Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Vektor
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 374 Tahun 2010 Tentang
pengendalian vector.
- Ayat (1) Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,memindahkah dan/atau menjadi
sumber penular penyakit terhadap manusia.
- Ayat (2) Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah.
B. Tujuan dari pengendalian vector
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 374 Tahun 2010 Tentang
pengendalian vector
Pasal 3 bahwa Tujuan upaya pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau
membatasi terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah, sehingga penyakit
tersebut dapat dicegah dan dikendalikan.
C. Kebijakan pengendalian vektor
Menurut Peraturan daerah Kab. Bangka Barat nomer 13 tahun 2015 tentang pengendalian
vector ,bahwa :
- Pasal 2 ayat (1) Penyakit bersumber vektor nyamuk diantaranya adalah malaria, demam
berdarah dengue, demam chikungunya, Filariasis, dan Japanesse Encephalitis yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus,
dan culex.
- Pasal 2 ayat (2) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyakit yang
timbulnya mendadak dan menular secara cepat dalam waktu relatif singkat yang sangat
berbahaya dan mematikan sehingga harus segera dilakukan penanganannya.
Contoh Pengendalian vector ada pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomer 5 Tahun
2010 tentang pengendalian penyakit demam berdarah dengue, bahwa :
- Pasal 10 Pencegahan penyakit DBD merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Daerah, Pemangku Kepentingan dan warga masyarakat yang dapat
dilakukan melalui upaya :
a. PSN 3 M Plus;
b. pemeriksaan jentik; dan
c. penyuluhan kesehatan.
- Pasal 11 ayat (1) PSN 3 M Plus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,
bertujuan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
- Pasal 11 ayat (2) Kegiatan PSN dilaksanakan secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan cara membasmi telur, jentik dan kepompong nyamuk di
semua tempat penampungan/genangan air yang memungkinkan menjadi tempat
perkembang biakkan nyamuk.
- Pasal 11 ayat (3) PSN 3 M Plus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan
oleh warga masyarakat dan pemangku kepentingan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu
sekali.
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 50 tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa
penyakit serta pengendaliannya Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vector harus
memenuhi standar:
- Pasal 15 ayat (1) Bahan dan peralatan yang digunakan dalam
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit meliputi:
a.bahan dan peralatan untuk kegiatan pengamatan dan penyelidikan; dan
b.bahan dan peralatan untuk kegiatan Pengendalian.
- Pasal 15 ayat (2) Bahan dan peralatan untuk kegiatan pengamatan dan penyelidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a.peralatan optik;
b.bahan dan peralatan untuk menangkap dan/atau menguji Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit; dan
c.peralatan untuk mengukur faktor lingkungan.
- Pasal 15 ayat (3) Bahan dan peralatan untuk kegiatan Pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a.pestisida;
b.peralatan aplikasi Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit; dan
c.alat pelindung diri

Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 50 tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa
penyakit serta pengendaliannya berdasarkan keamanan ,rasionalitas dan efektivitas
pelaksanaan nya berkesinambungan

- Pasal 5 ayat (1) Untuk mencapai dan memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3, setiap Penyelenggara wajib melakukan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit.
- Pasal 5 ayat (2) Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:
a.pengamatan dan penyelidikan Bioekologi, penentuan status kevektoran, status
resistensi, dan efikasi, serta pemeriksaan sampel;
b.Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan metode fisik,
biologi, kimia, danpengelolaan lingkungan; dan
c.Pengendalian terpadu terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
- Pasal 5 ayat (3) Pengendalian terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan berdasarkan asas keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaanya,
serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.
- Pasal 6 ayat (1) Dalam melaksanakan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit harus dilengkapi dengan:
a.pengujian laboratorium; dan
b.Manajemen Resistensi.
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 50 tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa
penyakit serta pengendaliannya harus berdasarkan tenaga kesehatan yang terlatih :
- Pasal 14 ayat (1) Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dapat mendaya
gunakan kader kesehatan terlatih atau penghuni/anggota keluarga untuk
lingkungan rumah tangga.
- Pasal 14 ayat (2)Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakitoleh kader
kesehatan terlatih atau penghuni/anggota keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi: a.pengamatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit;
b.pengamatan habitat perkembangbiakan;
c.pengamatan lingkungan;
d.larvasidasi;
e.pengendalian dengan metode fisik;
f.pengendalian dengan metode biologi dan kimia secara terbatas; dan
g.sanitasi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai