Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN INDIVIDU

Small Group Discussion

NAMA: Michelia Champaca A.N NIM: 16/393893/KH/08886 TANGGAL: 11 Maret 2019

JUDUL SKENARIO:

HASIL PEMBELAJARAN :

Penyakit Gastrointestinal pada Anjing


1. Canine Parvovirus
 Etiologi : virus canine parvovirus (CPV). Famili parvoviridae, diameter berkisar
20 nm, virus single stranded DNA, virionnya berbentuk partikel ikosahedral
serta tidak beramplop, dan perkembangbiakan sangat tergantung pada sel
inang yang sedang aktif membelah (Sendow, 2003).
 Patogenesis : Virus masuk melalui kontak langsung dan tak langsung.
Viraemia terjadi 3–4 hari setelah infeksi. Infeksi pada anjing melalui jaringan

limfoid oronasal dan menyebar melalui sistem limfoid ke organ lainnya yang
pembelahan selnya cepat, seperti kripta epitel usus, jantung dan sumsum
tulang (Sendow, 2003).
Anjing berumur 3–4 minggu → tipe miokarditis.
Anjing berumur > 6 minggu → tipe enteritis (Sendow, 2003).
 Gejala Klinis : Tipe miokarditis → anak anjing mati mendadak
Tipe enteritis → muntah yang diikuti demam, tidak napsu makan, lesu dan
diare mulai dari mencret berwarna kekuningan, abu-abu dengan bau yang
khas hingga berdarah berwarna kehitaman seperti warna aspal
 Pemeriksaan laboratoris: Pemeriksaan serologis → uji single radial
haemolysis, ELISA, uji HI, dan uji serum netralisasi (Sendow, 2003).
Pemeriksaan virologis→ isolasi virus, uji ELISA, Fluoresence antibodi teknik
Terapi dan pengobatan : vaksin CPV, Pengobatan yang diberikan
dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi tubuh yang lemah akibat dehidrasi
dengan RL + dextrose 5% dosis 40 cc/kg BB. Terapi antibiotika diberikan
untuk menekan dan mencegah sepsis bacterial sekunder dengan Ampisilin
25–50 mg/kg BB dan pemberian Antacids Primperan 0,5 mg/kg BB untuk
memperbaiki fungsi lambung (Sardjana & Kusumawati, 2004).
2. Toxocariasis
 Etiologi : Toxocara canis. Famili Ascaridae, Genus Toxocara
 Patogenesis: Terlihat adanya pneumonia akibat migrasi larva ke trakea dan
bisa mengakibatkan kematian dalam waktu 2-3 hari . Pada anak anjing yang
berumur 2-3 minggu, nafsu makannya menurun ,terjadi gangguan
pencernaan akibat adanya cacing Toxocara dewasa yang berada dalam
lambung atau usus (Estuningsih, 2005).
 Gejala Klinis: pneumonia, nafsu makan menurun, gangguan pencernaan,
diare, konstipasi, muntah, batuk, keluar lender dari hidung
 Pemeriksaan laboratoris : pemeriksaan feses → uji apung telur cacing
Uji serologi → Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk deteksi
antibody (Estuningsih, 2005).
 Terapi dan Pengobatan : obat cacing → Benzimidazoles (Estuningsih, 2005).

3. Ancylostomiasis
 Etiologi: Ancylostoma sp. (Kusnoto, dkk, 2015)
 Patogenesis : Larva A. caninum menyebabkan kerusakan pada inang pada
titik masuk melalui kulit, meninggalkan luka yang rentan terhadap infeksi
sekunder . Saat larva bermigrasi melalui kulit, respons
peradangan , dermatitis , sering distimulasi, yang dapat diperburuk pada
inang yang memiliki respons hipersensitif . Kerusakan lebih lanjut disebabkan
ketika larva meninggalkan sirkulasi dan masuk ke paru-paru. Setelah di
usus, A. caninum menempel dan mencerna lapisan mukosa bersama dengan
beberapa konsumsi darah hingga 0,1 ml dalam 24 jam (Kusnoto, dkk, 2015).
 Gejala Knilis : anemia, hidremia, kadang udema, kelemahan dan kekurusan,
nafsu makan menurun, pertumbuhan terhambat, kondisi kulit jelek
 Diagnosa Laboratoris : dengan melihat telur cacing pada feses (Kusnoto, dkk,
 Terapi dan Pengobatan : Obat cacing → Mebendazole (Kusnoto, dkk, 2015).

Referensi

Estuningsih, S. .. (2005). Toxocariasis pada Hewan dan Bahayanya Bagi Manusia. Wartazoa Vol.15 No .3.

Kusnoto, Bendryman, S. S., Koesdarto, S., & Sosiawati, S. M. (2015). Ilmu Penyakit Helmin Kedokteran
Hewan. Jakarta: Zifatama .

Sardjana, I., & Kusumawati, D. (2004). Pengobatan Infeksi Parvovirus pada Anjing. Berk. Penel. Hayati:
10, 81-83.

Sendow, I. (2003). Canine Parvovirus pada Anjing. Wartazoa Vol. 13 No. 2 .

Anda mungkin juga menyukai