Anda di halaman 1dari 15

PSEUDORABIES

PADA BABI
NAMA: USMA AULIA, SKH
NPM: 1802101020175
Pseudorabies
 Synonim : Aujeszky Disease,  Pseudorabies penyakit
Infectious Bulbar Paralysis, akut pada babi yang
Maditch menyerang syaraf, respirasi
dan gangguan reproduksi
 Ditemukan pertama kali di pada babi (Kurniadhi, 2002).
Hungaria pada tahun 1902
(sapi dan anjing).
Etiologi
 Family : Herpesviridae
 Subfamily:
Alphaherpesvirinae
 Genus : Varicellovirus
 Strain : bartha (PRV-BA)
dan Ka (PRV-Ka)
(Mettenleiter dkk, 2012; Muller
dkk., 2011)

Gambar 1: Virus Aujeszky


Penularan
 Sering terjadi
– Pernapasan
– Oral
– Nose-to-nose contact
 Aerosol
 Muntahan
– Mengkontaminasi tempat tidur/kandang dan minum
– Produk daging dan Karkas
 Alat kelamin– babi liar
 Latent carriers
Penyebaran:
 Menginfeksi mamalia: domba, sapi,  Cara Penyebaran:
kucing dan anjing (Mettenleiter dkk., o Kontak langsung dengan babi yang
2012). terinfeksi
o Memakan daging mentah yang telah
terkontaminasi
o Jarang penyebaran secara lateral
Patogenesis

Multivikasi pada sel-sel Sistem limfatik,


Sistem sirkulasi darah
mukosa nasofaring multifikasi virus
(dibawa oleh fagosit)
masuk ke CNS melalui berlanjut di kelenjar
(Jamrichova dan
syaraf kranial (Mcferran getah bening (Toma
Skoda, 1968)
dan Dow, 1965) dkk., 1975.)

Babi yang terinfeksi akan menderita pneumonia sebagai akibat infeksi


sekunder oleh Actinobacillus pleuropneumonia, Pasteurella multocida
atau kemungkinan Salmonella cholearsuis.

Pneumonia tersebut terjadi akibat kegagalan imun sel mediasi spesifik


oleh virus.
Gejala Klinis
 Masa Inkubasi: 2 -6 hari
 Anak Babi yang berusia < 1 minggu
– Demam, lesu, anorexia
– Gejala Syaraf
• Tremor, kejang, dog-sitting
– Kematiannya tinggi dalam 24-36 jam
 Anak babi yang berusia > 1 minggu
– Gejalanya muntah dan gangguan pernapasan
– Mortalitas lebih rendah
 Babi yang telah disapih
– Gejala pernapasan dan
syaraf
– Membaik dalam 5-10 hari
 Babi dewasa
– Infeksi ringan
– Gejala pernapasan dan
syaraf
– Abortus, kematian foetus
dan mumifikasi foetus
(Kurniadhi, 2002)
 Pada babi liar:
asymtomatis
a. rhinitis serosa atau fibrinonekrotik rhinitis,
b. edema paru-paru, kongesti,konsolidasi.
c. Kongesti dan hemoragi pada lymphonodus
d. Focal nekrotik pada organ lainnya.
Pseudorabies
 Morbiditas dan mortalitas  Penyakit umumnya menular
penyakit tergantung pada umur. melalui oronasal (makanan dan
Semakin dewasa, intensitas pernapasan).
tingkat penyakit semakin ringan
(Wittmann,1985).  Virus Aujeszky juga dapat
 Angka kematian pada anak menginfeksi sel-sel darah putih,
babi yang berumur <2 minggu sehingga melalui sel-sel tersebut
virus mencapai dan menginfeksi
mencapai 100%. janin sehingga mengakibatkan
 Pada induk babi, jika terjadi abortus (Nauwynck dan Pensaert,
infeksi pada stadium awal masa 1992).
bunting menyebabkan abortus
dan mumifikasi fetus (Kluge
dan Mare, 1974; Morrison dan
Joo, 1985; Wittmann, 1986)
Penyebaran
 Wilayah Penyebaran  Di Indonesia penyakit ini
• Eropa, Asia Barat Daya, pernah ditemukan di
Amerika Tengah dan Tangerang pada tahun 1991
Amerika Barat. (Sarosa, 1993).
• Cuba, Samoa, Rwanda  Pada tahun 1999 ditemukan
• Asia: Thailand, Laos, dibeberapa daerah, secara
Vietnam,Filipina, dan serologis ditemukan di NTT
Malaysia (Wittmann, 1986) yaitu di Kabupaten Belu,
Timur Tengah Utara dan
Timur Tengah Selatan
(Santhia dkk., 1999).
Diagnosa
 Gejala Klinis
 Isolasi Virus
 Deteksi DNA virus atau antigen
– Immunofluorescence, immunoperoxidase,
virus neutralization assays, PCR
 Serology
– Virus neutralization, latex agglutination, ELISAs
Differensial Diagnosa
 Pada Babi
1. Porcine polioencephalomyelitis
2. Classical or African swine fever
3. Hemagglutinating encephalomyelitis infection
4. Streptococcal meningoencephalitis
5. Swine influenza
6. Erysipelas
7. Nipah virus infection
8. Salt or organic poisoning

