Anda di halaman 1dari 4

Cryptosporidium parvum pada Sapi

Cryptosporidiosis termasuk waterborne and soil transmitted diseases, disebabkan oleh Cryptosporidium
yang bersifat obligat intraseluler. Cryptosporidium menyebabkan infeksi pada usus halus dan dapat menyebabkan
diare akut pada manusia dan hewan. Kasus diare yang disebabkan oleh parasit Cryptosporidium sp. berkisar antara 4-
11%. Spesies Cryptosporidium yang terkonfirmasi ada di Indonesia adalah C. wrairi, C. muris, C. felis, C. hominis,
C. melagridis dan C. parvum, yang mengindikasikan besarnya peranan hewan dalam penularan kriptosporidiosis.
Teknik diagnosa cepat yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi sangat penting dalam membantu
penemuan kasus dan surveilans kriptosporidiosis di Indonesia. Pentingnya menjaga sanitasi lingkungan dan ternak,
higiene perseorangan, pengelolaan air minum dan makanan untuk mencegah penularan kriptosporidiosis.

Kata kunci: Cryptosporodiosis, Crytosporidium parvum, sapi, diare.

Pendahuluan (Pada tikus, lembu). C. nasorum (pada ikan), C. serpentis


Cryptosporidium parvum sebagai penyebab diare (pada ular), C. wrairi (pada babi), C. parvum (teridiri dari
ringan sampai berat, mulai dari beberapa hari sampai 2 genotype, 1 menyerang manusia dan telah
dengan lebih dari satu bulan. Pada kasus imunodefisiensi diklasifikasikan ulang menjadi Cryptosporidium hominis,
khususnya AIDS, kriptosdiosis berlangsung lebih lama serta genotype 2 menyerang manusia, lembu dan mamalia
dan dapat mengakibatkan kematian. Protozoa C.parvum lainnya) (Robert et al 2005).
dikenal sebagai parasit obligat intraseluler dan bersifat
sangat patogen dan dapat menginfeksi saluran pencernaan Morfologi
manusia, hewan mamalia seperti kambing, domba, kuda Oocysta bulat hampir menyerupai oval berukuran
dan lainnya (CDC 2011). Prevalensi di negara maju 4-6 µm. Ketika matang, oocysta dari 4 sporozoit yang
umumnya 25-30%, sedangkan di negara berkembang tidak selalu terlihat, refraktil, teridiri dari 1-8 granul yang
prevalensinya sering lebih tinggi dua sampai tiga kali menonjol dan dilapisi oleh 2 dinding yang tebal. Parasit
lipat. ini berbentuk bulat, kecil, tipis dan transparan. Bagian
dalam nampak adanya sporozoit. Oocysta umumnya dapat
Taksonomi hidup lama di air, termasuk di laut, tetapi tidak dapat
Cryptosporidium tergolong ke dalam bertahan hidup pada pengeringan. Identifikasi morfologi
Phylum : Apicomplexa oocysta C. parvum dengan mikroskop cahaya dilakukan
Kelas : Coccidea untuk peneguhan diagnosa dan koleksi oocysta secara
Ordo : Eucoccidiorida morfologi. Oocysta C. parvum penyebarannya
Family : Crytosporidiidae dipengaruhi juga oleh sifat biologi yang dimiliki. Oocysta
Genus : Cryptosporidium cukup tahan pada kondisi lembab, oocsyta tahan di
Spesies : C. baileyi (pada burung), C. felis (pada lingkunagn karena morfologi dindignya cukup tebal yang
kucing), C. maleagridis (pada kalkun), C. muris menyebabkan
2 | Crytopsporidium pavum pada sapi

Tetap tahan di alam, sehingga dikenal dengan hidden Parasit ini juga dapat menyebar melalui makanan yang
spore atau undergroundspore. Oocysta sangat tahan tidak dimasak ataupun makanan lainnya yang dicuci
terhadap desinfektan termasuk pengapuran, tetapi dapat dengan air terkontaminasi oocysta. Buah-buahan segar
mati pada temperature 160ºF (71ºC) melalui pengeringan. tidak tercuci ataupun sayuran kemungkinan juga
Oocysta dapat mati bila diperlakukan dalam keadaan mengandung oocysta jika lokasi panen dipergunakan
diluar kebiasaan dan berlebihan (Upton 2004). menggembalakan ternaknya. Sehingga transmisi terjadi
secara fecal-oral terutama melaui air minum yang
terkontaminsi, kontak dengan orang yang terinfeksi atau
kontak dengan hewan yang terinfeksi (Noviani et al
2011).

Sumber: Usu e-Repository 2008

Oocysta C. pavum dengan metode pewarnaan


“modified acid fast”

Sumber: Susilo 2013

Patogenesis
Mekanisme patogen dimana Cryptosporidium
menyebabkan diare, malabsorbsi. Mekanisme awal,
adanya interaksi host-parasit dari perlekatan dan invasi
Sumber: Usu e-Repositiry 2008 pembentuukan vakuola dan parasithoporous kompleks
dan proses melibatkan banyak ligan parasite dan inang
Transmisi reseptor. Sapi yang terinfeksi Cryptosporidium secara
Crytosporidiosis dapat ditularkan melalui air kronis akan mengalami penurunan bobot badan sebanyak
minum ataupun makanan yang terkontaminasi oleh 0.5 kg per hari, sedangkan pada sapi muda dapat
oocysta. Air permukaan yang diminum tanpa dimasak menyebabkan gangguan proses pertumbuhan hingga
seperti air sungai, danau ataupun menelan air dalam menyebabkan kematian, sehingga menimbulkan kerugian
jumlah sedikit ketika berenang dan air kolam yang sudah ekonomi. Oocysta Cryptosporidium berdinding tebal akan
diklorinasi juga dapat menularkan kriptosporidiosis. Air infektif segera setelah dikeluarkan ke lingkungan dan
permukaan dapat tercemar oocsyta mencapai 97% oosista berdinding tipis dapat menyebabkan auto infeksi.
sedangkan dengan perlakuan penyaringan mencapai 54% , Oocysta dapat dihasilkan terus-menerus hingga seminggu
serta dapat menyebabkan diare mencapai 27,30%. pada sapi
Pengelolaan air permukaan yang dialiri kotoran ternak
Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)
Yang mengalami gejala klinis. Letak parasit dalam usus Prevalensi Cryptosporidiosis pada Peternakan
adalah didalam sel tetapi diluar sitoplasma, sehingga KUNAK dan Cisarua di Kabupaten Bogor
menyebabkan resistensi Cryptosporidium terhadap
Secara keseluruhan prevalensi kejadian
pengobatan. Infeksi Crytosporidium sp. Pada anak sapi
kriptosporidiosis di dua lokasi peternakan sapi perah di
umumnya terjadi dengan patogen enteric lainnya.
Kabupaten Bogor sebesar 21.1% (Selang Kepercayaan
Gambaran klinis yang muncul dari laporan lapangan
(SK) 95%; 13.1%-21.5%) dengan masing-masing
adalah salah satu dari diare ringan sampai berat terjadi
prevalensi pada setiap peternakan adalah 17.3% (SK 95%;
pada pedet berusia antara 1-4 minggu, dengan morbiditas
13.1%-21.5%) di KUNAK dan 24.9% (SK 95%; 20%-
yang tinggi dan mortilitas yang rendah. Penyakit dapat
29.7%) di Cisarua. Sementara itu, prevalensi kejadian
berlangsung 2-14 hari, rata-rata adalah 7 hari, kemudian
kriptosporidiosis pada kategori umur yang berbeda
dapat muncul lagi setelah pemulihan. Tingkat kematian
prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok umur kurang
pada anak sapi (pedet) tercatat sebesar 16%. Tanda-tanda
dari 6 bulan yaitu 29% (SK 95%; 26.8%-31.7%. Sampai
klinis mencakup diare persisten, dehidrasi dan kelemahan.
saat ini kajian mengenai prevalensi Cryptosporidiosis di
Persentase infeksi lebih tinggi tercatat pada pedet berusia
Indonesia pada sapi potong telah dilaporkan di dua
8 dan 14 hari, dibandingkan dengan kategori usia lainnya.
wilayah yakni di Kabupaten Bali sebesar 37.4% dengan
Crytosporidiosis juga dialporkan telah memberi kontribusi
prevalensi tertinggi terjadi pada sapi berumur kurang dari
pada etiologi sindrom “Cachexia pada anak lembu di
6 bulan (16%) (Artama 2005). Wilayah Jawa Barat
Belanda (Shi et al 2010).
dilaporkan dua sampel positif terhadap Cryptosporidium
andersoni (Ananta 2014). Sementara itu, kajian prevalensi
Diagnosa Cryptosporidiosis pada peternakan sapi perah di Indonesia
Diagnosa Crytosporidiosis dilakukan dengan sampai saat ini belum pernah dilaporkan.
pemeriksaan sampel feses penderita selama beberapa hari Menurut (Fayer et al.2000) hasil kajian prevalensi
denga beberapa teknik, diantaranya melalui pewarnaan kriptosporidiosis sangat bergantung pada sensitivitas dan
acid-fast staining, Direct Fluorescent Antibody (DFA) dan spesivitas dari metode pemeriksaan yang digunakan serta
Enzyme Immunoassays untuk mendeteksi keberadaan umur hewan. Pemeriksaan sampel dengan menggunakan
antigen Crytosporidium sp. Penggunaan
metode pewarnaan Ziehl Neelsen mempunyai sensitivitas dan
molekuler seperti PCR dilakukan untuk mendeteksi spesifisitas yang lebih rendah, dibandingkan dengan
Crytosporidium sampai ke level spesies, atau dengan pemeriksaan molekular. Oleh karena itu, untuk
pewarnaan Ziehl Neelsen yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu dilakukan
mengetahui dan mewarnai oocsyta Cryptosporidium kombinasi pemeriksaan secara konvensional dan
sp.,pewarnaan dengan menggunakan Ziehl Neelsen saat molekular (Nugraha BA 2015).
ini masih menjadi rekomendasi utama untuk melakukan
pemeriksaan terhadap oocysta Cryptosporidium sp.(CDC Pengobatan
2011). Diare pada anak sapi dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan informasi dari responden (penelitian) terdapat
beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati
ternak yang mengalami diare, diantaranya
4 | Crytopsporidium pavum pada sapi

adalah daun sirsak, daun papaya dan daun jambu. Tingkat Center for Disease Control and Prevention (CDC).
kesembuhan ternak yang telah diobati cukup baik, 2011. Body Mass Index: Considerations
for Practitioners.1-4.
berdasarkan penelitian 79 responden menyatakan
Fayer R, U. Morgan, Upton SJ. 2000. Epidemiology of
ternaknya sembuh setelah dilakukan pengobatan. Jenis Cryptosporidium: transmission, detection and
antibiotik yang diberikan pada sapi diare oleh paramedik identification. Int J Parasitol. 30: 1305-1322.
Nydam DV, Mohammed HO. 2005. Quantittive
ataupun inseminator adalah antibiotik yang mengandung
isk assessment of Cryptosporidium species
sulfadiazine dan trimetropin, namun obat tersebut hanya infection in dairy calves. J Dairy Sci.
efektif untuk bakteri gram negatif dan gram positif saja, 88(11):3932-3943.
sehingga pengobatan untuk penyebab diare akibat Nugraha BA. 2015. Kajian prevalensi dan faktor risiko
Cryptosporidiosis pada peternakan sapi perah di
protozoa tidak efektif (Nugraha 2015).
Kabupaten Bogor. [Tesis]. 1: 2-31. Bogor (ID):
IPB.
Pencegahan Noviani L. Sofro AUM. Hendratno S, Novipuspitasi L.
2011. Perbedaan infestasi Crytosporidium
Pencegahan infeksi penyakit Cryptosporidiosis parvum antara diare dan tidak diare pada
adalah dengan memperhatikan higiene personal yang pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Sema
optimal, mencegah penggunaan air yang terkontaminasi rang. Parasitologi Kedokteran. 2(1): 18-25.
Semarang (ID).
dengan oocysta Cryptosporidium, meminum susu yang Robert LS, Janovy jrj, Gerald D, Schmidt, Larry S. 2005.
tidak dipasteurisasi merupakan faktor risiko transmisi Foundations of Parasitology. 7th ed. Mc Graw
penularan Cryptosporidium ke manusia maupun hewan. Sischo WM, Atwill ER, Lanyoon L, George J. 2000.
Cryptosporidia on diary farms and the role these
Menyimpan pakan ternak ditempat khusus, serta cara
farms may have in contaminating surface water
membersihkan tempat pakan dan minum ternak juga dapat supplices in th northeatstem United States.
menjadi faktor risiko terhadap kejadian Prventive Vet Med. 43:253-267
Shi F, Jian C, Ning LV, Zhang L, Ren X, Dearen TK, Li
Cryptosporidiosis (Nydam 2005).
N, Qi M, Xiao L. 2011. Prevalence, genetic char
acterstic and zoonotic potential of Crytosporodum
Simpulan sp. Causing infection in farm rabbits in China. J
Clin Microbial. 48(9):3263-3266.
Penyakit ini menyebabkan diare akut baik pada
Upton, R.C.A, Armson A, Ryan UM. 2004. Basic Biol
hewan maupun manusia. Pengobatan secara spesifik gy of Cryptosporidium. Division of Biology.
tidak ada dan berupa terapi suportif saha, pengendalian Kansas State University.
[http://www.ksu.edu/parasitology.basicbio:
dan pencegahan lebih diutamakan dengan peningkatan
Diunduh 18 Februari 2020].
sanitasi dan higiene personal.

Sumber Rujukan Data Kelompok


Artama IK. 2005. Studi lintas seksional Cryptospori 1. Yuvensius (B04170205)
diosis pada sapi bali di Kabupaten Karang 2.Novia D.Margareta (B04170207)
Asem Bali [tesis]. Bogor (ID): IPB 3. Asyifa Gisya Alayina (B04170208)

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)

Anda mungkin juga menyukai