety helmet, safety clothes, dan
safety shoes. Ketiga jenis APD ini wajib digunakan oleh siapa saja baik itu
karyawan, kontraktor, dan tamu yang akan memasuki area main plant.
Beberapa jenis APD yang dapat digunakan untuk melindungi bagian tubuh
adalah:
 Kepala : safety helmet, pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai
bahan.
 Mata : safety glasses.

18
 Muka : perisai muka.
 Tangan dan jari : gloves, mitten, handpad, sleeve, cotton gloves.
 Kaki : safety shoes.
 Alat pernafasan : respirator, masker khusus.
 Telinga : ear plug, ear muff.
 Tubuh : overall, apron, safety clothes dari berbagai bahan seperti drill,
kulit, plastik, asbes, kain dilapisi alumunium.

b. Upaya pengelolaan limbah dan perbaikan lingkungan

 Dalam pengelolaan limbah, perusahaan memiliki suatu alat yang bernama


Electrostatic Precipitators(ESP). Alat tersebut dipasang pada setiap
boiler untuk menangkap partikel debu fly ash yang dihasilkan dari
proses pembakaran batu bara sehingga limbah yang dihasilkan
sedikit. Dalam kondisi operasi normal konsentrasi partikulat yang keluar
dari cerobong tidak melampaui 50 mg/ (limit standar KLH 150 mg/Nm3).
 Pengelolaan limbah cair menggunakan Waste water treatment plant
(WWTP) yang dibuat untuk menampung, mengolah dan membuang
limbah cair yang dihasilkan oleh pembangkit maupun air limpasan
dari area penyimpanan batu bara. Proses pengolahan diantaranya
berlangsung melalui tahapan penambahan zat koagulan dilanjutkan
pengadukan secara cepat, pengadukan lambat dan pengendapan,
penyaringan, serta penyesuaian akhir kadar pH. Proses tersebut
dilaksanakan untuk memperoleh mutu limbah cair yang memenuhi
peraturan yang berlaku.
 Off Site Recycling : Limbah Abu dari hasil pembakaran batu bara
dikumpulkan di sebuah area berukuran 20 hektar untuk dikirim dan
dimanfaatkan oleh industri semen dan Ready mix sehingga limbah
tersebut dapat diproses kembali untuk menjadi produk lain yang berguna.

19
3.1.2 Permasalahan Yang di Hadapi Beserta Cara Menghadapinya

 Pada proses pengolahan limbah,limbah cair sebelum dibuang ke laut di


alirkan terlebih dahulu pada kolam-kolam dengan panjang 2 km yang
bertujuan untuk mengendapkan limbah-limbah berbahaya agar tidak ikut
terbuang ke laut. Dalam pengaliran limbah ini di campuri pula zat kapur
yang berfungsi sebagai adsorben pengendap limbah berbahaya.
Berdasarkan pernyataan dari pihak PT UJB PAITON, limbah yang paling
banyak menegndap pada kolam tersebut paling banyak adalah endapan
limbah logam, sayangnya pihak perusahaan belum mengetahui presentasi
jenis limbah logam apa yang terkandung dalam endapan limbah tersebut.

3.2 PUSKESMAS KUTA 1

3.2.1 Penyelenggaraan Puskesmas

a. Pelayanan promosi kesehatan


b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan gizi

3.2.2 Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian, dan Laboratorium

a. Pelayanan IMS
b. Pelayanan VCT
c. Pelayanan satelit PTRM
d. Pelayanan satelit ARV
e. Pelayanan satelit LASS
f. Pelayanan satelit IPWL
g. Pelayanan satelit TB MDR
h. Pelayanan satelit MTBS
i. Pelayanan satelit rotgen
j. Pelayanan satelit loket

20
k. Pelayanan satelit adiksi

3.2.3 Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Puskesmas pembantu
2. Puskesmas keliling
3. Bidan desa
4. Juru pemantau jentik
5. Tenaga kesehatan keliling
6. Fasilitas pelayanan kesehatan

3.2.4 Pelayanan Kesehatan Luar Gedung

a. Senam mesra (setiap hari Jumat)


b. SMD (Survei Mawas Diri)
c. Posyandu lansia
d. Home care
e. Penyuluhan
f. Posbindu
g. UKS
h. Kegiatan mobil
i. Pembinaan UKK
j. Kegiatan PSG
k. Kegiatan jumantik

3.2.5 Sistem Manajemen Mutu

a. Mengikuti siklus P – D – C – A (Plan – Do – Check – Action) dalam


setiap keputusan.
b. Rencana perbaikan mutu dan kinerja disusun berdasarkan pencapaian
indikator mutudan kinerja pada tahun sebelumnya.
c. Berpedoman pada visi, misi, dan kebijakan mutu.