 Pada Hewan Lain


1. Rabies
2. scrapie
 Pengobatan  Pengendalian dan
 serum hiperimun dan pemberantasan
preparat immunoglobulin.  stamping out dan tindakan
 Pencegahan kepolisian.
 Larangan impor hewan dari  Hewan yang sakit dilarang
daerah tertular untuk dikonsumsi dan harus
 Karantina yang ketat dibakar atau dikubur yang
dalam.
 Vaksinasi
(Bouma dkk, 1997)
Daftar Pustaka
Bouma, A., M.C.M. Jon dan T.G. Kirman. 1997. The Influence or maternal immunity on the transission of Pseudorabies virus and
on the Effectiness of Vaccination.Vaccine 593: 287-294.
Jamrichova. 0. dan R. Skoda.1968. Multiplication Of Pseudorabies Virus In The Inguinal Lymph Node Of Pigs. Acta. virol., Prague
12: 555.
Ketut, S, A.R.N. Dib’a, C. Morrissy dan Soeharsono. 1999.Survei Serologis Antibodi virus Pseudorabies di daerah Nusa Tenggara
Timur. ANSREFEF, AQIS dan BPPH VI Denpasar. 33-39.
Kluge, J.P.dan Mare.1974 . Swine Pseudorabies :Abortion, Clinical Disease and Lesions In pregnant Gilts Infected with Psuedorabies
Virus (Aujeszky's dis-ease) Am. J. Vet. Res. (35): 911-915.
Kurniadhi, P. 2002. Metode Uji Hambat Hemaglutinasi (Hi Test) sebagai Teknik Pemeriksaandiagnosis Serologik terhadap Penyakit
Aujeszky. Buletin Teknik Pertanian.7 (2).
Mcferran. J.B. and C. Dow.1965. The distribution of Virus of Aujeszky's Disease (Pseudorabies Virus) in Experi Mentally Infected
Swine. Am. J. vet. Res. 26: 631-635.
Mettenleiter, T.C., Ehlers, B., Müller, T.,Yoon, K.J. dan Teifke, J.P. 2012. Herpesviruses. In: Diseases of Swine, 10th
edition.Chichester, UK: John Wiley & Sons. 412-446.
Morrison,R .B. dan H.S.Joo,1985. Prenatal and Preweaning Deaths caused by Pseudorabies Virus and Porcine Parvovirus In a swine
Herd. J. Amer. Vet. Med. Ass.187 (5): 481-483.
Müller, T., Hahn, E.C., Tottewitz, F., Kramer, M., Klupp, B.G., Mettenleiter, T.C. dan Freuling, C.2011. Pseudorabies virus in wild
swine: a global perspective. Arch Virol. 156. 1691-1705.
Nauwynck, H.J. dan B. Pensaert. 1992. Abortion induced by cellassociated pseudorabies virus in vaccinated sows. Am. J.Vet. Res. 53
(4): 489-493.
Toma. B.. J.F. Delagneau. R. LOQUERIE dan P. Prunet.1975. A study of a new, inactivated Aujeszky's disease vaccine with
adjuvant. Bull. Off. int. Epizoot. 84: 223-237.
Sarosa, A. 1993. Isolasi dan identifikasi virus Aujeszky dari anakbabi di Tangerang. Penyakit Hewan XXV. (46): 83-8.
Wittmann, G. 1985. Aujeszky’s disease: Factors important forepizootiology and control. Rev. Sci. Tech. Int. Epiz. 5 (4):959-977.
Wittmann, G.1986. Aujeszky's disease.Rev. Sci. Tech. Int. Epiz.5(4): 959-977

Anda mungkin juga menyukai