1. Etiologi
Cryptosporodiosis disebabkan oleh Genus Cryptosporodium, Famili Cryptosporidiidae,
Subordo Eimeriina, Subclass Coccidia. Cryptosporidium pertama kali ditemukan oleh Tyzzer
dengan spesies C. muris pada tahun 1907 dengan perkembangan endogennya hanya pada
pencernaan hewan pengerat. Lalu pada 1912 ditemukan C. parvum pada hewan mamalia
termasuk manusia (Arrowood, 2002). Ada lebih dari 30 spesies Cryptosporidium, tetapi hanya
beberapa spesies seperti C. hominis, C. parvum, C. meleagridis, C. felis, dan C. canis yang
umumnya ditemukan. Studi molekuler yang pernah diteliti menyatakan hasil bahwa masing-
masing C. canis dan C. felis menunjukkan spesifitas untuk sebagian besar infeksi pada anjing
dan kucing (Yoshiuchi dkk., 2010). Namun C. parvum tidak spesifik menginfeksi inang tertentu
dan dapat berpindah-pindah dari satu induk semang ke yang lainnya, termasuk menginfeksi pada
sapi, manusia bahkan kadang-kadang juga pada anjing dan kucing (Alves dkk., 2018). C. parvum
diklasifikasikan sebagai spesies kedua setelah C. hominis dari genus cryptosporidium yang
paling sering didiagnosis pada manusia (Certad dkk., 2017).
Cryptosporodium untuk waktu yang lama dianggap sebagai non-patogen parasit. Baru
sejak tahun 1976, diakui sebagai oportunistik parasit patogen ketika 2 kasus manusia dilaporkan
diare disebabkan cryptosporidium. Namun cryptosporidium tetap tidak dianggap sebagai patogen
penyakit diare akut pada manusia sampai tahun 1982. Mikroorganisme ini diakui sebagai agen
penyebab diare yang bisa sembuh sendiri untuk populasi umum dan penyakit yang mengancam
jiwa bagi pasien AIDS. Pada manusia dengan penyakit AIDS sering kali dijumpai diare dengan
penyebabnya adalah organisme cryptosporodium. Cryptosporodiosis dapat berakibat fatal pada
pasien dengan gangguan sistem imun dan dapat sangat melemahkan individu yang
imunokompeten (Elisabetta dkk., 2019).
Cryptosporodium menyerang pencernaan dan bersifat akut. Penyakit ini mudah menyebar
di lingkungan karena bentuk infeksinya yang berupa ookista, dengan rute infeksi fekal-oral.
Kontak langsung dapat terjadi dengan manusia yang terinfeksi (penularan per orang ke orang)
atau hewan (penularan zoonosis). Lalu secara tidak langsung dapat melalui konsumsi makanan
yang terkontaminasi (penularan bawaan makanan) dan juga air (penularan melalui air)
(Sotiriadou dkk., 2013; Robertson dkk., 2000). Ookista Cryptosporidium dapat bertahan selama
beberapa bulan di lingkungan perairan dan juga tahan terhadap desinfeksi oleh klorin yang
digunakan dalam pengolahan air konvensional (Muller, 2000).
2
Gambaran Mikroskopis Ookista Cryptosporidium spp.
Keterangan :
1. Metode apung; pembesaran 1000 kali; ukuran 2-6 μm; tanda panah (Mufa dkk., 2020)
2. A, B, C dengan mikroskop cahaya; D dengan mikroskop kontras (Amanda dkk., 2021)