Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT PADA IKAN (PESCADO)oleh Piscine pasteurellosis

Nama: Alreza Justine Siregar


Nama Ilmiah : Piscine Pasteurellosis
Nama Keluarga : Pescado
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya.
Email : alrezhajustine@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat kepekaan Pasteurella multocida yang berasal dari sapi di Rumah
Potong Hewan (RPH) Meulaboh, Aceh Barat terhadap beberapa antibiotik. Penelitian ini
mengunakan 7 sampel berupa swab kerongkongan sapi yang kemudian diidentifikasi dan
diperoleh 3 sampel yang teridentifikasi Pasteurella multocida,. Selanjutnya dilakukan uji
kepekaan antibiotik. Dalam uji kepekaan, antibiotik yang digunakan adalah vancomisin,
klindamisin, streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin, dan gentamisin. Diameter zona
hambat yang terbentuk kemudian diukur dengan satuan millimeter. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa Pasteurella multocida tidak peka terhadap vancosin, klindamisin,
streptomisin, tetrasiklin, dan gentamicin kecuali kloramfenikol yang masuk dalam katagori
intermediate.

KATA KUNCI kerbau dan sapi sangat peka terhadap penyakit


SE. Ashari dan Juarini (2007) menyatakan
Pescado,Pasteurella multocida, septicaemia
bahwa kematian ternak Aceh Barat sebanyak
epizootica, antibiotics
10% karena penyakit SE dan kematian dari
PENDAHULUAN penyakit ini diasumsikan rata-rata tiap tahun
minimal sebesar 6%. Hewan yang sembuh dari
Pasteurellosis adalah penyakit bakterial yang penyakit SE dapat bertindak sebagai karier.
menyerang ternak sapi, kerbau, babi, kambing, Menurut Putra (2006) hewan karier dapat
unggas, sapi, dan kerbau. Pasteurellosis menjadi sakit dan atau menjadi sumber
dikenal dengan nama penyakit ngorok atau penularan pada hewan peka lainnya yan
septicaemia epizootica (SE) atau haemoragic berkaitan
septichaemia (HS) yang disebabkan oleh
serotipe tertentu dari kuman Pasteurella dengan penurunan kondisi tubuh misalnya
multocida type B:2 (tipe Asia) dan type E:2 akibat adanya stres. Pengobatan terhadap
(tipe Afrika) (Chancellor et al., 1996). De Alwis infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat
(1993) menyatakan bahwa penyakit ngorok dilakukan dengan pemakaian antibiotik yang
yang terdapat di Indonesia disebabkan oleh tepat. Antibiotik dapat menghambat
Pasteurella multocida (P. multocida) B: 2, pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) atau
bersifat akut, dan pada umumnya menjadi menghancurkan sel-sel bakteri (bakterisida)
penyebab kematian pada hewan. Putra (2006) (Brunner dan Gillespie.,1977). Pengunaan
melaporkan pada tahun 2001 ternak di Aceh dosis antibiotik yang kurang tepat dan
teridentifikasi positif penyakit SE sekitar pemakaian yang terlalu sering akan
67,03%, tahun 2002 sekitar 46,4% sedangkan menimbulkan keadaan yang disebut dengan
pada tahun 2004 teridentifikasi sekitar 3,02%. resisten (Brander et al., 1991; Boogard et al.,
Setiawan et al,. (1983) menyatakan bahwa 2001). Laporan terjadinya resistensi antibiotik
terhadap beberapa macam bakteri telah Cimon sitrat, SIM, uji gula gula, dan uji
banyak dilaporkan yang berakibat kegagalan katalase. Dari sampel yang teridentifikasi P.
pengobatan. Resistensi terhadap antibiotik multocida kemudian dilakukan uji kepekaan
telah digambarkan hanya dalam beberapa antibiotik terhadap P. multocida. Dalam uji
tahun terakhir pada strain pasteurella yang kepekaan digunakan vancomisin (30 g),
diisolasi terutama dari ternak. Strain ini klindamisin (2 g), streptomisin (10 g),
kebanyakan resisten terhadap streptomisin, tetrasiklin (30 g), kloramfenikol (30 g),
tetrasiklin, dan B-Laktam (Azad et al., 1992). kanamisin (30 g), dan gentamisin (10 g).
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
GEJALA KLINIS
kembali untuk mendapatkan antibiotik yang
tepat untuk bakteri P. multocida Infeksi pada manusia dibagi dalam 3 kelompok:
ETIOLOGI 1. Infeksi setelah gigitan atau cakaran.
2. Infeksi setelah kontak dengan hewan tanpa
Pengendalian agar penyakit ini tidak meluas
melalui gigitan atau cakaran.
yaitu dengan cara memisahkan ternak yang
3. Infeksi tanpa pernah ada kontak dengan
terinfeksi dari kawasan ternak yang sehat,
hewan.
melaporkan kedinas peternankan atau
kedokter hewan untuk ditindaklanjuti. Gejala umum dari Pasteurellosis yang dialami
Pengobatan dengan cara memberikan pada manusia sejauh ini diantaranya adalah:
antibiotika seperti Medoxi-L yang
mengandung antibiotika Oxitetracycline 1. Pembengkakan.
dengan dosis 0.5 -2.00 ml. untuk setiap <10 kg. 2. Selulitis dan drainase pada daerah yang
berat badan. 2.00 - 4.00 ml untuk setiap 10 - 50 terluka.
kg. berat badan. 4.00 - 8.00 ml. untuk setiap >
50 kg. berat badan. 3. Dalam 1 atau 2 jam, terjadi edema, nyeri dan
terjadi pula eksudat serosanguineous
bersamaan dengan terjadinya inflamasi.
EPIDEMOLOGI 4. Demam tinggi atau sedang yang diikuti
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dengan mual dan muntah-muntah.
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan 5. Sesak napas
Universitas Syiah Kuala mulai bulan
September-Desember 2012. Sampel yang 6. Diare
digunakan pada penelitian ini adalah 7. Terjadi syok dan koagulopati (pembekuan
Universitas Syiah Kuala mulai bulan atau gangguan peredaran darah) nantinya
September-Desember 2012. Sampel yang apabila koagulopati ini berlanjut, maka akan
digunakan pada penelitian ini adalah mengakibatkan diatesis perdarahan