21
3.2.6 Tim Manajemen Mutu

a. Pertanggungjawaban manajemen mutu


b. Tim audit internal
c. Tim keselamatan pasien
d. Tim K3
e. Pertanggungjawaban mutu Admen
f. Pertanggungjawaban mutu UKM
g. Pertanggungjawaban mutu UKP
h. Tim survei dan keluhan pelanggan

3.2.7 Manajemen Risiko K3

1. Identifikasi faktor risiko


a. Sumber risiko : manusia, material, metode, lingkup, mesin.
b. Jenis risiko : tindakan, kondisi
c. Faktor risiko : biologi, kimia, fisik/mekanik, biomekanik,
psikologi/sosial.
2. Analisis risiko
3. Evaluasi faktor risiko
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 tahun 2018 dapat dilakukan
dengan cara metode kualitatif dan matrik risiko.
4. Pengendalian risiko
Terdapat hirarki pengendalian rsiko diantaranya, yaitu :
a. Eliminasi
b. Subtitusi
c. Pengendalian teknik
d. Pengendalian admnistrasi
e. APD (Alat Pelindung Diri)

3.2.8 Manajemen Risiko (Keselamatan Pasien) di Puskesmas

22
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. II tahun 2017, menjelaskan
bahwa :

a. Sasaran ditunjukkan kepada keselamatan pasien


b. Tujuh lengkap menuju KP (Keselamatan Pasien)

Implementasi KP di Unit Puskesmas Kuta 1 terdiri dari :

1. Organisasi
2. Panduan program keselamatan pasien
3. Pelaporan dan monitoring (KTC, KNC, KTD, dan KPC)

3.3 Desa Panglipuran

3.3.1 Bidang K3
Desa Panglipuran merupakan desa adat yang telah berkembang menjadi
desa wisata yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan. Sehingga untuk
menjaga keselamatan dan kenyaman para wisata dalam melakukan kunjungan dan
pengambilan foto, maka kendaraan bermotor dilarang memasuki kawasan
pemukiman.

3.3.2 Bidang kesehatan lingkungan


Dilarangnya kendaraan bermotor memasuki kawasan pemukiman juga
untuk menjaga udara tetap bersih dari polusi dan jauh dari kebisingan.

3.3.3 Bidang kebijakan kesehatan


Kesehatan dan kebersihan sudah diatur dalam peraturan desa (awig-awig)
seperti, kewajiban menjaga lingkungan, kebersihan, keasrian, dan keindahan.

3.3.4 Bidang promosi kesehatan


Melakukan pemberdayaan masyarakat penglipuran untuk melaksanakan
peraturan dan program-program yang ada pada Desa Panglipuran, sehingga
terciptanya desa yang sehat, bersih, indah, dan asri.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah diprogramkan oleh


perguruan tinggi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan
mengenai kehidupan bermasyarakat dan untuk bekal masa depan mahasiswa.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang sudah diikuti oleh para
mahasiswa yaitu di PT. PJB UP Paiton menambah pengetahuan mengenai
pengelolaan limbah perusahaan. Di desa Puskesmas Kuta 1 para mahasiswa dapat
mengerti tentang tata kelola layanan kesehatan dan jaminan mutu layanan
kesehatan di Puskesmas. Serta di Desa Adat Panglipuran mahasiswa menambah
pengetahuan tentang determinan sosial budaya kesehatan dan program kesehatan
di Desa Adat Panglipuran

4.2 Saran
1. Saat kunjungan di PT. PJB UP Paiton sebaiknya para mahasiswa diberikan
penjelasan dan praktik secara langsung pengelolaan limbah perusahaan.
Tidak hanya pemberian materi tetapi juga praktik.
2. Saat kunjungan di Desa Adat Panglipuran, waktu sebaiknya fleksibel agar
dapat Tanya jawab dan mengamati Desa Adat Panglipuran

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Manual Book : “INSTALLATION MANUAL Piezoelectric


Accelorometer Chains and Piezoelectric Velocity Sensor Chains using
Cexxx Piezoelectric Accelorometer and PVxxx piezoelectric velocity
sensors with attached or integrated electronics”. MEGGIT,
Switzerland,2011.
Desa Penglipuran. 15 Agustus 2019 diambil dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_Penglipuran
Didiklaw. 2014. Desa Adat Penglipuran Bali. 15 Agustus 2019 diambil dari
http://didiklaw.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-desa-adat-
penglipuran.html
https://dikes.badungkab.go.id/puskesmaskutasatu/
https://www.google.com/amp/s/dyahayuarumblog.wordpress.com/2017/05/31/lap
oran-kegiatan-kuliah-kerja-lapangan-kkl/amp/
Penglipuran Raih Penghargaan Utama Proklim. 15 Agustus 2019 diambil dari
https://www.nusabali.com/berita/40697/penglipuran-raih-penghargaan-
utama-proklim
PT. (PLN) Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali II, Unit Pembangkitan Paiton.
Manual Book : Water Treatment Plant, 1991

25
DOKUMENTASI

A. PT. PJB PAITON UNIT 1&2

26
B. PUSKESMAS KUTA 1

27
C. DESA PANGLIPURAN

28

Anda mungkin juga menyukai