Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ita Susilowati

NIM : 6411417024

Rombel : Peminatan Epidemiologi Reguler

PENYAKIT PES

A. Definisi
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang
menyerang hewan rodensia tetapi dapat menular ke manusia melalui gigitan pinjal.
Penyakit pes disebabkan oleh enterobakteria yang bernama Yersinia pestis. Bakteri ini
disebarkan oleh sejenis hewan pengerat yaitu tikus.
Tikus merupakan reservoir dan pinjal merupakan vector penularnya, sehingga
penularan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan pinjal atau kontak langsung
dengan tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis (Jawetz, 2005).

Transmisi penyakit Pes


Apabila seekor tikus menderita pes, maka tikus terinfeksi karena gigitan
pinjal. Yersinia pestis menggunakan tubuh pinjal sebagai hospes. Tikus terinfeksi oleh
Y. pestis melalui gigitan pinjal (Xenopsylla cheopis). Sebelum kondisi tubuh tikus
menjadi parah, tikus masih dapat berinteraksi dengan tikus-tikus lain, sehingga
memungkinkan terjadi penularan antar tikus. Akibat kejadian penularan antar tikus,
maka pada waktu yang bersamaan akan muncul banyak sekali tikus yang menderita
pes (epizootie). Kondisi tikus yang terinfeksi Y. pestis menjadi lebih parah maka
tikus-tikus ini akan mencari tempat sunyi dan biasanya mendekati lingkungan
manusia dengan masuk ke rumahrumah. Bila tikus mati, pinjal akan kelaparan dan
keluar dari tubuh tikus. Pinjal yang lapar akan menjadi sangat agresif untuk
mendapatkan pakan berupa darah, sehingga akan menyerang apa saja yang ditemui
terutama darah manusia (Azrul A., 1990 dalam Sukendra, 2015)

B. Gambaran Klinis/Gejala
Penyakit pes terbagi menjadi 3 type yaitu :
1. Bubonic plague
Gejala bubonic plague muncul satu minggu setelah pasien digigit oleh kutu yang
terinfeksi. Gejala berupa pembengkakan atau rasa sakit pada kelenjar getah bening
(buboes) di daerah leher, ketiak, pangkal paha dan di area sekitar gigitan, pusing, nyeri
otot, demam, gemetar, dan lemas.
2. Pneumonic plague
Gejala berupa batuk mengeluarkan dahak/air liur/nanah dari paru-paru, sakit dada,
sesak napas, dan lemas. Jenis pes ini dapat berkembang dengan cepat dan menyebabkan
gagal napas hingga syok hanya dalam 2 hari masa infeksi.
3. Septicemic plague
Gejala berupa demam, lemas, gemetar, mual, muntah, sakit di area perut, diare, syok,
hingga terjadi pendarahan yang keluar dari mulut, hidung, anus, atau di balik kulit. Gejala
lainnya berupa warna kulit yang menghitam akibat tidak berfungsinya jaringan (gangren)
(Halodoc, 2019).

C. Masa Inkubasi
Gejala pes atau sampar (plague) biasa muncul 2-6 hari setelah seseorang
terinfeksi. Gejala penyakit ini menyerupai gejala yang disebabkan oleh flu, namun gejala
lain juga dapat menyertai ketiga jenis pes (Halodoc, 2019). Penyakit pes jenis baru
mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat sekitar 2-4 hari saja (Sukendra, 2015).

D. Diagnosis
 Kasus Definit adalah kasus Probabilitas dengan hasil laboratorium positif.

 Pemeriksaan dengan mengambil sampel cairan dari kelenjar getah bening jika
pasien memiliki pembengkakkan kelenjar getah bening guna memastikan
keberadaan pes pada sistem limfatik.
 Pemeriksaan laboratorium darah juga dapat dilakukan untuk memastikan
keberadaan bakteri yang menyebabkan pes pada aliran darah.
 kemudian jika pasien memiliki gejala berupa batuk maka dokter akan
mengambil sampel dahak pasien dan segera memeriksakannya ke
laboratorium. Sedangkan untuk pes pada paru-paru, pemeriksaan akan
dilakukan pada sampel cairan dari lendir saluran napas yang diambil melalui
tindakan bronkoskopi (Alodokter, 2018).

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan:


1. Leukositosis dengan dominasi neutrofil diteliti, dan tingkat leukositosis sebanding
dengan tingkat keparahan dari sakit.
2. Hapusan darah perifer menunjukkan granulasi beracun.
3. Trombositopenia adalah umum, dan tingkat produk degradasi fibrin mungkin
meningkat.
4. Transaminase serum dan kadar bilirubin dapat meningkat.
5. Proteinuria mungkin ada, dan temuan tes fungsi ginjal mungkin abnormal.
6. Hipoglikemia dapat diamati.
7. Yersinia pestis dapat diamati pada hapusan darah perifer. Pewarnaan Gram
menunjukkan Gram-negatif.
 Kasus Probable adalah ditandai dengan gejala klinis seperti demam, bubo atau
pembengkakan kelenjar getah bening yang berisi cairan, berak darah, batuk darah, dan
lemas

 Kasus Suspect adalah kasus yang diuji dengan laboratorium akan tetapi menunjukan
hasil negative.

Referensi
Rahmawati, E. 2012. Partisipasi Ibu Dalam Pemasangan Live Trap Terhadap Jumlah
Tangkapan Tikus dan Pinjal. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 8, No. 1 hal 94-98.
Diakses melalui http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas (11 September 2019).

Sukendra, 2015. Resistensi Pinjal Tikus (Xenopsylla Cheopis) Terhadap Insektisida Dalam
Penanggulangan Penyakit Pes. Vol.7 No.1, Juni 2015: 27-37. Diakses melalui DOI :
10.22435/spirakel.v7i1.6141.27-37 (11 September 2019).

Anda mungkin juga menyukai