tujuh spesimen swab kerongkongan sapi yang Komplikasi yang terjadi saat infeksi muncul
berasal dari RPH Meulaboh, Kabupaten Aceh rata-rata berhubungan dengan gangguan
Barat. Sampel dimasukan ke dalam Nutrien system pernapasan, beberapa diantara
Broth (Oxoid) cair 10 ml. Sampel diinkubasi komplikasi yang muncul adalah:
selama 24 jam dalam suhu inkubator 37 C. 1. Sinusitis
Kemudian ditanam pada media tryptic soya
agar (HIMEDIA) dan diinkubasi selama 24 jam 2. Mastitis (radang susu)
dalam suhu inkubator 37 C. Koloni yang
Umumnya menyerang ternak yang sedang
terpisah diidentifikasi berdasarkan morfologi,
bunting ditandai oleh pembengkakan
pewarnaan Gram, uji TSIA, uji MR-VP, uji
berwarna kemerah merahan dan panas. yaitu Jangan memberikan melebihi 10 ml.
Penyebabnya bakteri Pasteurella dibagian tubuh yang sama pada ternak besar.
Haemolotica. Jangan mengkonsumsi susu yang diperah
dalam waktu 4 hari setelah penyuntikan.
3. Empyema
Menghentikan pemberian Medoxi-L 5 hari
4. Otitis, sebelum ternak disembelih untuk dikonsumsi.
Pencegahan terhadap penyakit Pasteurellosis
adalah istilah umum untuk peradangan pada yaitu dengan cara pemberian pakan yang
telinga bergizi tinggi, melakukan sanitasi pada
5. Osteitis, lingkungan sekitar serta pemberian vaksinasi
secara berkala yang terprogram sesuai
Yaitu inflamas yang terjadi pada tulang ketentuan dari penyuluh peternakan.
6. Meningitis, DIAGNOSA
radang pada membran pelindung otak dan Dari hasil pemeriksaan sampel swab
sumsum tulang belakang. kerongkongan sapi ditemukan tiga sampel
7. Endokarditis, positif bakteri P. multocida. Dari pemeriksaan
mikroskopis, bakteri berbentuk coccobacillus
yaitu peradangan pada lapisan dalam dari (batang pendek), bersifat Gram negatif, dan
jantung, yaitu pada endocardum. berantai pendek. Koloni berbentuk bulat
8. Septicaemia (keracunan darah) dengan permukaan cembung. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kuhnert et al. (2000)
Umumnya diderita oleh anak domba muda bahwa P. multocida merupakan bakteri Gram-
umur 2 bulan, penyebabnya bakteri negatif bentuk batang pendek yang secara
Pasteurella haemolytica. Tanda tanda klinis normal hidup di nasofaring. Sampel tidak
dalam bentuk akut berupa kematian tumbuh pada media SIM, Simmons Citrat,
mendadak pada domba. laktosa, manitol, dan Mac Conkey akan tetapi
positif pada uji katalase. Rimler dan Rhoades
9. Kadang muncul Pneumonia juga walaupun
(1989), menyatakan bahwa P. multocida tidak
dalam frekuensi yang kecil.
tumbuh pada media Mac Conkey,
Pneumonia (radang paru paru): umumnya memfermentasi glukosa, positif terhadap tes
menyerang domba dewasa yang disebabkan katalase, oksidase, dan indol. Bakteri P.
oleh infeksi bakteri P Multocida atau P multocida biasanya tidak memfermentasi
Haemolytica atau oleh keduanya. Tanda tanda laktosa Berdasarkan uji kepekaan yang telah
klinis seperti depresi, nafsu makan menurun, dilakukan dengan menggunakan tujuh macam
batuk batuk, gangguan pernafasan, demam antibiotik diperoleh data seperti yang disajikan
tinggi dan dalam tingkatan akut sering pada Tabel 1 dan Tabel 2. Dari hasil penelitian
menyebabkan kematian mendadak. terlihat bahwa antibiotik kloramfenikol
memiliki tingkat sensitifitas lebih besar
10. Diatesis perdarahan (kerentanan yang
terhadap pertumbuhan P. multocida
tidak biasa untuk perdarahan), diantaranya
dibandingkan vancomisin, streptomisin,
dapat berupa
tetrasiklin, kanamycin, dan gentamicin. Hal ini
PATOLOGI didukung oleh pernyataan Kumar et

Pengobatan diberikan secara Inframuskuler al. (2009) yang menyatakan bahwa P.


(disuntikan melalui daging/otot) atau secara multocida resisten terhadap vankomisin,
Subuktan (disuntikan melalui bawah kulit). doksisiklin, tetrasiklin, dan siprofloksasin.
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat Interpretasi intermedet pada kloramfenikol
menunjukkan kemungkinan aktivitas tidak KESIMPULAN
optimal yang akan dcapai oleh antibiotik
Berdasarkan hasil penelitian uji kepekaan P.
tersebut. Penggunaan antbotik dengan
multocida terhadap beberapa antibiotik
interpretasi intermediet sebaiknya dihindari.
menunjukkan bahwa vancomisin, klindamisin,
Kenaikan dosis antibiotik pada interprestasi
streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
intermediate merupakan salah satu penyebab
kanamisin, dan gentamisin tidak peka
berkembangnya sifat resistensi bakteri
terhadap bakteri ini sedangkan
terhadap antibiotik, terutama untuk
chloramphenicolbersifat intermediet.
kepentingan terapi atau pengobatan
(Krisnaningsih et al., 2005). Resistensi pada DAFTAR PUSTAKA
mikroba dapat terjadi secara vertikal yaitu
diturunkan ke generasi berikutnya dan terjadi Ashari dan E. Januari. 2007. Kelestarian (Herd
secara horizontal dari sel donor (Rianto, 2008). Survival) Ternak Kerbau di Aceh Barat Provinsi
Resistensi sendiri dapat timbul karena Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Balai
pemaparan bakteri dengan antibiotik dalam Penelitian Ternak. Bogor. Azad, A.K., J.G.
kosentrasi tinggi untuk waktu yang lama Coote, dan R. Parton. 1992. Berbeda plasmid
(Bryson dan Szibalsky, 1952) dan akibat profil Pasteurella haemolytica serotipe dan
pengunaan antibiotik yang tidak terarah karakterisasi dan amplifikasi pada Escherichia
(Triatmojo,1996). Bakteri dapat menjadi coli resisten ampisilin-plasmid encoding ROB-
resisten terhadap suatu antibiotik melalui tiga 1/Mactamase. J. Mikrobiologi 7(2):23-30.
mekanisme yaitu obat tidak dapat mencapai
tempat kerjanya di dalam sel mikroba,
inaktivasi obat dan mikroba mengubah tempat
ikatan antibiotik (Gunawan et al., 2007).

Anda mungkin juga menyukai